Kebiasaan mencari makan siang saat bekerja di kantor proyek pemulihan pascabencana erupsi Merapi beberapa tahun silam membuat saya hafal ciri-ciri warung makan. Menjelajahi empat kabupaten di wilayah Merapi menjadikan saya hafal mana warung makan yang mahal sampai yang murah meriah. Atau warung makan yang enak sampai yang biasa-biasa saja.
Ilmu kanuragan dalam memilih warung makan yang memberikan garansi kelezatan ini saya dapatkan dari mantan bos di kantor proyek. Blio sudah sangat lihai dalam menentukan mana warung makan yang enak dan yang biasa saja. Tanpa ia harus merasakan makanan yang disajikan di warung tersebut, blio sudah bisa menebak enak dan tidaknya.
Blio bisa dikatakan sebagai pawang kuliner atau dukun kuliner karena bisa tahu mana warung yang enak tanpa harus menikmati makanan terlebih dahulu. Kalau di masyarakat Jawa dinamakan ilmu titen. Kalau diartikan, ia memperhatikan tanda-tanda atau ciri-ciri suatu kejadian yang terjadi. Hal ini bisa diasah dengan banyaknya pengalaman atau jam terbang, termasuk dalam hal perkulineran.
Nah, berdasarkan ilmu titen dari mantan bos, berikut beberapa hal yang bisa dijadikan indikator dalam memilih warung makan yang enak yang memberikan garansi kelezatan bagi pelanggannya.
#1 Banyak pelanggan dari golongan ASN
Banyaknya pelanggan warung makan dari golongan Pegawai ASN atau Aparatur Sipil Negara (kalau dulu disebut PNS) menjadi salah satu indikator warung makan tersebut memberikan jaminan kelezatan. Dengan stigma bahwa para pegawai ASN memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi dibandingkan pekerja lainnya, tentu saja akan memberikan stigma pula bahwa mereka akan mencari tempat makan yang enak.
Pengalaman saya saat mencari makan siang di sekitaran area Jogja dan Jawa Tengah, mantan bos selalu bilang ke sopir, “Mas, cari warung makan yang banyak PNS-nya, ya,” ujar blio. Dan memang jitu tebakannya. Warung makan yang kami tuju selalu memberikan kepuasan lidah kami. Dan juga sangat bersahabat dengan dompet. Walaupun kadang-kadang juga ada warung makan yang harganya di atas rata-rata dan bikin agak nggak ikhlas, sih.
#2 Banyak pelanggan dari golongan polisi
Biasanya setelah melakukan razia kendaraan di suatu ruas jalan, bapak-bapak polisi langsung bergegas sarapan atau makan siang. Warung yang dituju biasanya sate kambing atau soto. Pernah kami bersamaan makan siang di salah satu warung sate di bilangan Klaten, Jawa Tengah.
Setelah mengikuti rapat, kami bergegas mencari warung makan. Kebetulan bos pengin makan sate kambing, walaupun setelah rapat ada pembagian nasi box. Tidak jauh dari kantor tempat kami rapat, mampirlah kami di warung sate. Di depan warung sudah parkir kendaraan pak polisi. Sebetulnya kami gambling saja karena memang belum pernah ke situ. Saat kami masuk dan mau pesan, ternyata bapak-bapak polisinya berkemas untuk meninggalkan warung.
Dan tibalah pesanan sate kambing, ternyata rasanya memang maknyus. Setelah selesai menyantap sate kambing, kami pun segera menuju kasir. Sekedar basa-basi saya tanya ke kasir warung sate. “Bu, bapak-bapak polisi tadi sering ke sini, ya? tanya saya. “Iya, Mas, udah menjadi pelanggan tetap. Biasanya pas makan siang atau setelah melakukan tugas razia kendaraan,” jawab ibu kasir.
#3 Banyak tempelan kalender
Saat kami memutuskan untuk makan soto, mantan bos langsung bilang, “Kalau mau makan soto langsung saja kita menuju Jalan Wates.” Tanpa debat kami pun langsung meminta pak sopir untuk menuju warung yang dimaksud. Dan memang di Jalan Wates Yogyakarta itu berderet warung soto yang sepertinya masih keluarga.
Di salah satu watung soto yang kami masuki, di depannya banyak kendaraan yang terparkir. Menandakan banyak pula pelanggan yang makan di situ. Dan di dalamnya banyak sekali tempelan kalender dari berbagai perusahaan, tanpa menyisakan tempat kosong.
Ya, pemasang kalender berharap para pelanggan warung soto tersebut tertarik untuk membeli barang atau tertarik dengan jasa yang ditawarkan. Pemasang kalender ini sangat paham dengan peluang ini. Mereka akan memilih warung makan yang ramai pelanggannya. Dan ramainya pelanggan ini selalu berbanding lurus dengan kelezatan makanan yang disajikan.
#4 Banyak tempelan foto owner dengan artis atau pejabat
Warung makan di bilangan pusat pemerintahan Kabupaten Magelang ini banyak sekali tempelan foto pejabat yang nampang dengan pemilik warung. Ini menandakan bahwa warung tersebut banyak dikunjungi pejabat. Dan setelah masuk ke warung yang menjual sop senerek, makanan khas Magelang ini, memang banyak terpajang foto-foto pejabat.
Tentu saja kami ingin segera merasakan makanannya enak atau tidak. Dan ternyata makanan yang disajikan ludes dengan cepat, tidak sampai 20 menit. Makanannnya memang maknyus, wajar saja banyak pejabat yang mampir.
Hal serupa juga kami temui di bilangan Kasongan, Bantul. Saat ada kunjungan ke daerah Bantul kami memutuskan untuk mampir makan siang dengan menu ayam goreng. Tiba di dalam warung, banyak terlihat tempelan foto-foto artis nasional. Dan rasanya memang enak. Lidah ini terpuaskan walaupun harganya agak mahal untuk ukuran saya sebagai seorang staf proyek.
BACA JUGA Rekomendasi Tempat Makan Murah tur Enak dan Wajib Dicobain Maba UIN Jogja dan tulisan Humam Zarodi lainnya.