Chungmuro, Hollywood-nya Korea yang Jadi Kiblat Dunia Perfilman

Chungmuro, Hollywood-nya Korea yang Jadi Kiblat Dunia Perfilman Terminal Mojok

Chungmuro, Hollywood-nya Korea yang Jadi Kiblat Dunia Perfilman (Chiara Sakuwa/Shutterstock.com)

Kalau di Amerika Serikat ada Hollywood dan India punya Bollywood, lantas gimana dengan Korea Selatan?

Chungmuro adalah nama jalan sepanjang 1,75 kilometer dan lebar 10-20 meter di Jung-gu, Seoul, Korea Selatan. Nama Chungmuro akhir-akhir ini terdengar sangat prestisius setelah banyak penggemar drama Korea di Twitter yang menyanjung aktor dan aktris favoritnya yang telah mendapatkan gelar Chungmuro. Berawal dari nama jalan, kok bisa membuat orang lain bangga? Di mana korelasinya?

Melalui penjelajahan lapangan yang diliput oleh The Korea Herald, terkuak bahwa Chungmuro adalah kiblat perfilman di Korea Selatan. Berawal dari banyaknya para insan perfilman yang membuka rumah produksi di Chungmuro mengakibatkan daerah itu jadi terkenal dan menjadi sentral sinema Korea Selatan. Alasan sebenarnya para sineas mendirikan studi di Chungmuro adalah karena daerah tersebut memiliki biaya hidup dan sewa yang lebih murah dibandingkan daerah-daerah di sekitarnya. Tapi saat ini sudah banyak studio yang pindah ke Gangnam karena lokasinya yang lebih strategis. Kini Chungmuro menjadi metonimia bagi sinema Korea Selatan meski basis tempatnya sudah pindah.

Syuting film (Shutterstock.com)

Di Chungmuro terdapat dua bioskop legendaris yang dulu menjadi tempat para warga Korea Selatan untuk menikmati film, yaitu Daehan Cinema yang berdiri sejak 1958 dan Seoul Cinema yang dibuka pada 1979. Tapi saat ini sudah banyak teater yang buka di seantero negeri sehingga hanya penduduk sekitar atau wisatawan yang pengin merasakan nuansa Chungmuro yang masih nonton film di sini. Ditambah lagi sekarang ada fasilitas OTT yang membuat orang-orang bisa nonton film tanpa perlu keluar rumah.

Buat kalian yang belum tahu, OTT itu bukan Operasi Tangkap Tangan yang biasa dilakukan KPK, ya, melainkan singkatan dari Over the Top. Dilansir dari Kompas.com, OTT adalah layanan tambahan—disediakan oleh pihak lain—yang bisa dinikmati pengguna internet dengan menggunakan jaringan data yang disediakan oleh operator telekomunikasi. Contoh OTT yang biasa digunakan saat ini misalnya Netflix, WhatsApp, Line, Facebook Messenger, GoJek, dsb.

Sinema Korea Selatan mengawali langkahnya di tahun 1919 melalui film pertamanya yang berjudul The Righteous Revenge. Sekitar empat dasawarsa kemudian, dunia perfilman Korea mencapai masa keemasannya. Sinema-sinema Korea Selatan pun mulai banyak dilombakan di festival film global di 1980-an. Masa itu memulai era baru karena industri perfilman internasional mulai mengenal karya-karya dari Korea Selatan. Dan tahun 2017 disebut-sebut menandai kebangkitan Chungmuro.

Bong Joon Ho, sutradara film Parasite (Taniavolobueva/Shutterstock.com)

Chungmuro semakin mentereng namanya setelah kemenangan film Parasite di Oscar. Tapi bukan berarti penghargaan yang Parasite peroleh di Oscar ini adalah piala pertama yang mengapresiasi karya-karya sineas Korea Selatan. Sebab, sebelumnya film The Surrogate Woman yang menjadi kebanggaan maestro Im Gwon Taek berhasil merebut Best Female Actress Award di “44th Venice Film Festival” dan Oldboy karya Park Chan Wook pernah menang Grand Prix Award di “57th Cannes Film Festival”.

Para sineas Korea Selatan nggak jarang diasosiasikan dengan Chungmuro. Entah mereka berperan sebagai aktor, aktris, maupun sutradara, siapa pun dapat berpeluang mendapatkan julukan Chungmuro.

Ada beberapa penyebab bagi seorang sineas untuk bisa mendapatkan titel sebagai sineas Chungmuro. Pertama, karena sineas tersebut membintangi atau terlibat dalam film yang rumah produksinya berada di Chungmuro. Kedua, sebab film yang diproduksi mencapai box office. Box office ini adalah istilah umum di bidang perfilman yang bermakna sinema yang mendapatkan penghasilan melampaui biaya produksi. Angka pendapatan itu dihitung dalam jangka waktu beberapa hari setelah filmnya tayang pertama kali. Aktor Song Kang Ho sudah dimahkotai sebagai aktor Chungmuro karena banyak film yang dibintanginya telah mencapai box office. Selain itu, film tersebut memang merupakan produksi dari studio yang berbasis di Chungmuro.

Bisa juga seorang insan perfilman dihubungkan dengan Chungmuro karena memang mereka memulai karier dari Chungmuro. Misalnya saja Sutradara Bong Joon Ho yang dulu juga mengawali kariernya di Chungmuro.

Kim Da Mi dan Choi Woo Shik dalam Our Beloved Summer (Instagram Netflix Indonesia)

Di kalangan penggemar sinema Korea Selatan pun terdapat istilah Chungmuro’s Blue Chip. Dalam daftar ini terdapat banyak banget aktor dan aktris favorit sejuta umat, seperti Lee Je Hoon, Choi Woo Shik, Park So Dam, Kim Da Mi, Kim Tae Ri, dan masih banyak lagi. Mereka mendapatkan panggilan ini karena dipercaya dapat menjadi masa depan bagi industri perfilman Korea Selatan.

Salah satu tribute untuk pihak-pihak yang berkontribusi pada perkembangan industri perfilman di Korea Selatan adalah dengan dibangunnya movie walkway di stasiun bawah tanah Chungmuro. Di sini ada banyak sekali karikatur, foto, maupun poster-poster film yang tentunya sudah nggak asing lagi bagi penonton lokal dan global. Sejarah perfilman negara tersebut dirangkum sekaligus dipajang di sini. Selain itu, Dewan Metropolitan Seoul juga mengumumkan bahwa sedang ada proyek konstruksi teater, museum, dan komplek arsip di Chungmuro sebagai salah satu bentuk konservasi warisan sejarah.

Penulis: Noor Annisa Falachul Firdausi
Editor: Intan Ekapratiwi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version