Penginnya tenang setelah cuci mobil di car wash, eh, malah berakhir nyesel…
Merawat kendaraan bukan cuma perkara servis rutin di bengkel. Mencuci kendaraan juga bagian penting dari perawatan. Saya teringat satu kalimat dari film Transporter 3. Sang aktor dalam film tersebut mengatakan, “Rawatlah kendaraanmu, maka kendaraan itu akan menjagamu.” Kalimat itu sederhana, tapi benar-benar melekat di kepala saya dan kalau dipikir-pikir ada benarnya juga.
Sampai saat ini, saya termasuk orang yang rajin merawat kendaraan termasuk urusan mencuci mobil. Bisa dibilang, mencuci mobil di car wash sudah jadi hobi saya. Saya suka mencoba berbagai tempat car wash di Solo, bahkan kadang juga di luar kota.
Ibarat datang ke restoran dan memilih menu paket makanan, saya juga punya “menu favorit” saat cuci mobil di car wash, yaitu paket cuci hidrolik. Biasanya paket ini mencakup cuci luar, dalam, kolong mobil dan wax atau cairan pengkilap mobil. Tetapi ada keresahan saya saat mencuci mobil di car wash yang membuat saya menyesal.
Busa cuci yang bikin mobil baret halus
Biasanya, saat mencuci mobil di car wash, mereka menggunakan busa besar untuk membersihkan seluruh bodi mobil. Tapi ternyata, busa seperti ini justru bisa menimbulkan baret halus atau yang sering disebut “baret laba-laba”.
Setelah saya amati, banyak car wash yang kurang memperhatikan kebersihan busa cuci mereka. Kadang busa yang digunakan sudah kotor, mengandung debu atau pasir halus yang menempel, lalu dipakai lagi untuk mencuci mobil. Akibatnya, partikel kecil itu ikut menggesek cat mobil dan menimbulkan baret halus.
Lebih parah lagi, ada juga car wash yang menggunakan busa bekas mencuci bagian velg atau kolong mobil untuk mencuci bodi bagian atas. Padahal bagian bawah mobil itu paling banyak kotoran pasir dan lumpur.
Tidak sampai di situ saja. Dalam proses pengeringan, saya masih sering menemukan car wash yang mengelap bodi mobil menggunakan kanebo. Padahal setahu saya, kanebo sebenarnya tidak disarankan untuk bagian bodi mobil, karena teksturnya bisa menimbulkan baret halus di permukaan cat.
Salah satu cara paling aman justru kain, seperti kain microfiber, karena bahannya lebih lembut dan mampu menyerap air tanpa meninggalkan goresan. Sayangnya, masih banyak tempat cuci mobil yang menganggap semua lap sama saja, padahal hasil akhirnya bisa sangat berbeda.
Memang setelah mencuci mobil biasanya baret-baret halus itu belum kelihatan. Apalagi kalau car wash-nya menggunakan cairan wax atau pengkilap setelah mencuci. Tapi coba tunggu dua sampai tiga hari, saat efek kilap itu mulai hilang baru nantinya akan kelihatan jelas baret-baret halus yang muncul akibat busa kotor, lap kanebo, atau cara mencuci yang asal-asalan tadi.
Tidak teliti saat pengeringan
Tentunya setelah dicuci, mobil pasti akan dilap supaya kering dan tidak ada air yang tersisa. Tapi nyatanya, banyak lho car wash yang tidak benar-benar mengeringkan mobil dengan baik. Bagian yang sering terlewat biasanya ada di pinggiran kaca mobil. Akibatnya muncul kerak air yang lama-kelamaan bisa bikin tampilan kaca jadi kusam atau berbekas.
Selain itu yang paling bikin kesel adalah car wash yang suka tidak kering mengelap bagian sela-sela mobil. Memang bagian sela-sela adalah yang sulit dijangkau dan saya masih mewajarkan itu. Tetapi sering saya temui bagian sela-sela yang mudah dijangkau seperti lekukan dalam pintu atau velg jarang betul-betul dipastikan kering.
Habis cuci mobil bukannya wangi malah bau asem
Biasanya, saat datang ke car wash, akan ada petugas yang menyambut dan menanyakan mau paket cuci seperti apa dan bagaimana. Setelah itu, mobil dibawa ke area pencucian dan dikerjakan oleh tim yang bertugas dan menurut saya, itu adalah bentuk pelayanan yang benar. Kenapa?
Banyak car wash yang entah mungkin karena ingin menghemat biaya atau memang sistemnya begitu, membuat tukang cuci juga merangkap sebagai petugas yang menerima pelanggan. Jadi, saat kita datang, mereka yang langsung menyambut, lalu membawa mobil ke area pencucian.
Sebetulnya nggak masalah, sih, tapi yang jadi masalah adalah sebagian dari mereka sering kali punya bau badan yang cukup kuat dan tahan lama. Lalu anehnya, setelah mobil selesai dicuci, aroma itu malah ikut menempel di dalam mobil. Bukan wangi semerbak sabun atau pengharum mobil, tapi justru bau asem yang bikin kepala sedikit pusing.
Itulah keresahan saya selama mencoba berbagai tempat cuci mobil. Semoga saja para pemilik usaha car wash bisa membaca ini dan menjadikannya masukan siapa tahu bisa jadi ide untuk membuat layanan mereka jadi lebih baik lagi.
Penulis: Imanuel Joseph Phanata
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Mempertanyakan Kepedulian Pemilik Mobil yang Hobi Cuci Mobil di Pinggir Jalan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
