Hasilnya jelas. Orang-orang tak kompeten untuk dihormati, seakan punya free pass untuk menghina orang lain. Mudah menyulitkan hajat orang. Tak mau mendengar pendapat yang berbeda. Menghina pedagang es teh, hanyalah satu di antara ribuan kasus yang terjadi tiap harinya.
Wong konstitusi saja diludahi, apalagi orang miskin.
Dagang es teh, jelas lebih baik ketimbang dagang agama demi mepet kekuasaan
Dunia ideal, bagi saya, adalah orang dihormati bukan karena jabatan. Kepala dinas adalah jabatan di kantor, tapi di lingkungan, dia adalah manusia biasa. Pak RT cukup jadi petugas administrasi, bukan dewa yang harus diberi karpet merah tiap keluar dari rumah.
Kita harusnya menghormati, misalnya, bapak yang banting tulang demi mencukupi gizi anak serta pendidikan anaknya. Kita harusnya menghormati bu guru honorer yang tetap sabar mengajar dan masih bisa mendidik anaknya di rumah. Atau, menghormati manusia lain, siapa pun itu, sesuai kadarnya, tak menganggap satu manusia lain lebih pantas dihormati hingga kita menjilat kakinya.
Saya secara pribadi begitu hormat dengan bapak pedagang es teh tersebut. Di bawah rintik hujan, beliau masih berusaha mengadu nasib, demi pundi uang yang mungkin sudah ditunggu keluarganya di rumah. Memeras tetes keringat yang dia punya, dan menahan rasa malu yang dia terima gara-gara segelintir orang yang tak memanusiakannya.
Dagang es teh, jelas lebih baik ketimbang dagang agama demi mepet kekuasaan.
Penulis: Rizky Prasetya
Editor: Rizky Prasetya