Bubur ayam adalah salah satu santapan yang paling digemari dalam ritual sarapan pagi di Indonesia. Pasalnya, hidangan ini nggak seberat nasi uduk. Di sisi lain, bubur ayam dianggap bergizi cukup untuk modal menaklukan hari.
Lagi pula kuah bubur yang hangat, suwiran ayam, dan topping pelengkapnya jelas jauh lebih menggugah selera ketimbang semangkuk sereal dingin atau setangkup roti tawar ala sarapan bule. Sayangnya, nggak semua bubur diciptakan setara.
Jujur saja, nggak sedikit bubur yang rasanya nggak jauh beda dari masakan rumah sakit. Nah, supaya pagi hari nggak dimulai dengan drama bubur, ada baiknya perhatikan sejumlah ciri-ciri berikut sebelum memutuskan bubur ayam mana yang layak jadi penyelamat perut.
#1 Tekstur bubur nggak pas adalah indikasi bubur ayam nggak beres
Ciri utama bubur ayam yang layak disebut juara bisa dilihat dari teksturnya. Bubur yang enak itu harus memiliki tekstur creamy dan halus. Bukan berair, apalagi encer. Soalnya bubur yang bagus dimasak dengan perbandingan air yang tepat dan diaduk secara konsisten.
Proses tadi memungkinkan bulir-bulir berasnya pecah lalu menyatu sempurna. Hasilnya, tentu bukan bubur yang nasi dan airnya terpisah. Sebaliknya, bubur juga pantang terlalu kental karena bakal bikin berat buat sarapan.
Cara mendeteksinya gampang. Saat diangkat dengan sendok, bubur terlihat turun perlahan. Selain itu, rasa bubur polosannya juga pasti sudah gurih meski belum ditaburi topping. Kalau syarat ini nggak ada, jangan harap momen menikmati semangkok bubur ayam akan berakhir bahagia.
#2 Curigai bubur ayam yang kuahnya terlalu jernih
Kuah adalah nyawa sejati bubur ayam lantaran bertugas memberikan kedalaman rasa. Makanya kuah yang terlampau bening adalah tanda bahaya. Ini adalah indikasi mutlak rasa kuahnya hambar.
Sebaliknya, kuah bubur ayam yang pasti enak harus menampilkan warna kuning keemasan medok dan berkesan pekat. Di samping itu, rasanya harus menonjolkan gurih umami dari kaldu ayam asli. Plus, ada sentuhan rempah seperti kunyit, jahe, dan bawang putih yang diracik seimbang.
Intinya, rasa kuahnya harus nendang di lidah tanpa perlu penambahan garam lagi. Terakhir, kuah ini wajib disajikan dalam kondisi panas dengan kepulan uap yang masih kentara. Tujuannya jelas, agar lemak dan minyak di dalamnya nggak lekas menggumpal dan bikin eneg penikmatnya.
#3 Topping harus lengkap, kualitas setiap elemen anti kaleng-kaleng
Yang pertama, suwiran ayam wajib menggunakan jenis ayam kampung. Bagian yang disajikan juga yang paling juicy. Suwirannya nggak boleh kering seperti serutan kayu, melainkan harus masih lembut dan empuk.
Selanjutnya, kacang kedelai dan bawang goreng dipastikan renyah. Jika terlanjur melempem dan rasanya pahit, jelas itu red flag karena artinya sudah basi. Bawang goreng yang bagus akan terasa harum, bukan getir.
Elemen krusial lain adalah kerupuk yang crunchy. Kerupuk yang sudah alot dan chewy tentu membuat pengalaman makan jadi seperti medan perang. Selain itu, daun bawang dan seledri mesti berwarna hijau cerah yang menyiratkan kesegaran, bukan layu atau menguning. Soalnya, bukan hanya rasa yang akan berperan saat seseorang makan, melainkan juga aroma dan estetika.
#4 Gerobak penjual bubur ayam jagoan nggak berkeliling karena yang enak itu dicari, bukan mencari
Bubur ayam yang sudah teruji kualitasnya biasanya sudah memiliki tempat tetap yang nyaris nggak pernah tampak sepi. Keajegan ini terjadi karena mereka sudah punya reputasi yang kuat dan dikenal banyak orang. Praktis, banyak pelanggan tetap yang menghampiri.
Aturannya sederhana. Yang enak itu pasti diburu, bukan memburu. Kalau pedagang bubur ayam masih sering pindah-pindah atau berkeliling menjajakan dagangannya pakai gerobak, bisa diartikan mereka masih berjuang mencari konsumen.
Memang nggak semua yang keliling itu nggak enak. Namun, untuk meminimalisasi risiko sarapan gagal, mending incar gerobak bubur ayam yang sudah mangkal dan dikerumuni pembeli sejak pagi. Ini adalah cara paling mudah buat dicermati.
Mencari bubur ayam yang istimewa adalah sebuah seni yang butuh kesabaran. Dengan memahami empat kriteria mutlak tadi, pemuja bubur nggak perlu lagi berjudi. Apalagi, kalau taruhannya suasana hati di pagi hari. Itu terlalu mahal!
Yang jelas, bubur ayam yang sejati punya vibes hangat dalam setiap suapan. Sebab, garis start memulai aktivitas terlalu berharga untuk disia-siakan hanya oleh sepiring makanan yang kurang maksimal.
Penulis: Paula Gianita Primasari
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Dosa Pedagang Bubur Ayam Khas Jakarta yang Berjualan di Jogja




















