Cacapan, Kuliner Khas Kalimantan Selatan Pengganti Sambal yang Tak Kalah Menggoyang Lidah

Cacapan, Kuliner Khas Kalimantan Selatan Pengganti Sambal yang Tak Kalah Menggoyang Lidah

Cacapan, Kuliner Khas Kalimantan Selatan Pengganti Sambal yang Tak Kalah Menggoyang Lidah (Unsplash.com)

Cacapan adalah salah satu menu pendamping lauk khas Kalimantan Selatan. Saya mengenal kuliner khas Kalimantan Selatan ini karena ibu saya sering membuatnya di rumah. Beliau mengatakan bahwa saat masih kecil, cacapan biasa disantap dengan ikan goreng yang ditangkap dari sungai di Kalimantan. Tapi kini, setelah ibu saya pindah ke Pulau Jawa, cacapan sering disantap dengan menu apa saja, tergantung selera.

Cacapan terbuat dari bawang merah, asam, cabai, garam, penyedap rasa, dan sedikit gula. Selain itu, komponen penting dalam pembuatan kuliner khas Kalimantan Selatan ini adalah air. Usahakan untuk menggunakan air yang sudah matang karena cacapan tidak akan melalui proses pemasakan.

Cara membuat cacapan

Cara membuatnya gampang. Pertama, iris tipis dua hingga tiga siung bawang merah. Setelah itu iris cabai yang sudah disiapkan. Jika tidak suka pedas sama sekali, kita bisa skip bagian cabai. Jika semua bahan sudah siap, masukkan bawang merah, cabai, asam jawa, serta bumbu-bumbu lainnya ke dalam mangkok. Beri sedikit air, lalu bejek-bejek semua bahan yang ada di dalam mangkok menggunakan sendok atau tangan secara langsung.

Tapi ingat, tidak perlu dibejek sampai halus karena kita hanya perlu memastikan bawang merah, cabai dan asam mengeluarkan aroma dan rasanya. Jika sudah, koreksi rasa, atau jika ingin lebih berkuah tinggal tambahkan air secukupnya. Cacapan pun siap dinikmati sebagai pendamping lauk-pauk yang kita punya.

Di Kalimantan Selatan, cacapan biasa digunakan sebagai cocolan saat makan ikan bakar, ikan goreng, atau ikan asin. Rasanya yang pedas, asam, dan sedikit asin memang sangat cocok jika disandingkan dengan menu yang notabene berbau amis seperti ikan. Cita rasa pedas dan asam dari kuliner khas Kalimantan Selatan ini bisa menyeimbangkan aroma amis dari ikan. Makanya rasa ikan goreng yang gurih akan terasa lebih segar dengan kehadiran cacapan.

Akan tetapi di keluarga saya, cacapan biasa disandingkan dengan berbagai menu seperti telur dadar, tahu dan tempe goreng, ayam goreng, serta lauk lainnya. Asal bukan makanan berkuah saja, ya. Kayaknya kalau dicampur dengan makanan berkuah rasanya bakal tidak karuan. Umumnya kalau dipadukan dengan lauk yang digoreng atau dibakar, rasanya akan selalu lebih cocok.

Selain sebagai cocolan, biasanya saya menyantap cacapan dengan langsung mengguyurkannya ke atas nasi. Atau saya jadikan kuah yang agak nyemek, barulah saya gunakan untuk makan dengan lauk apa saja. Lumayan kalau tidak ada makanan berkuah, kuliner khas Kalimantan Selatan ini cocok disandingkan dengan nasi. Itung-itung biar nggak seret gitu.

Pengganti sambal, anti-ribet

Kalau sedang malas membuat sambal yang lebih ribet karena kadang harus menggoreng bumbu-bumbu terlebih dulu dan harus menguleknya, cacapan bisa jadi alternatif pendamping nasi dan lauk. Selain itu, kuliner khas Kalimantan Selatan ini juga tidak menggunakan minyak, jadi otomatis rasanya lebih ringan di lidah dan lebih sehat.

Meskipun bahannya sederhana dan cara buatnya mudah, cacapan tidak kalah lezat dengan sambal. Kuliner ini memang tidak terlalu familier bagi orang Jawa atau masyarakat di luar Kalimantan Selatan, bahkan di Kalimantan sendiri menu ini tidak dijual di restoran atau warung sekalipun.

Akan tetapi saya tetap menyarankan kalian mencicipi cacapan suatu hari nanti, terlebih kalau kalian pencinta ikan bakar atau ikan goreng. Segarnya cacapan berpadu gurihnya ikan, saya jamin akan membuat siapa pun yang mencicipinya ketagihan. Buktinya dulu saya menganggap menu ini sangat aneh. Tapi sekarang, saat ibu saya membuat menu pengganti sambal ini, saya yang menghabiskannya paling banyak. Hehehe.

Penulis: Elisa Erni
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA 5 Rekomendasi Kuliner Banjarmasin selain Soto Banjar.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version