Cuma Melaksanakan Salat Lima Waktu kok Dianggap Alim? Aneh!

Salat lima waktu

Beli peci baru buat bekal salat Id nanti (Shutterstock.com)

Salat lima waktu itu kewajiban seorang muslim, jadi kalau rajin salat, nggak langsung dianggap alim juga

Ramadan begitu dirindukan. Selain suasana yang tak terulang di bulan lain, di bulan ini juga, umat muslim merasa lebih dekat pada agama dan mendekatkan dirinya lebih dari biasanya. Maka dari itu, tak usah ngecengin dan kaget ketika kawanmu yang salat Jumat aja alasannya biar nggak dianggap kafir tiba-tiba jadi rajin betul salat lima waktu…

Sampai minggu kedua Ramadan.

Ngomong-ngomong perihal ibadah, saya punya cerita unik terkait ibadah. Bukan tentang ritual, tapi tentang cara pandang orang yang saya pikir perlu diluruskan.

Setelah saya baru-baru lulus kuliah, sama seperti fresh graduate yang lain, saya langsung cari kerja. Nggak perlu waktu lama, beberapa pekan setelah wisuda, saya menerima undangan wawancara kerja. Akhirnya, ada satu yang nyantol. Langsung saya gas saat itu juga.

Culture shock dunia kerja pertama

Saya menjalani dua pekan pertama bekerja di Jakarta seperti pekerja di masa probation pada umumnya. Datang selalu tepat, dan sigap mengerjakan tugas kantor. Kepribadian dan kebiasaan yang saya tampilkan di lingkungan kerja pun nggak fake. Saya menjadi diri sendiri, yang melakukan kebiasaan sehari-hari.

Anehnya, setelah dua minggu bekerja di sana. Saya dapat cap anak alim oleh rekan-rekan di kantor. Jujur, saya agak bingung terhadap klaim tersebut. Penampilan saya jauh dari kata alim. Saya juga nggak pernah membahas perihal ibadah dan agama dengan rekan kerja saya di kantor.

Usut punya usut, ternyata cap tersebut disematkan kepada saya, dengan alasan saya rajin melaksanakan salat lima waktu. Mendengar alasan tersebut, saya langsung kaget. Kayaknya, itu culture shock pertama saya kerja di Jakarta. Dianggap alim, cuma gara-gara melaksanakan salat lima waktu.

Sebelum lanjut lebih jauh. Saya jelaskan posisi saya dulu. Dalam tulisan ini, saya nggak bermaksud mempertanyakan pengetahuan agama orang-orang yang bilang saya alim, cuma gara-gara melaksanakan salat lima waktu. Yang saya gugat adalah logika mereka yang menganggap bahwa cukup salat lima waktu saja, sudah dapat dikatakan alim.

Salat lima waktu itu kewajiban!

Begini ya, salat lima waktu itu adalah kewajiban seluruh orang yang memeluk Islam. Namanya kewajiban, itu harus dilaksanakan. Kalau nggak dilaksanakan, saya dapat ganjaran negatif yaitu dosa. Nah, bisa saja, saya melaksanakan salat lima waktu itu karena menjalankan kewajiban aja dan nggak mau dapet dosa.

Umpamanya gini, kita kembali ke masa sekolah dulu deh. Seorang murid itu memiliki beberapa kewajiban seperti belajar, ngerjain tugas dan ngerjain PR. Misal, salah satu kewajiban murid nggak dilakukan yaitu ngerjain PR. Maka, si murid bakal kena hukuman, seperti nggak dapat nilai PR, yang akhirnya akan mempengaruhi nilai rapot. Nah, supaya saya nggak kena hukuman, saya lebih memilih ngerjain PR, logis dong?

Apakah murid yang ngerjain PR (salah satu kewajibannya) dapat tergolong anak pintar? Belum tentu dong! Harus dilihat dulu nilai PR-nya dapet berapa. Serta, berbagai usaha si murid untuk meraih predikat anak pintar. Contohnya dengan menjuarai lomba cerdas cermat. Sebuah kegiatan yang nggak wajib dilakukan seluruh murid, tapi kalau dilakukan akan mendapat nilai plus. Sehingga semakin dekat dengan predikat pintar.

Oleh karena itu, murid yang cuma ngerjain kewajibannya adalah murid yang biasa-biasa saja, seperti seorang pelajar pada umumnya. Yang menjadikan murid dianggap pintar adalah usaha di luar seluruh kewajibannya. Yang membuat terkristalnya ilmu pengetahuan di kepala.

Bukan hal istimewa

Sama seperti seorang yang beragama Islam. Muslim yang mengerjakan kewajibannya adalah muslim yang biasa aja, seorang muslim pada umumnya. Bukan sesuatu yang istimewa. Tapi, orang alim itu nggak cuma melaksanakan kewajiban agama saja. Orang alim itu punya kedalaman agama.

Meskipun, saya nggak memungkiri bahwa orang alim itu paling mudah dilihat dari salat lima waktunya yang sangat dijaga. Akan tetapi, seorang alim harus punya keilmuan agama yang mendalam. Tutur kata, perbuatan dan sikap yang islami. Bahkan, penampilannya pun biasanya sesuai dengan sunnah rasul. Betul apa betul pembaca?.

Terlebih, makna harfiah dan kriteria orang alim itu nggak sesederhana hanya melaksanakan salat lima waktu saja. Kesimpulannya, jangan mudah memberikan cap alim kepada seseorang, hanya karena melaksanakan kewajiban ibadah yang paling dasar. Sebab, cap alim dapat membebani seseorang juga lho. Apalagi, orang biasa yang penuh dosa seperti saya ini.

Penulis: Ahmad Arief Widodo
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Orang Islam yang Nggak Salat Bukan Musuh

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version