Kepada Yang Terhormat Bupati Sumenep, Achmad Fauzi, SH, MH. di tempat. Dengan hormat dan penuh rendah hati, saya mewakili rakyat Sumenep untuk mengajukan saran, alih-alih kritik, terkait pembangunan gedung baru DPRD Sumenep. Namun, sebelum itu saya ingin meminta maaf jika saran ini agak terlambat, di mana pembangunan gedung tersebut sudah dimulai sekitar dua pekan lalu.
Mungkin Pak Bupati Sumenep sudah mempertimbangkannya dengan matang jauh-jauh hari sebelumnya. Tentu saya meyakini bahwa Anda bakal seceroboh itu. Saya juga paham bahwa posisi Anda berada di atas semua kalangan, baik para pejabat maupun rakyat kecil. Mungkin apa yang terlintas dalam otak bodoh saya ini belum terlintas di benak bapak. Atau jika sudah, mungkin bisa dipikir-pikir lagi.
Berikut hal-hal sederhana yang saya renungkan 3 kali dalam 24 jam:
Daftar Isi
Dana anggarannya paling besar se-Madura
Melihat angka 100 miliar banyaknya, saya dan/atau rakyat kecil lain begitu terkejut mendengarnya. Bahkan adik saya yang kelas 1 Mts pun mungkin akan kesulitan menebak berapa banyak angka nol-nya. Meskipun dia agak lemah kalau soal hitung-hitungan, tapi mendengar kata “miliar”, ia tahu bahwa uang itu begitu banyak. Di pikirannya paling terlintas sebuah truk yang penuh uang kertas 100 ribuan.
Lupakan adik saya. Lanjut ke riset kecil-kecilan yang saya lakukan. Dari empat kabupaten yang ada di Madura, Sumenep memegang peringkat pertama dengan anggaran dana pembangunan gedung DPRD tertinggi. Kita mulai dari kabupaten terdekat, Pamekasan. Pembangunannya belum terealisasi hingga saat ini sih, tapi rencana itu sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu lengkap dengan taksiran dana yang dibutuhkan, yaitu 40 miliar.
Lalu pindah ke kabupaten sebelahnya, Sampang. Sama seperti Pamekasan, pembangunan gedung baru para “pongghaba” (pegawai) itu masih berbentuk rencana belum ada eksekusi nyata. Dilansir dari RRI Net pada 7 Februari 2023, Bupati Sampang ingin melakukan dua proyek besar sekaligus: membangun masjid termegah di Madura dan gedung baru DPRD. Untuk anggarannya ditaksir akan menghabiskan 80 miliar buat Masjid dan 65 untuk gedung DPRD.
Untuk kabupaten terakhir, Bangkalan, alhamdulillah sudah terealisasi dan sudah diresmikan 12 Januari tahun lalu, sebagaimana disebutkan media daring Times Indonesia. Anggaran yang dihabiskan untuk pembangunan tersebut menghabiskan dana 68 miliar, 3 miliar lebih tinggi dari taksiran Sampang.
Dari tiga kabupaten lainnya, sudah jelas kan, Sumenep emang paling top dah!
Benarkah kerja orang-orangnya akan setinggi dan sebesar gedung barunya, Pak Bupati Sumenep?
Saya akan produktif menulis jika sudah punya laptop. Saya akan berhenti nakal jika sudah menikah. Dan saya akan… lainnya. Banyak orang yang pada akhirnya ingkar pada janjinya, bahkan setelah syarat yang ia inginkan sudah didapat. Sedikit saja yang menepatinya. Bukankah janji yang bersyarat itu sangat sulit ditepati? Kita semua pastinya setuju.
Saya pernah berjanji akan menghabiskan semua uang reward jika menang lomba menulis cerpen tingkat pesantren dulu. Kira-kira reward juaranya bisa dibelikan rokok berbungkus-bungkus beserta minumannya. Dan benar, saya menjadi juara duanya dan uang yang saya dapatkan sebesar Rp150.000 kala itu. Tapi, betapa berdosanya saya. Janji itu diingkari. Saya hanya menyisihkan Rp50.000 untuk teman dan sisanya untuk ditabung. Memang janji itu hanya sebentuk foya-foya, menghambur-hamburkan uang. Tapi janji, ya, tetap janji, yang wajib ditepati toh!
Apakah para Dewan Perwakilan Rakyat berjanji seperti itu ke Pak Bupati Sumenep? Jika iya, kami setuju dengan pembangunan itu. Mungkin mereka akan bekerja lebih giat dan gigih untuk memperjuangkan suara rakyat ketika tempat mereka bekerja enak dan nyaman. Jika tidak, untuk apa uang 100 M itu, wong gedung yang mewah itu hanya akan kami lihat dan kerja mereka tetap liat.
Mending perbaiki jalan-jalan yang rusak
Jalan rusak menjadi persoalan klise yang sering dibahas dan tak kunjung selesai. Saya jadi teringat masa kecil dulu yang begitu girang saat melihat jalan kampung yang berbatu mulai diaspal. Dengan itu, saya dapat membanggakan jalan-jalan bagus kampung saya kepada teman-teman di kampung lain. Jalan aspal menjadi lambang kemodernan, kekota-kotaan.
Maklum di benak saya, kota adalah tempat indah nan megah. Gedung-gedung bertingkat, rumah-rumah bagus dan tentu jalan-jalan yang aspalnya hitam mengkilat. Kecil dulu saya memang jarang pergi ke kabupaten kota. Ketika saya mulai dewasa dan sering keluyuran bersama teman-teman ke kota, saya sadar bahwa bayangan bocah saya keliru. Jalan-jalannya tidak semulus dan sehitam yang saya kira.
Sekarang meskipun pak Jokowi tengah gencar membangun infrastruktur, ternyata masih banyak yang belum terselesaikan di detik-detik akhir jabatannya. Di sini saya tak ingin menyalahkan siapa-siapa, diulangi, tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Gedung DPRD juga termasuk infrastruktur yang harus diperbaiki dan diperbagus. Tapi, pentingkah kiranya membangun gedung baru, di mana gedung lama masih terbilang lebih dari layak, daripada jalan rusak yang tidak layak dilintasi di Sumenep?
Berapa KM sih, Rek, jalan rusak yang bisa diperbagus dengan dana 100 M? bisa nggak anggaran itu dialokasikan ke situ? Kalo nggak bisa, tak apa, kami rela berkendara ekstra waspada asal suara-suara kami nanti dieksekusi nyata.
Penulis: Abd. Muhaimin
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Bupati Sumenep Maju Jadi Wagub Jatim 2024: Benahi Dulu Sumenep, Baru Mikir yang Lain!