Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Dear Pemkab Gunungkidul, Berhenti Membangun Embung kalau Ujung-ujungnya Mangkrak dan Rusak!

Jevi Adhi Nugraha oleh Jevi Adhi Nugraha
5 November 2023
A A
Dear Pemkab Gunungkidul, Berhenti Membangun Embung kalau Ujung-ujungnya Mangkrak dan Rusak!

Dear Pemkab Gunungkidul, Berhenti Membangun Embung kalau Ujung-ujungnya Mangkrak dan Rusak! (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau tujuan utama membangun embung cuma jadi tempat wisata, sebaiknya hentikan saja. Gunungkidul sudah overdosis wisata jadi-jadian.

Masalah kekeringan tampaknya (masih) jadi “tradisi” yang masih lestari di tanah kelahiran saya, Gunungkidul. Ya, suka tidak suka, sebagian warga yang tinggal di Bumi Handayani setiap musim kemarau tiba terpaksa harus membeli air bersih dari mobil tangki keliling. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per 5.000 liter.

Beberapa wilayah yang kena dampak seperti Kapanewon Tepus, Girisubo, Ngawen, Panggang, dan Saptosari, dari tahun ke tahun sudah terlalu akrab dengan situasi ini. Tentu saja, dampak kekeringan bikin kebutuhan sehari-hari warga semakin meningkat. Pasalnya, selain harus membeli air bersih, di saat yang bersamaan, kini para petani Gunungkidul juga harus rela beli pakan ternak dengan harga relatif tinggi karena di ladang sudah nggak ada tanda-tanda kehidupan tanaman.

Ya, kita tahu, Kabupaten Gunungkidul dan masalah kekeringan adalah satu kesatuan yang teramat sulit dipisahkan. Sebenarnya saya ((sempat)) optimis kalau Gunungkidul bakal terbebas dari bencana kekeringan. Rasa optimis itu muncul ketika para pemangku wilayah beberapa tahun lalu ramai-ramai membangun embung di sejumlah titik rawan kekeringan.

Dengan nada berbunga-bunga, saat itu pihak terkait yakin betul kalau embung bisa jadi salah satu cara efektif mengatasi masalah kekeringan di Gunungkidul. Rasa bahagia warga pun membuncah mendengar harapan semanis Mixue itu. Yah, bagaimana tidak, sudah puluhan tahun warga Gunungkidul harus berdesak-desakan bawa jeriken di belakang mobil tangki. Barangkali inilah jawaban setelah penantian panjang.

Tapi, apakah pembangunan embung yang menghabiskan anggaran miliaran rupiah itu benar-benar mampu mengatasi masalah kekeringan?

Banyak embung yang mangkrak dan nggak terawat di Gunungkidul

Saya tahu, saya tahu. Sejatinya, embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin ketersediaan air untuk keperluan tanaman atau ternak saat musim kemarau datang. Sederhananya, dengan adanya embung, nantinya ketika musim kemarau tiba, kebutuhan warga akan pasokan air bisa terpenuhi. Secara pengertian, ini tujuan sebenarnya.

Di kampung saya sendiri juga ada. Jarak antara rumah saya dengan embung cukup dekat, yah sekitar 700 meter saja. Tapi, sejak diresmikan pada 2016 lalu, saya belum benar-benar merasakan manfaat nyata tempat penampungan air hujan ini. Selain melihat orang mancing saat musim hujan dan Gen Z nongkrong setiap sore sambil jajan cimol ketika kemarau datang.

Baca Juga:

3 Tempat Wisata Gunungkidul yang Layak Dikunjungi Berkali-kali

Kasihan Solo, Selalu Dibandingkan dengan Jogja, padahal Perbandingannya Kerap Tidak Adil!

Ya, saat musim hujan tiba, embung menjelma menjadi tempat pemancingan. Biasanya, warga sekitar akan iuran untuk beli ikan hidup, lalu dipancing secara berjamaah. Tentu saya nggak menyalahkan orang mancing dan arahnya bukan ke situ, tapi lebih mempertanyakan apa sebenarnya esensi embung itu sendiri. Sebab, ketika musim kemarau datang pun, banyak embung di Gunungkidul yang tak terawat, mengering, dan terbengkalai.

Banyak contoh embung di Gunungkidul yang kini kondisinya awut-awutan, salah satunya Embung Gunung Panggung. Embung yang berada di Kalurahan Tambakromo, Kapanewon Ponjong itu dibiarkan mangkrak dan nggak terawat. Banyak ditemukan membran yang bolong-bolong sehingga menyebabkan air menyusut dan kering.

Selain itu, kondisi yang sama juga terjadi di Embung Batur Agung, Gedangrejo, Karangmojo. Embung yang dibangun pada 2017 lalu itu, terlihat lapisan geomembrane juga bocor akibat dasar yang nggak rata. Akibatnya, saat musim kemarau air sudah habis dang nggak bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar.

Embung Gunung Panggang dan Embung Batur Agung hanya segelintir contoh dari banyaknya proyek penampungan air hujan yang nggak terawat di Gunungkidul. Bukankah ini memberi kesan kalau pemangku wilayah dan pihak-pihak terkait cuma pengin menerima anggaran proyek saja, tapi mager merawatnya?

Hentikan proyek embung kalau ujung-ujungnya mangkrak dan rusak!

Minimnya sosialisasi dan optimalisasi terkait fungsi embung dari pemangku wilayah kepada warga masyarakat, saya duga menjadi masalah utama banyak orang “menyalahgunakan” penampungan air hujan ini. Saya yakin ini nggak hanya terjadi di Gunungkidul saja, tetapi juga di daerah lain. Di mana embung tak lebih sekedar jadi area pemancingan dan taman rekreasi bagi para wisatawan.

Memangnya salah kalau embung dijadikan tempat wisata?

Nggak juga, lha wong sejak pembangunannya ((sepertinya)) memang sudah diarahkan pihak terkait jadi objek wisata kok. Jadi, iming-iming proyek pengairan air saat musim kemarau itu cuma gimmick doang dong?

Sepertinya begitu. Buktinya, pas musim kemarau tiba, sejumlah embung di Gunungkidul nggak berdaya untuk mengatasi kekeringan. Artinya, pemangku wilayah dan pihak-pihak terkait cuma hobi membangun saja, tapi nggak suka merawat. Wajar sih, ya, lha wong anggarannya miliaran rupiah je. Asoy.

Rakyat nggak untung apa-apa

Membangun embung tentu sah-sah saja, apalagi kalau beneran untuk mengairi tanaman saat musim kemarau. Tapi kalau tujuan utamanya cuma jadi tempat wisata, sebaiknya hentikan saja. Gunungkidul sudah overdosis wisata jadi-jadian. Mending kalau dapat meningkatkan taraf ekonomi warga. Lha wong ujung-ujungnya para pemodal juga yang menikmati itu semua. Haish, haish, terlalu klasik, mas-mas.

Begini Pak, Bu, dan semua pengelola embung di seluruh Indonesia, terutama di Gunungkidul. Sebelum membangun embung baru, mending anggarannya buat memperbaiki embung yang mangkrak dan nggak terawat deh, ya. Kasih sosialisasi dan bukti nyata kalau embung benar-benar bisa jadi andalan saat musim kemarau datang.

Saya rasa cuma itu solusi terbaik kalau mau mengoptimalkan fungsi embung sebenarnya, Pak, Bu. Yah, kecuali kalau tujuan utamanya memang ((cuma)) mau menerima anggaran doang, tentu itu lain soal. Silakan, silakan, kami rakyat jelata hanya bisa mendoakan semoga usus dan lambung tetap aman. Salam.

Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Mengenal Gunungkidul, Kabupaten (yang Dianggap) Gersang yang Ternyata Dulunya Dasar Laut

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 5 November 2023 oleh

Tags: embungGunungkidulpemkab gunungkidulproyek pemerintah
Jevi Adhi Nugraha

Jevi Adhi Nugraha

Lulusan S1 Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berdomisili di Gunungkidul.

ArtikelTerkait

3 Pantai di Gunungkidul yang Baiknya Dihindari Wisatawan karena Bikin Ketakutan

3 Pantai di Gunungkidul yang Baiknya Dihindari Wisatawan karena Bikin Ketakutan

26 April 2025
5 Kuliner khas Gunungkidul yang Wajib Dicicipi selain Thoplek Peli terminal mojok.co

5 Kuliner khas Gunungkidul yang Wajib Dicicipi selain Thoplek Peli

1 Februari 2022
Sumbangan Pesta Hajatan di Gunungkidul, Tradisi Baik yang Berubah Jadi Ajang Adu Gengsi

Sumbangan Pesta Hajatan di Gunungkidul, Tradisi Baik yang Berubah Jadi Ajang Adu Gengsi

30 April 2025
Kicikan, Kuliner Khas Gunungkidul yang Layak Dikenal Banyak Orang, biar Taunya Nggak Cuma Belalang Goreng

Kicikan, Kuliner Khas Gunungkidul yang Layak Dikenal Banyak Orang, biar Taunya Nggak Cuma Belalang Goreng

28 April 2025
Kawasan Bukit Patuk Gunungkidul: Jalur yang Memanjakan Mata sekaligus Sumber Derita Para Pengendara imogiri alun-alun gunungkidul

Membayangkan Wajah Alun-Alun Gunungkidul Tanpa PKL: Cuma Bakal Jadi “Kuburan” di Tengah Kota

15 Mei 2025
Surat Terbuka untuk Bupati Gunungkidul yang Lagi Sibuk Bikin Taman Kota

Surat Terbuka untuk Bupati Gunungkidul yang Lagi Sibuk Bikin Taman Kota

24 Oktober 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok Mojok.co

4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok

12 Desember 2025
AeroStreet Black Classic, Sepatu Lokal Harga 100 Ribuan yang Awet Mojok.co

AeroStreet Black Classic, Sepatu Lokal Harga 100 Ribuan yang Awet

11 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.