Ketika hadir kembali di Tanah Air enam tahun lalu, Datsun membawa kita dalam nostalgia mobil pickup dan sedan taksinya yang sempat populer. Produk yang dijual tak main-main menariknya, yaitu mobil murah pertama berkapasitas tujuh penumpang alias Go+ Panca. Dengan basis ini, produk berikutnya lahir yaitu hatchback murah (Go Panca) dan SUV murah (Cross). Nostalgia tersebut tak berlangsung lama karena Datsun tak lagi berproduksi mulai tahun 2020 ini.
Kalah telak menghadapi dominasi Toyota-Daihatsu dengan keluarga Agya-Ayla dan Calya-Sigra, populasi mobil Datsun di jalan tidaklah banyak. Pemiliknya adalah orang-orang berseni yang tak ingin mobilnya pasaran tetapi tetap berharga terjangkau. Dengan demikian, ketiga seri Datsun ini segera menjadi limited edition. Jika hendak dikoleksi, manakah yang paling menarik?
Datsun Go+, Go, atau Cross?
Go+ terlebih dulu hadir pada awal 2014 sebagai produk perdana hasil comeback Datsun di Tanah Air. Setelah membukukan penjualan yang cukup memadai dan didorong permintaan pasar, Go hadir pada akhir 2014 dengan basis Go+ tetapi lebih pendek. Datsun identik sebagai brand spesialis LCGC sampai akhirnya pada awal 2018 meluncurkan produk perdananya yang bukan LCGC tetapi tetap relatif terjangkau, yaitu Datsun Cross. Meskipun diposisikan sebagai SUV, basisnya tetap Go+ dan lebih layak disebut sebagai Go+ versi sporty.
Panjangnya kabin Go+ dan Cross tak sebanding dengan lebarnya, bahkan kabin belakang terasa sempit meski hanya diduduki satu penumpang dewasa. Kondisi ini pun membuat tampilan bodi secara keseluruhan kurang menarik. Ditambah lagi populasi Go+ jauh lebih banyak dibandingkan Go, tentu saya akan memilih untuk mengoleksi Go.
Datsun Go produksi tahun berapa dan warna apa?
Sebagai kolektor, tentunya akan lebih menarik untuk memiliki edisi perdana dari suatu mobil, yaitu produksi tahun 2014. Saya menyarankan Anda untuk memiliki varian tertingginya demi tampilan eksterior maksimal, yaitu T-Active. Suasana menjadi lebih istimewa jika kita bisa mendapatkan unit dengan warna yang tidak pasaran dan tetap tampil menarik. Merujuk pada iklan Datsun di masa itu, warna tersebut adalah hijau “telur asin” yang dijual sebagai jade. Ingat, usahakan unit yang didapat berada dalam kondisi standar sesuai bawaan pabrik.
Keunikan Datsun Go 2014 yang memesona
Produk Datsun tak pernah jauh dari bentuk heksagonal. Ketika brand lain menggunakan grille dengan garis-garis horisontal di bagian depan, Go menggunakan grille dengan pola heksagonal. Kisi-kisi AC-nya pun menggunakan pola heksagonal, bukan persegi panjang seperti pada mobil lainnya. Penutup AC berbentuk lingkaran, juga bukan persegi panjang. Untuk semakin meniadakan keberadaan bentuk tersebut, laci pun dibiarkan terbuka tanpa tutup, jelas anti kotak-kotak.
Bodi belakangnya tak kalah memesona. Tak seperti hatchback murah lainnya yang cenderung berbentuk kotak, Datsun Go lebih membulat. Jika ditanya mirip siapa, menyerupai Toyota Yaris atau Mazda 2, meskipun generasi pertamanya. Dari luarnya, kejam sekali jika mobil ini pernah diulas seperti angkot.
Jika ingin bernostalgia ke masa lalu, dialah pilihan yang benar-benar tepat selama berada dalam kondisi standar. Kaca jendela belakang dibuka dengan cara “digowes”, tidak ada sandaran tangan yang cukup panjang di pintu belakang, dan head unit masih single DIN. Jangankan memutar CD, kaset pun tidak bisa, tinggal pilih antara USB atau radio. Rasa mengemudi pickup juga cukup kental dengan tuas gigi dan rem tangan yang tidak berada di lantai. Tak ada pula sandaran kepala yang bisa dinaik-turunkan baik di kursi depan maupun belakang. Benar-benar kontras antara interior dengan eksteriornya.
Soal absennya airbag, hal ini memicu pro dan kontra. Kontranya, keselamatan mobil meragukan terlebih dengan skor keselamatan sangat buruk, yaitu bintang nol. Akan tetapi, banyak orang senang-senang saja mengingat biaya perbaikan airbag cukup mahal jika mengalami kerusakan.
Hal yang perlu diperhatikan
Ketika suatu brand angkat kaki, konsumen tentu mengkhawatirkan masa depan suku cadang produknya. Akan tetapi, tidak demikian dengan Datsun Go. Brand-nya masih berada dalam satu payung yang sama dengan Nissan dan mesinnya identik terhadap Nissan March 1.2. Ditambah lagi, mobil ini bersama Go+ memiliki komunitas yang cukup ramai yaitu DGCI.
Masalah yang paling banyak dikeluhkan adalah kebocoran AC. Harga suku cadangnya mahal sekalipun versi KW dan sistem rangka mobil membuat penggantiannya jauh lebih sulit serta memakan waktu dibandingkan mobil lainnya. Tangki freon pun dinilai lebih kecil sehingga lebih cepat habis, hal ini diduga untuk mengurangi bobot mobil dan membuatnya lebih lincah.
Selama saya pakai, mobil ini seringkali sulit menanjak khususnya ketika parkir mundur di kompleks ruko. Sekalipun menggunakan gigi satu dan mematikan AC, mesin bisa mati di tengah jalan dan memakan waktu lama sampai mobil terparkir dengan rapi. Jika tidak memeroleh bensin mahal sekelas Pertamax dan oli mahal sekelas Shell Helix, mesin rentan menggelitik dan tenaganya serasa hilang. Akan tetapi, para pengemudi Grab justru menjadikannya sebagai mobil favorit. Nah?
Rupanya, mereka mengatur ulang perangkat ECU seperti layaknya yang dilakukan perusahaan taksi pada armadanya. Kini, mobil ini lebih bertenaga sekalipun menggunakan bensin sekelas Premium dan tingkat konsumsinya pun hemat bukan main. Ditambah lagi dia cukup andal melawan banjir, tentu menjadi primadona. Jadi, mobil ini nyaman dipakai sehari-hari selama penggunanya smart.
Meskipun andal, bagi saya tetap tidak aman menggunakan mobil bekas banjir. Ini menjadi hal yang perlu diperhatikan jika Anda benar-benar ingin mengoleksinya dan membeli dari pengguna di kawasan Jabodetabek. Terlebih mobil ini tetap tergolong pendek, periksa kondisinya dengan baik dan dalami kawasan tempat tinggal serta aktivitas pengguna sebelumnya. Setidaknya, Jakarta pernah terkena tiga banjir yang cukup besar selama masa hidup Datsun Go ini, yaitu pada 2015, 2018, dan 2020.
Harganya?
Dilansir dari situs-situs berita, dia bisa diboyong pulang dengan mobil Rp60 jutaan. Jika membeli dari pemiliknya langsung, mungkin Anda bisa memeroleh banderol lebih murah sekitar Rp50 jutaan. Satu hal yang menyesakkan, pajak tahunannya di Jakarta justru terus meningkat setiap tahunnya dan tahun lalu saja biayanya hampir Rp2 juta.
Sayonara Datsun Indonesia. Terima kasih telah memberikan kami kesempatan untuk bernostalgia. Bahkan, banyak mobilmu menghidupi para pengemudi taksi online. Sayang, dominasi Toyota-Daihatsu di pasar otomotif nasional memang sulit dilawan dan sampai jumpa lagi di lain hari.
Sumber Gambar: Wikipedia
BACA JUGA Mobil SUV Bermodal Make-Up Memang Sedang Ngetren dan tulisan Christian Evan Chandra lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.