Kesadaran masyarakat, terlepas dari latar belakangnya, untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas semakin meningkat. Salah satu cara mendapatkan pendidikan berkualitas tersebut adalah dengan berangkat ke luar negeri untuk belajar, baik itu mendapatkan gelar sarjana, magister, sampai doktor. Kini, kuliah ke luar negeri menjadi cita-cita banyak orang.
Beasiswa biasanya menjadi salah satu sumber pendanaan yang dituju para calon mahasiswa. Tak heran lantaran beasiswa untuk studi ke luar negeri pun banyak sekali, dan kesempatan bagi orang Indonesia terbuka sangat luas. Salah satu beasiswa dari dalam negeri yang membiayai kuliah para putra-putri bangsa adalah LPDP. Beasiswa dari negara lain pun tidak sedikit yang ditawarkan.
Jika malas dengan persyaratan beasiswa yang menuntut kita untuk mengumpulkan dokumen yang setumpuk itu, kita bisa menggunakan pendanaan pribadi untuk berangkat sekolah ke luar negeri. Nah, bagi jamaah mojokiyah yang memutuskan melanjutkan studi ke luar negeri dengan biaya pribadi, saya sarankan untuk melakukan riset lebih mendalam tentang negara yang jadi tujuan belajar kalian.
Jangan hanya mempertimbangkan perbedaan bahasa, iklim, dan kemungkinan kalian bakal kerasan atau tidak hidup di negara nan jauh di mata, kalian juga perlu mengalkulasikan biaya hidup di sana. Biaya hidup yang mencakup biaya sewa tempat tinggal, makan, dan transportasi perlu kalian perhitungkan. Begitu juga dengan biaya studi (tuition fee) karena kebijakan biaya studi tiap negara berbeda-beda.
Setiap negara menetapkan biaya perguruan tinggi dengan alasan yang berbeda. Berdasarkan informasi yang saya baca dari “Education Indicators in Focus” terbitan OECD dengan tajuk “How is international student mobility shaping up?” dan beberapa portal belajar internasional, seperti Study Portals dan Study International, struktur pembiayaan studi dibagi menjadi tiga. Mari kita simak bersama-sama~
#1 Negara yang memberlakukan biaya studi mahasiswa internasional lebih tinggi daripada mahasiswa domestik
Paper terbitan OECD membuat daftar negara-negara yang “memahalkan” biaya kuliah bagi para mahasiswa luar negeri. Jika kalian memutuskan untuk memilih negara Australia, Irlandia, Kanada, Selandia Baru, Rusia, Turki, dan Amerika Serikat sebagai negara tujuan studi, siap-siap saja bayar SPP lebih mahal dari mahasiswa asli negara sana.
Selain itu, ada juga Austria, Belgia, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Islandia, Belanda, Polandia, Swedia, dan Britania Raya yang memberlakukan biaya kuliah lebih mahal bagi mahasiswa yang bukan berasal dari Uni Eropa atau Masyarakat Ekonomi Eropa.
Bahkan mulai tahun 2021, karena keputusan Brexit, Britania Raya tidak akan memberi keringanan biaya studi bagi mahasiswa asal Uni Eropa dan MEE. Ya sama saja sih, kita warga Indonesia bukan bagian dari sana.
Nah, kenapa bisa mahal? Jadi, biaya kuliah di negara-negara tersebut mahal lantaran semua biaya dibebankan kepada mahasiswa alias pemerintah tidak ikut menanggung biaya studi. Ada juga alasan lain seperti Australia yang salah satu ekspor jasa terbesarnya memang dari “bisnis” pendidikan internasional. Tetapi kalian bisa kok mengajukan beasiswa parsial dari universitas, tentunya dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi dan juga memastikan ketersediaan beasiswa di kampus~
#2 Negara dengan biaya kuliah yang setara antara mahasiswa domestik dengan mahasiswa internasional
Yang kedua adalah daftar negara yang adil, arif, dan bijaksana seperti bapak dan ibu yang sayang sama anak-anaknya. Gimana nggak sayang, negara-negara ini tidak membedakan mahasiswa internasional dengan mahasiswa domestik. Istilahnya nggak pilih kasih lah~
Negara-negara yang memberlakukan biaya kuliah yang setara antara mahasiswa domestik dan internasional antara lain Italia, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Spanyol, dan Swiss.
#3 Negara yang menggratiskan biaya kuliah bagi mahasiswa domestik dan mahasiswa internasional
Finlandia, Norwegia, Jerman, dan Prancis merupakan negara idaman para mahasiswa lantaran tidak memungut biaya kuliah. Pemerintah negara-negara ini menanggung biaya kuliah para mahasiswa melalui pajak yang dibayarkan para warga. Jadi, kuliah di sana gratis, tis, tis.
Khusus universitas negeri di Norwegia, biaya kuliah semuanya gratis, dan biaya kuliah di universitas swastanya pun tetap lebih murah jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Sementara di Finlandia, biaya kuliah digratiskan untuk program kuliah yang menggunakan bahasa Finlandia atau Swedia. Kalau pakai bahasa Inggris ya kita tetap harus bayar! Heuheuheu.
Awalnya, Jerman memberlakukan biaya kuliah yang sama bagi mahasiswa internasional dan domestik, tapi sejak tahun 2014, biaya kuliah mahasiswa yang sedang mengambil program sarjana dan master digratiskan. Sementara bagi mahasiswa yang mengambil program Ph.D, bakal dikenakan biaya kuliah setelah 6 bulan belajar. Mantap kan?
Oh ya, negara yang tertulis di atas tadi merupakan negara yang telah bergabung sebagai anggota organisasi OECD saja, ya. Beberapa negara di atas juga menjadi negara tujuan studi favorit pelajar dari Indonesia. Jadi, jika kalian berencana melanjutkan studi ke negara-negara tersebut, bakal sering berpapasan dengan teman-teman asal Indonesia juga loh.
Terlepas dari negara manapun yang bakal jadi tujuan belajar kalian, jangan lupa perhitungkan biaya kuliah dan aspek-aspek lainnya. Tetap semangat buat meraih cita-cita yaaa, Mylov~
BACA JUGA Tips Belajar Bahasa Korea Budget Minim dan Anti Stres dan tulisan Noor Annisa Falachul Firdausi lainnya.