Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Cara Menikmati FTV Kisah Nyata Itu dengan Cara Nggak Usah Pakai Logika

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
30 Januari 2021
A A
Kita Butuh Acara Semacam 'Republik Mimpi' Lagi terminal mojok.co

Kita Butuh Acara Semacam 'Republik Mimpi' Lagi terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Menyenangkan betul melihat para penulis hebat berargumen di Esai Mojok. Ketika para filsuf berduel pemikiran melalui buku demi buku, di masa kini dipermudah dengan hadirnya Mojok. Isinya pun luar biasa. Bukan kritik akal budi, eksistensialisme Prancis, atau hegemoni Gramsci, melainkan membahas FTV. Luar biasa.

Yakni penulis skenario sekaliber Cepi Komara, digugat oleh penulis pilih tanding asal Pekalongan, Muhammad Arsyad. Cepi Komara mencoba “menjawab” sesuatu yang—maaf—pada akhirnya tak terjawab, Muhammad Arsyad menari-nari dengan argumennya yang paling otonom. Mau sampai lebaran monyet pun keduanya nggak bakal ketemu. Lha wong “industri” (dengan tanda petik lho, ya) dibenturkan dengan aksi-reaksi ala Arsyad ya nggak ada juntrungannya.

Ini seperti melebur air dan minyak. Bermuara di satu tempat yang sama, tetapi nggak bakalan gathuk juga. Saya datang mencoba menjadi penengah, yakni sebagai mediator bagaimana cara pendapat Cepi Komara diterima dan tanggapan Muhammad Arsyad nggak mbentur di industri. Begini, para handai tolan penikmat televisi yang sejatinya sudah nggak nikmat, cara terbaik menikmati tayangan di televisi kita itu adalah meletakkan kepala dan logika sementara.

Bukan jadi bodoh atau tanpa melalui proses berpikir, yaaa. Beda—atau ya setidaknya tolong bedakan. Dari zaman Mama saya nangis Termehek-mehek sampai nenek saya muntab dengan Katakan Putus, industri televisi kita itu sudah berubah arah. Dari yang semula penuh pemakluman seperti Bajaj Bajuri yang bisa dikata masterpiece, sampai “mohon pemakluman” dari FTV Kisah Nyata.

Saya nggak meragukan kapasitas seorang Cepi Komara, ya. Siapa sih yang berani meragukan kapabilitasnya (saya nggak sedang menjilat. Serius). Namun, ya kembali lagi jika kita komparasi dengan tanggapan Muhammad Arsyad yang amat rasional, keduanya nggak bakalan ketemu. Muhammad Arsyad yang terhormat, tugas Anda itu amat sederhana, lihat tayangan itu nggak perlu terlalu jeru. Kalau mau berpikir jeru ya kaji saja FTV lain. “Tetanggaku Ternyata Adalah Adiknya Tetanggaku,” misalnya.

Mau dikenyot sampai Bojong Kenyot juga FTV Kisah Nyata itu sebatas imaji nggak resmi dari manusia-manusia yang terbangun dari mimpi. Apakah hal yang kita impikan itu adalah Kisah nyata yang teruji klinis “kenyataannya”? bangunin orang koma pakai joget TikTok, misalnya. Kalau kita menganggukan kepala, Sigmund Freud nangis getih di alam sana.

Mau dipikir sampai mlotrok, nggak ada itu yang namanya TikTok menyelamatkan orang yang sedang koma. Sehalu-halunya film India, saya bisa menikmati karena itu adalah hiburan. Nah, sama dengan FTV Kisah Nyata, senyata-nyatanya kajian yang ia angkat, ya pol mentok adalah hasil masturbasi si pemilik cerita. Intinya, mbok ya jangan spaneng-spaneng to, Mas Arsyad. Bukan begitu, Mas Cepi?

Silogisme paling purba, saya yakin nggak bakalan bisa menjawab keteraturan logika tayangan ini. Saya justru mengendus Muhammad Arsyad berupaya menggali sisi keilmuan dari tayangan ini. Wah, ya, ini namanya cilaka mencit. Apa yang diharapkan dari tayangan seperti ini selain bikin kemekelen? Lantaran yang dituju adalah sisi hiburan, bukan pendidikan.

Baca Juga:

Culture Shock Orang Jawa yang Merantau di Tanah Sunda, Banyak Orang Ngomong Pakai Dialog ala FTV

Pengalaman Saya Tinggal di Banjarharjo, Kecamatan Paling Nyaman di Brebes. Berasa Jadi Artis FTV Selama Tinggal di Sini

Padahal, ya, mencerdaskan bangsa adalah salah satu tujuan negara. Namun, ya jangan dibebankan kepada FTV macam ini. Saya sih mending nonton Blues Clues ketimbang FTV modelan begini—semisal term-nya mencerdaskan lho ya. Kalau lucu-lucuan ya jelas saya milih FTV Kisah Nyata, lha lucu banget.

Dalam sebuah komedi, absurditas bisa menjadi gelak tawa semisal tepat sasaran. Dan FTV Kisah Nyata ini sungguh tepat sesuai sasaran tembak. Letakkan logika dan pikiran pada tempatnya, nonton acara ini, niscaya gelak tawa akan didapat dengan megahnya.

Ketika generasi kita—saya dan Muhammad Arsyad—sudah lari meninggalkan televisi, jangan salah, Mas, di penjuru Indonesia, televisi masih menjadi tayangan yang wahid untuk dinikmati kala makan bersama atau sekadar kumpul keluarga. Aksi-reaksi ala Arsyad bakalan mentah jika “Industri” sudah berbicara.

Kala tayangan seperti ini memiliki mangsa dan ada pasarnya, apalagi menyentuh ranah-ranah yang sedang viral, kenapa nggak? Logisnya, industri televisi terus bergerak. Tak mungkin melulu bertumpu kepada keluarga konglomerat yang kini hobi mondar-mandir di beranda YouTube untuk mendulang rating. Selain mahal, konsekuensi fluktuasi rating itu bisa licin (koreksi jika salah ya, Mas Cepi dan segenap basis massa fansnya).

Mencari momen adalah jalan pintas yang sebenarnya nggak pintas-pintas amat. Rating meleduk, masuk ke media sosial, maka efek domino akan terjadi. Orang akan mencari baik itu di televisi atau di piranti layanan streaming. Sebuah simbiosis yang sempurna, bukan? Jika Muhammad Arsyad protes, di situlah celahnya. Anda masuk ke dalam perangkap yang sudah disiapkan. Biarkan industri bekerja dengan sebaiknya.

Lha wong tayangan berkualitas macam The East saja tumbang, ngapain juga bikin tayangan berkualitas, tapi nggak cuan. Nah, sekarang mari kita menyalakan televisi, meletakkan logika dasar di atas meja, lantas tertawa lepas menonton orang sedang sakit keras bukannya didoakan malah dibikin konten TikTok.

Ditunggu FTV Kisah Nyata dengan judul, “Suamiku Menelantarkan dan Memilih Menjadi Penulis Terminal Mojok”!

BACA JUGA Tanggapan Saya sebagai Penulis Skenario FTV Kisah Nyata Indosiar Atas Protes K-Popers dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Januari 2021 oleh

Tags: FTVkisah nyata
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Hal yang Perlu Saya Kritisi terhadap Setting Rumah Sakit di Sinetron atau FTV terminal mojok.co

Hal yang Perlu Saya Kritisi terhadap Setting Rumah Sakit di Sinetron atau FTV

2 Februari 2021
cinta ftv

Perihal Cinta Kita Nggak Ke Mana-mana, Masih di FTV Aja

22 Juni 2019
Tanggapan Saya sebagai Penulis Skenario FTV Kisah Nyata Indosiar Atas Protes K-Popers terminal mojok.co

Tanggapan Saya sebagai Penulis Skenario FTV Kisah Nyata Indosiar Atas Protes K-Popers

22 Januari 2021
Pengalaman Saya Tinggal di Banjarharjo, Kecamatan Paling Nyaman di Brebes. Berasa Jadi Artis FTV Selama Tinggal di Sini

Pengalaman Saya Tinggal di Banjarharjo, Kecamatan Paling Nyaman di Brebes. Berasa Jadi Artis FTV Selama Tinggal di Sini

18 Juni 2024
Sinetron dan Reality Show Settingan Adalah Penyelamat Televisi terminal mojok.co

7 Tahap Menciptakan Alur Cerita FTV Khas SCTV

23 Juli 2020
7 Hal yang Biasa Ditemukan pada Tayangan FTV Indosiar Terminal Mojok

7 Hal yang Biasa Ditemukan pada Tayangan FTV Indosiar

13 Maret 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk yang Pernah Ada? (Unsplash)

Apakah Menjadi Atlet Adalah Investasi Terburuk dalam Hidup Saya?

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.