Mungkin kita sering mendengar kisah bagaimana para raja menginginkan putra lelaki sebagai penerusnya. Bahkan Ratu Catherine Howard, istri kelima Raja Henry VIII sampai dipenggal kepalanya gara-gara perkara ini. Sang raja kesal karena semua istrinya tidak bisa memberikan keturunan laki-laki, sehingga semua istrinya disingkirkan. Malang nasib Catherine, dia disingkirkan dengan cara dituduh selingkuh dengan mantan pacarnya sehingga hakim yang tidak lain adalah pamannya sendiri memutuskan hukuman mati.
Sampai sekarang pun, masih banyak orang yang ketika menikah merencanakan memiliki keturunan laki-laki atau perempuan. Lalu gimana caranya? Ada beberapa yang bilang tergantung gayanya. Wah, rusuh ini. Nggak hubungannya kalau gaya mah, terserah pada kenyamanan masing-masing.
Mitos yang beredar pada kisah-kisah terdahulu adalah apabila pasangan suami istri tidak bisa memiliki keturunan laki-laki maka yang disalahkan adalah sang istri. Entah apa yang menjadi dasar dari pemikiran itu di zaman dahulu, atau mungkin hanya alasan saja untuk cari istri lagi.
Berkembangnya ilmu pengetahuan sekarang membuat kita memahami bahwa kelamin laki-laki atau perempuan pada calon bayi ditentukan oleh pembelahan sperma. Sel gamet yang bertugas dalam perkembangbiakan baik pada laki-laki maupun perempuan memiliki sifat setengah dari sel lain dalam tubuh kita. Bedanya, kromosom sel perempuan adalah tipe X yang apabila dibelah maka tepat bernilai setengahnya. Kromosom sel laki-laki bertipe Y (kakinya cuma satu) yang apabila dibelah maka ada satu bagian yang tidak lengkap.
Masing-masing belahan tadi akan menyatu kembali dalam proses pembuahan sel sperma dan sel telur. Penyatuan tersebut akan menjadikan kromosom akan berbentuk X (perempuan) atau Y (laki-laki). Jadi sebenarnya secara kromosom asal, justru sperma lah yang membawa pembeda calon bayi. Terus, yang salah suami dong kalau nggak bisa lahir bayi laki-laki?
Ya nggak juga. Sel sperma ketika ditumpahkan di vagina, mereka harus berjuang berat melalui perjalanan panjang dan beracun. Lho kok beracun? Iya, kondisi di dalam vagina itu asam dengan tingkat keasamaan yang tergantung kondisi. Dari 100 juta sperma hanya akan bertahan 100 sel saja yang menuju sel telur. Bayangkan!
Kebanyakan sperma yang mampu bertahan adalah pembawa kromosom X. Sperma jenis ini bergerak lebih lambat tapi punya daya tahan lebih besar daripada sperma pembawa kromosom Y. Kondisi inilah salah satu penyebab kenapa bayi perempuan lebih banyak dilahirkan daripada bayi laki-laki.
Terus gimana dong kesempatan untuk bikin anak cowo? Siklus haid istri bisa tuh dijadikan acuan menentukan tanggal praktikum. Dalam waktu seminggu setelah haid selesai, sel telur baru saja dimatangkan kembali. Pada waktu ini, biasanya dokter menyarankan bagi yang mau KB kalender untuk bisa beraksi karena sel telur belum siap dibuahi. Di luar tanggal ini bisa kebobolan bagi yang rencananya menunda hamil.
Seminggu kemudian sel telur sudah mulai matang dan berjalan keluar dari tempat pematangan. Jaraknya masih cukup jauh dari mulut rahim sehingga meskipun sudah siap dibuahi namun akan memakan banyak korban sel sperma dalam perjalanannya. Atau sperma yang mampu bertahan tadi kebanyakan adalah sperma berkromosom X. Jadi deh cewe.
Seminggu berikutnya, sel telur semakin mendekati mulut rahim. Bahkan bisa jadi telah menempel pada tempat yang cukup dekat dengan tempat ditumpahkannya sel sperma. Ini adalah kesempatan bagi sperma berkromosom Y untuk mendahului sampai sel telur. Hal ini karena geraknya lebih cepat dan dengan jarak tempuh yang lebih pendek. Kemungkinan besar, kelamin bayi nanti jadinya laki-laki.
Seminggu berikutnya adalah persiapan sel telur untuk kadaluarsa. Biasanya kondisi dinding rahim pun telah siap untuk rontok. Sehingga pada waktu ini juga kadang pembuahan tidak berhasil. Pada kondisi ini pula biasanya dokter menyarankan praktikum bagi yang tidak mau kebobolan meski masih ada kemungkinan jadi juga.
Nah, itu kalau dilihat dari sisi kalender. Ada juga yang berijtihad dengan memilih menu makanan tertentu. Berangkat dari pengetahuan sel sperma berkromosom X dan Y tersebut, maka suami yang kemudian diminta konsumsi makanan tertentu. Ada yang bilang bahwa kalau mau anak cowo, maka suami banyak makan daging. Kalau mau anak cewe maka banyak makan sayur. Namun, saya belum menemukan korelasi daging dan sayur pada kromosom X dan Y.
Saya lebih percaya pada metode kalender karena teman-teman saya dari lulusan prodi Biologi sudah banyak yang praktikkan. Bahkan ada teman saya yang dia bukan dari Biologi tapi istrinya yang Biologi. Ketika mau malam pertama ditanyakan dulu, mau cewe atau cowo. Dihitung dulu deh, dan sesuai rencana. Sebenarnya kalau metode bayi tabung lebih bisa dipastikan karena tinggal pilih sperma nya mau yang mana.
Bahkan sekarang sudah ada ilmu lagi dari teman-teman saya yang konsultasi ke dokter ingin bayi kembar. Padahal mereka bukan pasangan dari keluarga yang punya saudara kembar, tapi jadi juga. Untuk yang ini saya belum pernah dapat bocorannya.
Ini hanya batasan ikhtiar sih. Segala sesuatunya tetap kembali pada Yang Maha Kuasa. Tapi, nggak ada salahnya dicoba. Toh, ilmiah dan sudah banyak yang buktikan. Tapi, coba sama pasangan sah masing-masing lho ya.
BACA JUGA 6 Hukum Fisika yang Bisa Jadi Solusi Masalah Hidup Sehari-hari dan tulisan Alqaan Maqbullah Ilmi lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.