Puan Maharani, inilah saatmu bersinar
Mungkin benar adanya, terkadang keberuntungan kita adalah buah dari kesialan orang lain. Saya yakin magi dari kata-kata ini punya andil di berbagai aspek, tak terkecuali Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 nanti. Berbicara mengenai Pilpres, tentunya akan ada banyak pertumpahan darah, sebelum, saat, dan bahkan setelah itu terjadi.
Bagaimana tidak, menurut saya, tidak ada satu orang pun di republik ini yang tidak mau menjadi Presiden, iya kan? Setiap warga negara Indonesia pasti akan dengan senang hati mengangguk saat ditawari untuk menjadi orang nomor satu di Indonesia, ya tentu dengan segala alasannya.
Saya sendiri pun juga tak menyangkal hal itu. Ya tentu berangkat dari sebuah alasan sepele bin unik. Jika saya jadi Presiden, yang jelas akan mendapatkan privilese untuk menjawab pertanyaan koplak yang biasa saya atau bahkan kalian dengar di jalan raya.
“Wooo gendeng, dalane Bapakmu a iki?”
“Loh, iki dalanku, Buossss”
Saya tak terlalu mengikuti “bursa transfer” untuk siapa-siapa saja yang akan menjadi orang nomer satu di republik ini. Setau saya, nama-nama beken seperti Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, dan Anies Baswedan siap maju menjadi bakal calon Presiden di 2024 nanti. Kalau benar formasi ini yang bakal “perang” tahun depan, ini akan menjadi pertarungan yang menarik.
Bagaimana tidak, ketiganya merupakan sosok yang cukup dikenal baik oleh rakyat, dan masing-masing punya gaya pencitraan dan “modal” yang berbeda. Ridwan Kamil seperti yang kita tahu, dirinya unggul dalam hal interaksi dengan milenial. Ia terbilang cukup aktif di Twitter dan Instagram, yang bagi saya merupakan representasi pejabat masa kini, yaitu bisa “ditemui” kapan pun.
Kedua adalah Ganjar Pranowo, persona yang dipakai Gubernur Jawa Tengah ini adalah kesederhanaan. Pria berusia 54 tahun ini sadar betul bahwa “senjata” ini masih sangat tajam untuk bisa digunakan berperang dalam Pilpres 2024 nanti. Ya, sudah ada contoh nyatanya bukan, dua periode loh.
Terakhir adalah Anies Baswedan, ibarat sebuah sepak bola, blio ini memiliki CV yang mentereng. “Bermain” di klub besar dan saat ini sedang mengincar posisi utama di tim nasional. Mungkin, mantan Gubernur DKI dan Menteri Pendidikan ini akan mendapatkan kemudahan pada pertempuran di 2024 nanti karena dirinya sudah memiliki “nama” di masyarakat.
Dengan modal yang dimiliki masing-masing bakal calon Presiden Indonesia di 2024 nanti, tak aneh rasanya jika salah satu atau dua dari mereka bakal menjadi penghuni baru Istana Merdeka. Tapi, bagaimana kalau bukan mereka bertiga, bagaimana jika malah sosok lain yang tiba-tiba merangsek menyalip ketiganya?
Heh kalian, jangan lupakan sosok Puan Maharani dalam bursa transfer Pilpres 2024 nanti. Sebagai anak dari Ketua Umum partai terbesar di negara ini, kok ya aneh rasanya blio tidak ikut meramaikan pemilihan Presiden. Seperti kalimat saya di awal, tidak ada satu orang pun yang nggak mau jadi Presiden, kan? Bagi saya, Puan Maharani punya segalanya kok untuk menang.
Lawan-lawannya sedang dirujak netizen
Seperti yang bisa kita saksikan di media sosial bahwa beberapa bakal calon Presiden 2024 di atas sedang ramai dirujak netizen. Ganjar, Kang Emil, dan Anies baru-baru ini menjadi sasaran kegeraman warganet di berbagai media sosial.
Anies Baswedan misalnya, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) selaku wasit dalam “big match” 2024 nanti, tak lama ini “menyentil” mantan Menteri Pendidikan Indonesia tersebut karena dinilai mencuri start kampanye lewat safari politiknya.
Tak cukup sampai di situ, capres yang kabarnya bakal diusung partai NasDem ini juga harus berurusan dengan KPK lantaran adanya dugaan korupsi di ajang Formula E. Bahkan tersebar isu bahwa Formula E ini memang dijadikan “senjata” untuk menjegal Anies Baswedan melanggeng menjadi RI 1. Ahh, entah mana yang benar.
Sebagai orang awam, nonton aksi saling jegal untuk kursi jabatan ini seru dan prihatin. Seru karena kita bisa lihat sifat asli manusia yang akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya dan prihatin karena kita bakal dipimpin oleh mereka-mereka itu.
Di sisi seberang, Ganjar Pranowo juga tersandung “batu” yang sedikit banyak merugikan elektabilitasnya untuk pemilihan Presiden tahun depan. Dirinya terseret polemik soal bantuan rehabilitasi rumah kader PDIP yang berlogo Baznas.
Dugaan adanya politisasi pada bantuan Baznas ini membuat Ganjar menjadi bulan-bulanan netizen di media sosial. Beruntung, Ganjar dan Baznas Jateng langsung sigap memadamkan api yang berkobar di jagat media sosial ini. Meskipun begitu, Gubernur Jawa Tengah ini harus menerima risiko “cacat” di penilaian warganet.
Terakhir, dan yang sedang ramai hingga saat ini adalah Masjid Al-Jabbar dan Ridwan Kamil. Bahkan, masjid tersebut kabarnya menghabiskan dana APBD hingga Rp1 triliun. Hmmm, mahal banget. Saya jadi penasaran, apakah kalau ibadah di tempat megah doa-doa kita terbang lewat jalur VIP? Huffft.
Sontak, keputusan Kang Emil menggunakan dana Rp1 triliun ini membuat warganet yang khususnya masyarakat Jawa Barat berang. Mereka menilai bahwa dengan jumlah uang tersebut bisa mengatasi masalah-masalah lain yang lebih mendesak seperti banjir, transportasi publik, dan macet.
Entah hanya saya atau kalian juga merasakan, kok banyak pemerintah daerah hobi membangun masjid ya, apakah memang sekurang itu? Atau ada maksud lain yakni mengamankan suara *sebagian teks hilang*
Menurut saya, ini adalah kesempatan untuk sosok lain menyalip posisi dari ketiga bakal calon Presiden tersebut. Satu nama yang memiliki persentase menang cukup besar adalah Puan Maharani yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPR RI.
Punya power partai besar
Saya kurang tau bagaimana ribetnya internal partai dekat-dekat Pemilu ini. Satu yang pasti, setiap partai besar tentu ingin mengusung sosok terbaik untuk “mewakili” mereka. Sosok terbaik ini tentulah mereka yang memiliki nama baik di mata rakyat dan berpotensi akan dicoblos oleh banyak orang.
Saya masih yakin kalau Puan Maharani masih punya kesempatan untuk bisa melanggeng menuju RI 1. Lah gimana, Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri tak lain tak bukan adalah Ibu dari blio. Ditambah, partai dengan logo banteng ini terbilang besar dan memiliki banyak anggota.
Saya jadi teringat sebuah momen di Pemilu serentak 2019 lalu, saat itu saya bertugas sebagai salah satu anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Sependek yang saya ingat, saya merupakan anggota KPPS 2 yang memiliki tugas untuk menyalin data-data final selama proses pemungutan suara ke kertas berhologram yang nantinya akan diserahkan ke pihak Kelurahan.
Saya yang kala itu tak terlalu menaruh atensi pada politik dan Pemilu, ya fokus saja ke kerjaan saya sebagai anggota KPPS. Hingga saya tak sengaja mendengar percakapan antara beberapa pria dan wanita paruh baya. Saya tak ingat betul persisnya, tetapi mereka membicarakan terkait siapa mencoblos siapa.
Ya, sebagai seseorang dengan rasa penasaran tinggi, saya pasang kuping baik-baik. Ternyata, beberapa dari mereka tak tahu pasti siapa calon yang telah dipilihnya, bagaimana track record-nya, apa visi dan misinya, dan hal-hal pendukung lain. Selama dia diusung oleh partai kesukaan mereka, ya tentu itu sudah menjadi “jaminan” bahwa sosok ini merupakan yang terbaik. Contohnya seperti pemilihan DPR, DPD, dan lain-lain, saat anak-anak muda menggaungkan kata-kata “Pilih orangnya, bukan partainya”, di akar rumput hal-hal seperti ini masih belum “tersentuh”.
Berangkat dari pengalaman saya tersebut, ini tentu menjadi modal baik bagi Puan Maharani jika sang Ibunda dan partai PDIP mengusung dirinya untuk berangkat menjadi bakal calon Presiden di 2024 nanti. Seperti yang telah banyak diketahui, beredar informasi bahwa Ganjar Pranowo yang akan diusung oleh partai berlogo banteng tersebut untuk menjadi calon RI 1. Ya selama pertandingan belum mulai, starting line up masih bisa berubah bukan?
Ya, saya sih termasuk orang yang tidak terlalu mengikuti Pemilu 2024 nanti ya. Tapi, secara pribadi kalau disuruh untuk memilih siapa sosok yang cocok untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan, ya jelas, tak lain dan tak bukan adalah Ebel Kobra.
Sumber gambar: Akun Twitter @Harian_Jogja
Penulis: Devandra Abi Prasetyo
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Puan Maharani atau Tidak Sama Sekali: Kegalauan PDIP yang Rasional