Kedatangan Eduardo Camavinga ke Real Madrid (lumayan) mengejutkan banyak pihak. Sebab, di bursa transfer yang ditutup belum lama ini, Madrid mengincar Kylian Mbappe. Bahkan dalam beberapa hari menuju ditutup, kabar tentang transfer dipenuhi kabar tentang Kylian Mbappe. Kabarnya baru (lagi-lagi, lumayan) meredup karena kepindahan Ronaldo ke Manchester United.
Kepindahan Camavinga ke Madrid dianggap salah satu transfer terbaik, mengingat jasa Camavinga diperebutkan oleh banyak tim. PSG dan Manchester United adalah tim yang memburu tanda tangannya, namun ke Bernabeu lah si pemain muda berbakat tersebut berlabuh. Namun, tak semua menganggap kepindahan tersebut adalah hal baik. Banyak yang berpikir bahwa jasa Camavinga tidak dibutuhkan Madrid, alias transfer kemarin itu adalah transfer panik semata.
Saya punya pendapat bahwa orang yang menganggap kepindahan Camavinga tersebut sekadar transfer panik adalah orang yang malas, atau mungkin bebal. Kenapa begitu? Karena hanya dengan mengetik nama Eduardo Camavinga di peramban saja, sudah cukup banyak berita tentang ketertarikan Real Madrid terhadap pemain tersebut semenjak beberapa tahun yang lalu.
Alih-alih melakukan hal tersebut, mereka memilih menghakimi dan meremehkan kemampuan pemain tersebut. Saya ya sebenarnya agak maklum. Transfer kemarin begitu gila. Kepindahan pemain tanpa nama besar dianggap pembelian yang gagal, saking banyaknya nama besar yang pindah dalam satu waktu.
Namun, sepak bola adalah sistem. Sistem tak akan berjalan jika tidak saling mendukung. Mendatangkan nama besar tanpa sistem yang jelas hanya akan membawamu ke dalam bencana. Mendatangkan pemain yang tak memiliki kemampuan yang mendukung sistem juga suatu kebodohan. Hal ini saja cukup untuk membantah tak membawa nama besar itu dianggap kegagalan.
Camavinga jelas merupakan pemain yang masuk dan dibutuhkan dalam sistem yang Madrid miliki. Dia adalah gelandang bertahan yang tak hanya kuat dalam bertahan, namun juga piawai dalam menyerang dan memberi suplai bola. Benar bahwa Madrid punya Casemiro yang notabene adalah salah satu gelandang bertahan terbaik di dunia, namun dia tak memiliki pelapis. Pun, dia tak mumpuni dalam memberi suplai bola yang bagus.
Kedatangan Camavinga akan membuat Madrid lebih efektif dalam menyerang. Kroos tak lagi sendirian mengemban tugas sebagai pemberi umpan dan mengatur tempo. Dengan pemain sayap berkecepatan tinggi macam Vinicius, skillset Cama jelas dibutuhkan.
Camavinga juga efektif dalam menekan lawan, terbukti dengan dia kerap melepas tendangan dan gol-gol yang ia ciptakan rata-rata dari luar kotak penalti. Ini bisa membantu Madrid yang kerap menemui kebuntuan ketika musuh menerapkan garis pertahanan yang amat rendah.
Baiklah, anggap saja pembelian Camavinga adalah hal yang sia-sia, karena Madrid tidak membutuhkan pemain tersebut untuk saat ini. Tapi, Cama bisa jadi pemain masa depan yang dibutuhkan Madrid, alias dia dibeli untuk regenerasi skuat.
Casemiro berumur 28, Kroos berusia 32 tahun, Modric akan berusia 36 tahun. Trio gelandang tersebut tak lagi muda, dan lama-lama kemampuannya menurun. Tanpa regenerasi skuat, Madrid akan menemui bencana. Membeli pemain yang sudah jadi terkadang bukanlah hal bijak, mengingat harga pemain yang sudah jadi tak pernah murah.
Membeli pemain muda dengan potensi tinggi dengan banderol murah jauh lebih masuk akal ketimbang menggelontorkan dana besar. Meski hal itu tak ada bedanya dengan perjudian, namun tak ada garansi juga membeli pemain jadi bisa memberikan efek singkat. Kita bisa berkaca pada kasus Griezmann, Hazard, dan Alexis Sanchez.
Madrid sudah melakukan hal itu dengan membeli Vinicius, Rodrygo, Reinier, Militao, Jovic, dan Mendy. Memang hanya Mendy dan Militao yang terlihat hasilnya. Vinicius dan Rodrygo masih belum konsisten. Jovic dan Reinier bahkan tak terlihat memberi hasil. Namun, mereka semua masih begitu muda. Jalan mereka masih panjang, mereka semua masih punya waktu untuk membuktikan diri.
Saya tahu, Madrid—seperti halnya Arsenal—terlalu sayang untuk tidak dibicarakan. Oleh karena reputasi yang kelewat besar, hal kecil yang dilakukan Madrid akan dianggap sebagai kegagalan. Tak mendatangkan pemain ternama dengan banderol besar adalah kegagalan.
Tapi, ketimbang fokus ke Real Madrid, sebaiknya kita fokus terhadap Eduardo Camavinga. Dia layak untuk diberi respek karena kemampuan yang begitu hebat meski masih begitu muda. Dia memiliki statistik yang amat bagus, bahkan jika dibandingkan pemain yang lebih senior. Menganggap Real Madrid membelinya karena panik itu adalah sebuah kesalahan, juga kebebalan. Bebal karena tak mau melihat lebih jauh ketimbang penghakiman-penghakiman yang tak perlu.
Dan menjadi bebal, Kawanku, sama saja menabung bencana di masa depan.
Sumber gambar: Akun Twitter Eduardo Camavinga