Cari Rasa, Roti Bumbu Legendaris dari Bandung yang Perlu Dicicipi

Cari Rasa, Roti Bumbu Legendaris dari Bandung yang Perlu Dicicipi Terminal Mojok

Cari Rasa, Roti Bumbu Legendaris dari Bandung yang Perlu Dicicipi (Unsplash.com)

Saat ini, sudah banyak merek roti yang beredar di seantero Bandung. Mulai dari merek roti yang dijual di Indomaret macam Sari Roti, Myroti, atau Mr. Bread, sampai merek roti yang dijual di toko dan gerai-gerai mal macam Rotiboy, BreadTalk, atau Holland Bakery. Semua merek roti tadi sudah sangat populer dan nggak perlu diragukan lagi cita rasanya. Kamu bisa memilih merek roti tadi tergantung selera, suasana hati, dan—pastinya—isi dompet.

Dari sekian banyaknya merek roti modern tadi, ada satu merek roti yang sudah jadi legenda di Bandung. Saking legendarisnya, sampai-sampai merek roti ini lebih dikenal warga Bandung daripada nama para pejabatnya. Pokoknya jangan sok-sokan ngaku orang Bandung asli kalau belum pernah nyoba atau bahkan nggak tahu merek roti itu. Tolong ingat baik-baik. Merek roti itu adalah Cari Rasa, roti bumbu terbaik di Bandung.

Roti bumbu Cari Rasa terbilang legendaris karena sudah hadir di dunia kuliner Bandung sejak tahun 1960. Awalnya, usaha roti yang dirintis oleh H. Katmajaya ini hanya menjual roti biasa dengan rasa sarikaya. Lalu berkembang dengan varian rasa yang lebih lengkap dengan tambahan meses, susu, selai nanas, dan selai kacang. Puncaknya adalah di tahun 1975 ketika Cari Rasa membuat produk baru berupa roti bakar. Konon katanya, roti bakar ini disebut-sebut sebagai roti bakar pertama di Bandung.

Selain cita rasanya yang tinggi, roti bumbu Cari Rasa ini punya banyak keunikan. Salah satunya adalah gaya klasik dan jadul yang terus dipertahankan sampai saat ini. Kesan seperti ini nggak cuma dilihat dari tampilan rotinya saja, tapi juga dari cara pembuatannya, cara pengemasannya, dan cara penjualannya. Semuanya serba klasik dan jadul.

#1 Cara pembuatan

Roti bumbu Cari Rasa ini dibuat dengan kekuatan sepuluh tangan, eh, maksudnya diolah sendiri alias home made. Selain itu, roti ini sama sekali nggak menggunakan bahan pengawet. Makanya masa kedaluwarsanya maksimal cuma tiga hari dengan kondisi suhu ruangan 25 derajat Celcius. Cara pembuatan roti yang jadul ini tetap dipertahankan secara turun temurun oleh anak-anak dan cucu-cucu H. Katmajaya.

#2 Cara pengemasan

Berbeda dengan roti modern yang dibungkus dengan kemasan plastik atau kertas, roti bumbu Cari Rasa dibungkus dengan dus kotak. Gaya klasik dan jadulnya terlihat jelas pada desain dus kotak itu. Desainnya sangat sederhana, hanya didominasi tulisan dan garis vertikal. Di bagian kiri dus kotak tadi terpampang gambar seorang koki yang memegang sepiring roti sambil mengacungkan jempol. Sumpah, ini jadul banget, lho.

#3 Cara penjualan

Di zaman serba modern ini, hampir semua produk, termasuk roti, dijual secara online atau masuk ke toko-toko retail dan gerai-gerai di mal. Tapi konsep begitu nggak berlaku buat roti bumbu Cari Rasa. Dengan alasan mempertahankan gaya klasik dan jadul, roti bumbu ini dijual melalui gerobak dorong (iya, gerobak yang didorong itu, lho!), becak, dan beberapa pangkalan pinggir jalan yang tersebar di sudut-sudut Kota Bandung. Memang ada juga penjualan roti bumbu Cari Rasa melalui aplikasi online, tapi itu pun dari pangkalannya, bukan dari pusatnya.

Roti legendaris macam Cari Rasa ini patut untuk dicoba dan dilestarikan oleh anak-anak muda zaman sekarang. Bagaimana pun, ini adalah salah satu warisan kekayaan kuliner Bandung yang harus dipertahankan.

Bagaimana cara melestarikannya? Ya jelas dibeli, dong. Kamu bisa beli roti bumbu legendaris ini langsung di pusat penjualannya di belokan Pasar Kosambi Bandung. Atau kamu bisa juga membelinya melalui pedagang keliling gerobak dorong, becak, atau pangkalan pinggir jalan tadi.

Roti bumbu Cari Rasa ini cocok diberikan kepada calon mertua sebagai pengganti martabak ketika kamu apel ke rumah pacar di malam minggu. Buat yang jomblo, nggak perlu khawatir. Roti bumbu Cari Rasa bisa juga dinikmati sendirian, kok. Tentunya sambil melakukan aktivitas lain semisal belajar, bekerja, nongkrong, atau saat upload konten di NFT. Pasti josss, deh.

Penulis: Andri Saleh
Editor: Intan Ekapratiwi

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Exit mobile version