Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Luar Negeri

Dalam Budaya Jepang, Bahas Soal Kotoran Manusia Bukan Hal yang Menjijikkan

Primasari N Dewi oleh Primasari N Dewi
22 Juli 2021
A A
Dalam Budaya Jepang, Bahas Soal Kotoran Manusia Bukan Hal yang Menjijikkan terminal mojok.co

Dalam Budaya Jepang, Bahas Soal Kotoran Manusia Bukan Hal yang Menjijikkan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Di Jepang, kotoran manusia biasanya disebut unko atau unchi. Di sana, ia bukan sesuatu yang dianggap pamali dan nggak baik untuk dibicarakan. Beda dengan budaya Indonesia, ngomongin kotoran bisa dianggap nggak sopan, vulgar, dan menjijikkan. Bahkan istilah lain kotoran manusia ini bisa dipakai untuk mengumpat ketika marah. Selama ini, kita jarang membicarakan kotoran kita secara “biasa”. Lantaran biasanya, ia digunakan untuk mengejek atau guyon waton.

“Udah pup belum hari ini?” juga bukan sesuatu yang lumrah untuk ditanyakan dalam obrolan sehari-hari. Gambar kotoran manusia di buku berbahasa Indonesia tentang toilet training milik anak saya saja nggak ada gambar kotorannya, lho. Lha terus yang dikeluarin itu apa? Tahu-tahu sudah disiram aja. Menurut saya, tak ada salahnya juga ada gambar kotorannya. Mungkin karena jijik. Padahal tujuannya untuk edukasi juga, kan?

Pertama kali saya melihat, “Wah, ternyata kotoran manusia bisa selucu ini,” ketika menonton animasi Dragon Ball dan Arale. Bentuknya semacam atasan soft cream denguan warna merah muda. 

Sejak itu, ketika mendengar unchi atau kotoran manusia, bayangan saya ya ke situ. Bentuknya lucu dan tampak nggak menjijikkan.

#1 Unchi itu bukan bahasa umpatan, nggak saru, dan nggak menjijikkan

Di Jepang, kata “unchi” bukan untuk mengumpat. Orang yang mendengar unchi justru menganggapnya biasa. Membicarakan unchi juga bukan sesuatu yang dianggap vulgar dan menjijikkan. Tetapi mungkin ada juga yang risih kali, ya.

Ngomongin hal ini ke teman adalah sesuatu yang biasa aja. Asal nggak ke Pak Bos atau ke pacar yang baru dua hari jadian. Percakapan, “Ah, pagi ini aku belum pup. Nggak bisa keluar.” Dan dijawab, “Mungkin kamu makannya kurang serat kali.” Itu biasa saja. Kalau yang lebih akrab lagi bahkan bisa sampai detail membicarakan bentuk kotorannya juga. Sekali lagi, itu bukan sesuatu yang menjijikkan bagi mereka. 

Akan tetapi, orang asing yang belum menganggap biasa permasalahan ini bisa jadi salah persepsi. Semisal tiba-tiba dikasih tahu lawan bicaranya kalau belum pup atau bentuk kotorannya begini begitu. Bisa jadi ilfeel juga, lah. 

#2 Anak kecil biasa ngomongin unchi

Toilet training atau anak belajar pipis dan pup secara mandiri, sudah diajarkan ke anak Jepang sejak kecil. Kalau anak dititipkan ke daycare, mau nggak mau guru yang bantuin anak belajar pup. Kalau sudah begini, pendekatan bisa dilakukan dengan buku cerita bergambar dan video tentang unchi agar anak bersemangat belajar pup sendiri. 

Baca Juga:

Culture Shock Mas-mas Jawa yang Kerja di Jepang: Gaji sih Gede, tapi Tekanannya Juga Gede!

7 Fakta Menarik tentang Harakiri, Ritual Bunuh Diri Samurai Jepang

Selain masalah caranya, biasanya diceritakan juga bagaimana kotoran itu terbentuk. Agar tidak sakit, harus dibiasakan makan teratur. Anak kecil Jepang biasanya sejak umur 6 bulan dibiasakan makan sendiri dengan menu gizi seimbang. Ketika masuk daycare, guru tidak perlu repot-repot menyuapi anak satu per satu. Keren, kan?

Anak saya dulu termasuk yang susah makan sayurnya, berbeda dengan teman-teman TK-nya yang lahap makan bekal makanannya. Dia juga cerita kalau dulu pernah pup di sekolahnya. Saya termasuk yang ketar-ketir soal ini karena kalau pup di sekolah takutnya merepotkan gurunya. Tapi ternyata, nggak ada laporan soal itu, kok.

Ada banyak sekali buku cerita bergambar tentang kotoran manusia yang dijual di pasaran. Video cerita animasi hal ini yang menarik di YouTube juga banyak. Dari yang gambarnya dengan ilustrasi lucu menggemaskan sampai yang agak nggak lucu. 

Salah satu cerita bergambar yang paling menarik bagi saya adalah Unchi no Kamisama (Dewa Kotoran Manusia), bisa dilihat di YouTube juga, lho. Bercerita tentang sedihnya si Dewa karena anak-anak di sekolah nggak mau buang air besar (BAB) di toilet sekolah. Anak-anak nggak mau BAB karena malu dan takut ditertawakan teman-temannya.

Setelah itu, si Dewa keluar dari toilet dan masuk kelas. Dia memberi tahu anak-anak tentang bahayanya menahan BAB. Mau di rumah, mau di sekolah, pup itu sama saja. Pup yang ditahan bisa menyebabkan sembelit, tidak fokus belajar, dan menjadi penyakit.

Kalau bisa pup, perasaan akan menjadi lega dan wajah bisa ceria lagi. Sejak saat itu, anak-anak di sekolah itu tidak malu lagi pergi ke toilet. Anak-anak lega, Dewa pun senang.

#3 Anime dan lagu tentang unchi

Selain buku cerita, kita juga bisa melihat unchi melalui anime atau lagu. Di episode terbaru Dragon Ball, ada adegan Whis (guru dari Beerus) yang menginjak unchi warna merah muda ini. Ada juga anime Unko-san yang bercerita tentang lika-liku kehidupan sebagai kotoran manusia. Semacam kartun larva nggak, sih? Geli-geli gimana gitu. Ada juga unchi-kun (kun biasanya digunakan untuk panggilan laki-laki).

Ada yang memang lagu khusus untuk menyemangati anak kecil yang sedang toilet training, tetapi ada juga lagu yang hanya buat lucu-lucuan. Salah satunya adalah lagu “Youkai Taisou Dai-ichi” dari animasi Youkai wWocchi. Ada lirik yang begini, “Doushite unchi wa kusain da, tabemono wa kusakunai, doushite unchi wa pun pun pun”. Kira-kira kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi, “Kenapa kotoran itu bau? Padahal makanan itu tidak bau. Kenapa kotoran itu bau bau bau?” Ada-ada saja, ya.

#4 Museum Unko: penghargaan tertinggi untuk kotoran manusia

Museum Unko ini ada di Jepang. Setidaknya ada di 4 tempat, yakni di Tokyo, Fukuoka, Hiroshima, dan Yokohama. Ia juga buka cabang di Shanghai, Tiongkok. Harga tiketnya lumayan mahal, lho. Untuk dewasa 1600-1800 yen (sekitar 250 ribu rupiah) dan untuk anak-anak 900-1000 yen (sekitar 130 ribu rupiah). 

Kotoran manusia di museum ini beraneka warna dan tidak bau. Tentu saja, karena bukan kotoran dalam wujud sebenarnya. Jangan bayangin yang jijik-jijik ya, justru teknologi malah membuatnya jadi tampak lucu, estetik, dan menggemaskan. Warnanya juga warna yang sangat ceria, jauh dari kesan kotor dan menjijikkan.

Ada banyak atraksi yang ditawarkan. Di dalam museum ini kita bisa melihat, menyentuh, berfoto, dan bermain dengan pup. Hasil fotonya juga Instagram-able, lho. Kita juga bisa membeli souvenir berbentuk pup di sana.

Begitulah, setidaknya gambaran tentang kotoran manusia di Jepang. Sedikit berbeda dengan Indonesia, ya? Kalau di Jepang pup itu biasa saja, di sini masih nggak lumrah untuk dibicarakan. Entah mungkin karena terlalu jijik atau karena nggak penting.

BACA JUGA Kalau Kamu Pengin Tinggal di Jepang, Jangan Kaget dengan 6 Hal Ini dan tulisan Primasari N Dewi lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 28 September 2021 oleh

Tags: Budaya JepangGaya Hidup TerminalKotoran Manusiaunchi
Primasari N Dewi

Primasari N Dewi

Guru bahasa Jepang tapi suka drakor.

ArtikelTerkait

Salon de thé François industri musik jepang mojok

Mengenal Salon de thé François, Kafe Sarang Aktivis Legendaris di Jepang

31 Mei 2021
Punya Teman Jago Main Gitar Adalah Privilese yang Jarang Disadari Orang terminal mojok

Punya Teman Jago Main Gitar Adalah Privilese yang Jarang Disadari Orang

7 Agustus 2021
investasi kambing mojok.co

3 Alasan Mahasiswa Perlu Mencoba Investasi Kambing

10 Juli 2021
liga 2 judi bola shin tae-yong konstitusi indonesia Sepakbola: The Indonesian Way of Life amerika serikat Budaya Sepak Bola di Kampung Bajo: Bajo Club dan Sejarahnya yang Manis terminal mojok.co

Fenomena Selebritis dan Klub Sepak Bola: Apakah Sebatas Tren Semata?

6 Juni 2021
rekomendasi mobil arief muhammad mojok

5 Rekomendasi Mobil Bekas untuk Dimodifikasi Ulang Arief Muhammad

25 Juli 2021
4 Golongan Peternak Lele Dilihat Dari Perilaku dan Metode Budidaya Yang Digunakan terminal mojok

Ternak Lele Jangan Dicari Untungnya, Cari Keringatnya Saja

15 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.