Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Coffee on The Bus: Cara yang Berbeda untuk Menikmati Jogja

Mohammad Ibnu Haq oleh Mohammad Ibnu Haq
4 Agustus 2020
A A
coffee on the bus mojok

coffee on the bus mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Baru-baru ini ada sebuah gebrakan wisata yang membuktikan bahwa orang Jogja itu memang ndableg tapi sekaligus juga nyeni. Di saat pemerintah menyuruh rakyatnya berdiam diri dan banyak obyek wisata terpaksa menutup usahanya karena pandemi, ini malah ada orang yang ngajak keliling kota sambil ngopi-ngopi ke lokasi wisata. Coffee On The Bus, nama yang digunakan untuk mem-branding usaha mereka.

Konsepnya sederhana sekali. Ngopi yang biasa dilakukan di atas meja dan kursi, kali ini dialihkan ke dalam bus yang fancy. Jadi, jika selama ini di dalam bus kita terbiasa menikmati sebotol air mineral, roti sepuluh ribuan tiga, kali ini kita bisa mencium aroma wangi dari seduhan kopi sambil memandang mbak-mbak dan mas-mas barista yang wara-wiri dengan wajah yang berseri-seri.

Sebenarnya konsep ini tidak hanya dilakukan di Jogja. Di kota-kota lain seperti Solo, Malang, Gresik, Purwokerto, dan Pekalongan pun juga ada meskipun jelas namanya berbeda.

Wiwit Kurniawan, kreator dari Coffee On The Bus, awalnya termasuk salah satu dari pelaku pariwisata yang terkena dampak pandemi. Selama berbulan-bulan blio tidak mendapatkan pemasukan yang memadai. Mungkin karena itulah Mas Wiwit teringat quote Steve Jobs yang paling termasyhur “Stay foolish, stay hungry”. Dan berhubungan sudah setiap hari dalam keadaan literally hungry , maka muncul konsep di kepalanya yang nggak tanggung-tanggung lagi seperti ini,

“Kalau wisatawan tidak bisa ke sini, kenapa tidak kami saja yang menjemput mereka.”

Awalnya saya sangsi kalau jenis wisata seperti ini akan laku terlebih di tengah pandemi, tetapi kenyataannya bus mereka selalu penuh. Setidaknya di akhir Minggu yang sudah saya ketahui sendiri. Dan hal tersebut dapat terjadi bukan serta-merta hanya karena keberhasilan promosi saja. Ada hal-hal lain yang menurut saya jauh lebih bermanfaat dan justru menjadi kekhasan dan nilai lebih yang lebih bagi usaha mereka.

Menambah wawasan tentang dunia perkopian

Isi busnya sama halnya dengan bus wisata pada umumnya. Sebuah televisi layar datar terpampang di bagian depan, tentu dengan dukungan speaker yang suaranya terdengar jelas dan jernih hingga ke kursi paling belakang. Bedanya, jika biasanya video yang diputar tidak jauh-jauh dari lantunan biduan seperti Mbak Via dan Mbak Nella, maka dalam Coffee On The Bus, penumpang disuguhi tayangan edukatif tentang kopi.

Tidak sampai di situ. Barista yang bertugas pun ikut memberikan wawasan tentang kopi yang sedang disuguhkan dan terkadang memberikan saran. Seperti saat mereka menyarankan kepada saya kalau kopi Lampung—yang termasuk jenis kopi robusta—akan lebih enak disajikan dengan susu daripada gula. Hebatnya lagi mereka melakukan itu semua sambil menuangkan air panas ke dalam gelas di dalam bus yang sedang berjalan.

Baca Juga:

3 Rekomendasi Kafe di Klaten yang Ramah Introvert, Cocok untuk Menyendiri

Indomaret Fresh Jalan Bandung: Sebaik-baiknya Tempat Nongkrong dan Ngopi di Malang

Nggak berbahaya tuh? Tenang saja, mereka sudah terlatih kok. Kalaupun nanti meleset sedikit, para barista ini akan mengorbankan badan mereka sendiri agar konsumen tidak terluka. Memang sepertinya itu sudah menjadi jalan ninja mereka. Bahkan sebelum perjalanan pulang, dan masih di dalam bus lho ini, barista-barista tadi bergantian memainkan atraksi membuat teh tarik ala Uncle Muhto.

Sek,sek. Ini judulnya Coffee On The Bus atau Tea On The Bus yah? Halah nggak perlu dipikirkan, nikmati wae. Gitu aja kok repot.

Mengulang pelajaran sejarah

Coffee On The Bus memiliki beberapa rute yang masing-masing bertujuan ke lokasi wisata khas Jogja yang berbeda-beda. Saya kebagian ke wisata Candi Plaosan.

Setelah sebelumnya penumpang diberikan tayangan dan penjelasan tentang kopi, tour leader mengambil alih dan gantian bercerita tentang sejarah. Utamanya sejarah di kawasan wisata yang menjadi destinasi. Yah boleh dibilang apa yang disampaikan oleh blio sudah cukup usang, tetapi toh nyatanya semua penumpang tetap mendengarkan dengan khidmat.

Seakan-akan tak cukup dibawa pergi mengelilingi kota Jogja, kami pun diajak menyelami lagi masa-masa sekolah khususnya dalam kelas sejarah. Saya penasaran bagaimana jika saya dapat rute dengan tujuan bandar udara Jogja yang baru. Kira-kira sejarah apa yang terjadi di sana ya? Akankah diceritakan bagaimana banyak demonstrasi dan perlawanan warga sekitar?

Menghidupkan perdagangan cendera mata di tempat wisata

Seperti yang sudah saya sampaikan di atas, di setiap rute ada destinasi. Meskipun lokasi yang saya tuju masih tutup karena pandemi, banyak juga yang turun dari bus dan asyik ber-selfie. Di sana beberapa pedagang pun ternyata masih giat mengais rezeki.

Memang jika dilihat dari banyaknya lapak yang masih tutup dapat menggambarkan bahwa kondisi perekonomian di kawasan itu masih sepi. Sehingga kehadiran Coffee On The Bus dengan segerombolan wisatawan setidaknya cukup membantu agar asa dan harapan mereka tidak mati.

Di luar fungsi dan manfaatnya di bidang pariwisata, sebenarnya gebrakan ini dapat juga dilihat sebagai sebuah respom terhadap lambatnya pemerintah dalam merespon kelesuan perekenomian. Sebagai contoh, hal ini dapat dilihat dari bagaimana mas Wiwit dan teman-temannya mampu memanfaatkan bus yang ngangkrak. Tanpa ba-bi-bu, mereka sukses menelurkan jenis wisata kekinian yang tetap melek protokol kesehatan.

Mungkin sejak awal, Mas Wiwit, tidak bermaksud melemparkan kritik. Namun, dengan apa yang telah dilakukannya ini justru menjadi sentilan yang unik dan asyik apalagi bentuk sindiran sosial tersebut justru memudahkan wisatawan untuk menikmati Jogja sebagaimana lagu dari Katon Bagaskara yang melegenda.

“…Tiap sudut menyapaku bersahabat. Penuh selaksa makna …”

BACA JUGA Dalam Situasi Seperti Ini, Berbelanjalah! dan tulisan Mohammad Ibnu Haq lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 Agustus 2020 oleh

Tags: Coffee On The Busngopi
Mohammad Ibnu Haq

Mohammad Ibnu Haq

Sukanya mojok

ArtikelTerkait

Kultur Ngopi di Malang: Dipenuhi Mahasiswa, Mirip Yogyakarta

Kultur Ngopi di Malang: Dipenuhi Mahasiswa, Mirip Yogyakarta

1 September 2022
3 Rekomendasi Kafe di Klaten yang Ramah Introvert, Cocok untuk Menyendiri Mojok.co

3 Rekomendasi Kafe di Klaten yang Ramah Introvert, Cocok untuk Menyendiri

12 Januari 2024
nggak suka ngopi

Saya Nggak Suka Ngopi, Apa Saya Nggak Boleh Jadi Anak Indie?

4 Juli 2019
Kalau Ada Orang Berpendapat Terus Dikatain Belum Ngopi Itu Maksudnya Apa sih?! terminal mojok.co

Merindukan Prabowo dan Jokowi Untuk Duduk Ngopi Bareng

6 Juli 2019
Filsuf Adalah Tonggak Peradaban Bangsa dan Kini Mereka di Kedai Kopi terminal mojok.co

Analisis Berbagai Arti Ungkapan ‘Ngopi’ yang Sering Kita Dengar

8 Juli 2020
Indomaret Fresh Jalan Bandung: Sebaik-baiknya Tempat Nongkrong dan Ngopi di Malang

Indomaret Fresh Jalan Bandung: Sebaik-baiknya Tempat Nongkrong dan Ngopi di Malang

14 Juni 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

Kasta Sambal Finna dari yang Enak Banget Sampai yang Mending Skip Aja

19 Desember 2025
Setup Makaroni Kuliner Khas Solo, tapi Orang Solo Nggak Tahu

Setup Makaroni: Kuliner Khas Solo tapi Banyak Orang Solo Malah Nggak Tahu

19 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.