Selama ini, Jogja dikenal sebagai daerah yang asri, nyaman dan sejuk, sehingga banyak orang memilih Jogja sebagai tempat healing tipis-tipis, outing kantor hingga menghabiskan masa tuanya di daerah ini. Namun, cuaca Jogja, sebenarnya tiada beda dengan kota besar lain di Pulau Jawa lainnya. Bahkan lebih panas dari kota Jakarta dan Surabaya.
Lho, saya nggak bercanda ini. Cuaca Jogja itu menurut saya panas, panas banget malah!
Memang dari letak geografis, Jakarta dan Surabaya terletak di daerah pesisir utara Pulau Jawa yang identik dengan cuaca panas. Namun, saya tidak menyangka bahwa Jogja yang terletak di daerah sisi selatan pulau Jawa bisa sepanas ini. Panasnya cuaca Jogja begitu menyengat dan membuat badan saya mudah mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak alias gobyos.
Hal ini saya sadari ketika saya melepas mukena di dalam mushola Stasiun Lempuyangan. Awalnya, saya masih tidak percaya bahwa saya akan disambut oleh cuaca panas yang menyengat saat turun di Stasiun Lempuyangan. Mencoba mencari kesejukan di dalam mushola dengan menikmati kipas angin nyatanya kerah baju dan kerudung area kepala saya basah selepas menggunakan mukenah.
Siapa bilang cuaca Jogja itu sejuk?
Walaupun saya terbiasa hidup di kota yang terkenal panas yakni Surabaya, saya merasa panasnya Jogja ini tidak umum. Agaknya baru kali ini saya merasa kecewa mengunjungi Kota Istimewa, akibat ekspektasi saya sendiri yang tinggi. Saya pikir, kunjungan saya ke Jogja kali ini akan memberi saya kesejukan dan kesyahduan karena telah memasuki musim hujan. Ternyata lebih panas dari Surabaya, Bung!
Saat saya mengungkap keluh kesah saya terhadap cuaca Jogja ke beberapa orang seperti tukang becak, satpam hotel, driver ojol hingga pedagang pasar mereka pun merasakan demikian. Kebanyakan mereka memberi pernyataan bahwa cuaca panas terasa menyengat karena intensitas hujan yang rendah dan tidak meratanya hujan turun di beberapa titik. “Sekarang cuaca udah nggak bisa diprediksi. Kemarin di sini gerimis terus panas. Pas saya pulang ke rumah hujan, nggak lama gerah semaleman” ujar satpam hotel tempat saya menginap.
Menurut artikel Liputan Mojok berjudul Alasan Jogja Panas meski Memasuki Musim Hujan akhir tahun lalu, wilayah Jawa atau Indonesia bagian selatan tidak terdapat tutupan awan. Kurangnya pertumbuhan awan hujan menjadi salah satu penyebab mengapa cuaca Jogja panas meski sudah memasuki musim hujan.
Kalau tiap saat di Kaliurang mah, beda cerita
Lebih lanjut menurut artikel KRJogja yang diunggah bulan Februari tahun ini, pihak BMKG DIY menyatakan bahwa dinamika atmosfer di atas wilayah DIY berdampak pada pengurangan curah hujan. Beberapa hal yang mempengaruhi atmosfer di wilayah DIY adalah, tidak kuatnya angin baratan, indeks El Nino Moderat dan cuaca berawan dari siang hingga malam hari.
Dari kunjungan saya ke Jogja kali ini, dengan ini saya menyatakan bahwa panasnya kota Jogja hampir bahkan lebih panas dari Kota Surabaya. Bahkan baru-baru ini postingan Instagram @haloterong yang menjelaskan bahwa ia mengalami culture shock akibat Jogja terasa lebih panas dari Jakarta!
Jadi, menurut saya sih, kurang-kurangin bikin konten yang bilang cuaca Jogja itu sejuk. Pernyataan itu baru valid kalau kalian 24/7 di pucuk Kaliurang. Kalau nggak ya, sama saja!
Penulis: Anisah Meidayanti
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Berkat Pengalaman Tinggal di Jogja, Saya Selalu Bersyukur Setiap Pulang ke Tasikmalaya