Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

‘Bule Kambuhan’ yang Hanya Muncul di Saat Musim Liburan Sekolah

Diaz Radityo oleh Diaz Radityo
10 Agustus 2019
A A
bule kambuhan

bule kambuhan

Share on FacebookShare on Twitter

Tulisan ini saya buat berdasarkan fenomena yang selalu berulang. Dapat dikatakan musiman, seperti misalnya musim durian, musim rambutan dan musim kawinan. Yang berujung kepada tersedotnya pendapatan karena sumbangan.

Mengapa tulisan ini penting saya angkat? Karena agenda rutin ini juga muncul ketika musim liburan sekolah tiba dan tentu semua bersukacita, kecuali saya. Haa gimana mau bersukacita, lha wong saya sudah tidak sekolah lagi. Otomatis romantis saya juga ndak dapat jatah liburan.

Apabila para pembaca budiman senang mengamati dan tergolong orang yang selo, pasti dengan mudah akan mengetahui apa itu bule kambuhan. Sebetulnya bule kambuhan adalah para siswa yang mengecat rambutnya dengan warna-warna seperti bule asli. Anak-anak tersebut mengecat rambutnya dengan macam-macam warna. Biasanya ada yang menyebut dengan londo kok mung ndase (bule kok hanya kepalanya saja) atau londo celup.

Berbagai warna dapat ditemui di kepala mereka, ada yang abu-abu, coklat, merah bahkan ungu. Sekilas kalau diperhatikan mirip ayam potong yang dicat dengan warna mencolok dan dijual bebas di pasaran. Ketika kecil warnanya merah tetapi menginjak dewasa bulunya berubah putih. Ayam ajaib, hasil kloning antara ayam dan bunglon.

Bagi saya fenomena ini menarik karena selalu terjadi setiap liburan sekolah.Nah nanti ketika akan memasuki tahun ajaran baru, mereka akan kembali mewarnai rambutnya dengan warna hitam. Persis seperti kasus ayam potong yang saya utarakan di atas.

Bule kambuhan ini sebenernya juga bule juga kok. Tingkahnya ya mirip mister dari luar negeri. Rambut pirang, kostum piknik, naik sepeda motor ke sana kemari. Tak lupa pula ambil foto demi konten media sosial. Urusan makanan pun mereka juga gak kalah kok. Persis plek jiplek! Beda dengan saya yang makan slow food. Makanan yang saya makan memang butuh proses lama untuk layak disantap. Dimulai dari belanja ke pasar, racik-racik hingga entah berapa kali lagi proses yang dilalui. Kalau mereka kan fast food.

Bila kita mau mikir sedikit, sebenarnya bule kambuhan ini juga memiliki nilai yang patut dibanggakan juga lho. Soalnya untuk menjadi bule kambuhan ini butuh perjuangan kayak artis yang harus operasi plastik. Mereka harus memiliki urat malu yang sudah putus. Kok bisa?  Saya pernah menjumpai beberapa bule kambuhan (laki-laki) masuk ke toko kosmetik yang isinya kaum hawa semua. Bisa bayangin kan?.

Mereka harus membeli cat rambut. Dari kejauhan wajah mereka sudah memerah kayak kepiting rebus. Keringatnya mulai mengucur. Belum lagi tatapan nyinyir para perempuan yang ada di sekitar mereka. Untunglah mereka berhasil melewati ujian ini. Tak ada remidi, selamat!

Baca Juga:

Lamongan, Kota yang Tak Pernah Lahir untuk Menjadi Rumah bagi Anak Mudanya

5 Starter Pack Remaja Jompo Saat Nonton Festival Musik

Hal selanjutnya adalah bule kambuhan ini memiliki solidaritas tinggi. Sebelum ke toko kosmetik mereka sudah membuat kesepakatan untuk patungan membeli cat rambut. Mereka juga dengan ikhlas menyisihkan uang untuk membeli cat rambut. Patut diapresiasi bukan? Mereka mewujudkan salah satu nilai luhur bangsa ini, yaitu gotong royong dan musyawarah. Tidak mudah lho menentukan sebuah warna yang akan dipakai secara berjamaah. Dibutuhkan hati legowo dan kewarasan tingkat tinggi.

Solidaritas yang lain ditunjukkan ketika mereka bahu membahu mengecat rambut teman-temannya secara bergantian. Persis ketika mengecat gapura menyambut 17an. Kompak! Selain itu, kekuatan komunal sangat luar biasa. Mereka tak peduli lagi dengan latar belakang agama dan sebagainya.Yang penting adalah sim salabim rambut mereka berubah.

Poin terakhir adalah mengecat rambut sebenarnya adalah bentuk dari pengaplikasian ilmu di sekolah yakni seni budaya dan pas TK dulu, yakni mewarnai. Tak bisa juga mereka disalahkan, karena mereka mendapatkannya di sekolah. Mereka dengan bebas bisa mewarnai tanpa harus dinilai dari 0-100.

Dari sisi lainnya mengecat rambut adalah bentuk ekspresi dari kepenatan di sekolah. Yang mungkin selama ini membosankan. Ya gimana gak bosan dari level dasar sampai perguruan tinggi hanya dikukur dengan angka-angka bukan diajari nilai-nilai yang dibutuhkan untuk kita kehidupan. Belum lagi kalau pelajaran menggambar harus ada ritual wajib dua gunung dikelilingi sawah. Terus burung terbang bentuk huruf M ditambah dengan matahari yang selalu muncul dari tengah gunung. Secara sederhana sih ini pesta kecil mereka sebelum bertemu kurikulum yang kadang kala bikin kepala cekut-cekut. Daripada kayak saya kebanyakan pelajaran dan mikirin kurikulum jadinya kepala ubanan lebih dini. Semmm tenan!!! (*)

 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Terakhir diperbarui pada 4 Februari 2022 oleh

Tags: anak mudabule kambuhanmusim liburanTren Masa Kiniwisatawan mancanegara
Diaz Radityo

Diaz Radityo

Peramu kata-kata, kadang juga jual omongan.

ArtikelTerkait

naik gunung

Jangan Naik Gunung, Bahaya!

17 Juli 2019
entah apa

Lagu Entah Apa yang Merasuki “Demokrasi” Kita dan Efek Suara Gagak

24 September 2019
5 Starter Pack Anak Muda Jompo Saat Festival Musik Mojok.co

5 Starter Pack Remaja Jompo Saat Nonton Festival Musik

26 September 2024
bahasa indonesia

Ketika Menggunakan Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar Malah Ditertawakan

3 Agustus 2019
car free day

Serba Serbi Car Free Day: Berolahraga, Tempat Nongkrong, dan Isu Kristenisasi

28 Juli 2019
persahabatan

Hal-hal Sepele yang Membedakan Antara Hubungan Pertemanan dan Persahabatan

3 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal (Wikimedia)

Potensi Wisata Indramayu yang Belum Tergarap Maksimal

21 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Garut Bukan Cuma Dodol, tapi Juga Tempat Pelarian Hati dan Ruang Terbaik untuk Menyendiri

Garut Itu Luas, Malu Sama Julukan Swiss Van Java kalau Hotel Cuma Numpuk di Cipanas

23 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.