Sebagai arek Jawa Timur, saya paham betul rasanya naik bus Jawa Timuran yang bikin senam jantung. Gimana tidak, di sana, para sopir bus antar kota layaknya pembalap yang siap salip kanan-kiri, masuk tol seolah mau terbang, lalu keluar tol dengan gaya potong kompas. Hal tersebut tak pernah gagal bikin saya istighfar sepanjang jalan. Tapi, bus MGI Cileungsi-Bandung, tak memberikan ketakutan tersebut.
Saat pertama kali saya naik bus MGI jurusan Cileungsi-Bandung, saya pikir bakalan sama saja. Yah, tipikal bus dengan sopir yang doyan ugal-ugalan, jalan zig-zag, atau klakson yang nggak berirama. Eh, ternyata pikiran saya salah besar.
Bus MGI sukses bikin saya ketagihan naik bus jika sedang berkeliling di Jawa Barat.
Sopirnya kalem dan bikin perjalanan jadi nyaman
Di luar prasangka saya, sopir bus MGI itu bersikap profesional seperti sopir taksi di Jepang. Jalannya lurus, tenang, dan nggak bikin penumpang mual-mual. Saya bahkan bisa tidur nyenyak sepanjang perjalanan. Sesuatu hal yang sulit saya lakukan ketika naik bus di Jawa Timur.
Sesekali saya perhatikan betul gaya mengemudi sang sopir, kebetulan kursi saya nggak jauh dari sopir, biar kalau mau turun nggak kelamaan. Pak sopir jalannya anteng, seperti bawa mobil pribadi, nggak dikejar siapa pun. Kalau di tol, dia ambil lajur paling kanan dan berjalan konstan di kecepatan yang sama. Kalau ada kendaraan di depannya yang lebih lambat, dia kasih lampu sein, lalu pindah lajur dengan halus.
Saking kalemnya, justru saya sebagai penumpang yang geregetan. Alam bawah sadar saya tidak terima dengan gaya mengemudinya. “Kok bisa sabar banget ya bawa bus di tol”, gerutu saya.
Tertib lalu lintas, layak jadi teladan
Kalau kalian bilang bus MGI bisa kayak gitu karena jalanannya sepi, salah besar. Jalanan Bandung, sama seperti jalanan di Malang yang macet dan penuh kendaraan pribadi, apalagi saat sore hari jam pulang kerja. Waktu masuk ke jalanan kota yang padat, sopir bus tersebut tetap sabar dalam mengemudi.
Saat bus akan masuk ke jalur mobil, saat mau menurunkan penumpang, sopir sudah jauh-jauh jarak ngasih lampu sein menepi. Nuruninnya di pinggir jalan pas loh, nggak di tengah jalan, saya terpukau. Jika melewati lampu merah pun, bus berhenti, nggak main srobot, dan makin ngebut. Makin heran saya.
Bus MGI tiba di tempat lebih cepat dari perkiraan, padahal nggak ugal-ugalan
Ada satu hal yang tak masuk akal di pikiran saya terkait bus MGI ini. Gaya mengemudi yang santai dan aman seperti ini, kok bisa-bisanya sampai Bandung lebih cepat dari perkiraan?
Kalau dilihat dari tiket, perjalanan Cileungsi-Bandung perlu 5 jam, sedangkan di maps dengan mobil pribadi kurang lebih 2 jam. Saya cek jam lagi nggak percaya, cuma butuh 2 jam setengah, padahal lalu lintas sore lumayan ramai. Dan benar, saya sampai di Terminal Leuwi Panjang pukul setengah 6 sore. Padahal, saya berangkat dari Cileungsi jam 3.
Ternyata bisa toh jalan cepat nggak ugal-ugalan tapi sampai tepat waktu. Tanpa olahraga jantung, mual, dan mabuk perjalanan. Justru saya bangun tidur dengan segar karena tidur saya cukup nyaman. Serasa dininabobokan sama Pak Supir.
Saya jadi berpikir, kayaknya sopir-sopir bus Jawa Timur perlu studi banding ke Jawa Barat biar bisa mengemudi dengan santai, tenang, dan membuat nyaman penumpang tanpa mengulur-ulur durasi perjalanan. Yah, dimulai dengan merasakan bagaimana bus MGI ini beroperasi, lah.
Penulis: Dodik Suprayogi
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Pertama Kali Naik Bus Bagong ke Malang Jadi Pengalaman Paling “Membagongkan” dalam Hidup
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.















