Akan ada banyak pertanyaan yang muncul saat Anda membaca buku Semesta Murakami: Kumpulan Wawancara dan Obrolan Hangat dengan Haruki Murakami. Sebagai penikmat karyanya, kita tentu penasaran dengan latar belakang penulis dalam merangkai kisah yang begitu baik.
Beberapa hari yang lalu saya telah menyelesaikan membaca buku ini dan secara pribadi buku Semesta Murakami ini sangat menarik. Seperti judulnya, buku ini membukakan pintu untuk masuk ke dunia Murakami yang lebih dalam dan luas.
Jujur, saya termasuk pembaca awam Murakami. Beberapa karyanya sangat rumit dan sulit untuk saya ikuti. Namun, setelah saya mengenal lebih dekat sosok penulis lewat serangkaian pertanyaan yang dilontarkan dalam beberapa sesi wawancara. Saya pun mulai memahami apa yang berusaha Murakami gambarkan dan ingin dia sampaikan dalam setiap karyanya.
Murakami sendiri merupakan seorang lelaki yang lahir di Kyoto, tetapi tumbuh di pelabuhan kosmopolitan Kobe. Sebagai anak tunggal, ia menemukan persahabatan dengan kucing dan buku-buku. Ia terlahir dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai guru sastra Jepang, tapi secara alami Murakami tak menyukai itu (sastra Jepang). Dia berusaha melarikan diri dari keluarga dan budaya mereka.
Pada umur 22 tahun, ia menikahi Yoko Takahashi, yang merupakan teman satu kampusnya di Universitas Waseda. Tak sampai menyelesaikan studinya, Ia kemudian memutuskan keluar dari Universitas dan membuka bar jazz bernama Peter Cat. Pada 1978, saat berusia 29 tahun, Murakami menghadiri pembukaan musim bisbol Jepang di stadion Jingu, Tokyo untuk menonton tim kesayangannya bertanding.
Saat sedang duduk sendiri sembari menikmati bir, tiba-tiba ia mendapat pesan: “kamu harus menulis sesuatu”. Dia pergi ke toko alat tulis, membeli pena dan kertas, lalu mulai menulis. Dan dia menjadi penulis. Dari situlah kesuksesannya bermula.
Selain membuka cakrawala tentang sosok dan karya-karya Murakami, membaca buku ini juga memberi kita semacam resep yang selama ini dilakukan Murakami sebagai seorang penulis. Sehingga saya pikir, buku ini cocok bagi mereka yang punya niatan untuk jadi penulis.
Nah, dari hasil pembacaan buku Semesta Murakami ini, saya akan menjelaskan beberapa hal yang dapat Anda pelajari, guna menjadi bahan kontemplasi dan pematik spirit bagi Anda yang punya niatan untuk mengarungi dunia kepenulisan.
#1 Mulailah menulis dan lupakan aturan-aturan tentang menulis
Kebanyakan orang tak berani memulai karena mereka fokus dengan aturan-aturan menulis. Mereka takut memulai dan beranggapan harus memahami aturan atau kaidah terlebih dahulu. Akhirnya ketidakberanian ini menjadi penghambat untuk menulis.
Padahal, untuk menjadi seorang penulis menurut Murakami ialah memulai dengan menulis dan lupakan aturan-aturan. Menulislah dan biarkan ceritamu sendiri yang menuntunmu hingga akhir.
“Ketika aku mulai menulis, aku tidak punya rencana sama sekali, jadwal, maupun alur cerita: beranjak dari satu dua paragraf itu, aku hanya terus menulis. Pada akhirnya kisah itu sendiri yang telah menuntunku hingga akhir.” tutur Murakami saat diwawancarai Deborah Treisman dalam Semesta Murakami.
#2 Bukan masalah umur, yang terpenting komitmen dan semangat pantang menyerah
“Murakami saja baru mulai menulis saat berumur kepala dua akhir, tentu kita yang lebih muda pasti tak akan kalah bukan?” celetuk seorang kawan dengan semringah sesaat setelah membaca buku Semesta Murakami ini.
Yah, beberapa orang tidak yakin untuk mulai menulis karena mereka beranggapan jika mereka sudah terlalu tua untuk memulai. Apalagi saat ini banyak sekali penulis muda yang bermunculan, kadang membuat mereka merasa minder. Sebab, menulis membutuhkan keseriusan dan kerja keras. Sebagian orang yang merasa sudah berumur lantas tak yakin bisa melalui tantangan itu. Alasan itu kadang membuat mereka terpaksa mengubur dalam impiannya.
Padahal jika kita melihat sosok Murakami, kita bisa belajar bahwa usia bukanlah halangan untuk jadi seorang penulis. Kuncinya adalah komitmen dan semangat pantang menyerah. Murakami menulis di usia 29 tahun dan setiap hari ia habiskan waktunya sebanyak lima sampai enam jam untuk menulis.
#3 Jadikan membaca sebagai kebiasaan
Kebanyakan orang pengin jadi penulis tapi mengabaikan aktivitas membaca. Membaca tentu sangat penting untuk memberikan asupan yang bisa Anda jadikan modal untuk menulis. Murakami sendiri, meskipun mulai menulis sejak umur 29 tahun, tapi sejak kecil ia sudah akrab dengan buku. Bahkan ia banyak belajar dari buku yang ia baca.
“Aku suka Stephen King, Raymond Chandler, cerita detektif. Aku tidak ingin menulis hal semacam itu. Yang ingin aku lakukan adalah menggunakan strukturnya, bukan isinya. Lalu aku menaruh isiku pada struktur tersebut.” tutur Murakami dalam sesi wawancara dengan Laura Miller.
#4 Menjaga kesehatan adalah hal penting bagi seorang penulis
Menjaga kesehatan adalah salah satu hal yang penting bagi penulis. Karena dengan tubuh sehat, Anda akan memiliki kemampuan berkonsentrasi yang baik saat menulis.
“Anda harus memiliki kemampuan untuk berkonsentrasi. Aku rasa inilah bumbu yang paling penting bagi penulis. Untuk itulah aku berlatih setiap hari. Kekuatan fisik sangat penting. Banyak sekali penulis abai soal kesehatan fisik. Mereka minum terlalu banyak dan merokok tanpa henti. Aku tidak mengkritik mereka, tapi bagiku, daya tahan fisik adalah kunci.” tutur Murakami saat diwawancarai John Handerson.
Dalam sesi yang sama penulis novel Norwegian Wood ini juga menuturkan, “Ketika aku sedang dalam mode penulisan novel, aku bangun jam empat pagi, dan bekerja selama lima hingga enam jam. Pada sore hari aku biasa berlari sejauh sepuluh kilo meter atau berenang sejauh 1.500 meter (atau melakukan keduanya), lalu membaca sedikit dan mendengarkan musik. Aku tidur jam sembilan malam. Aku menjaga rutinitas ini tanpa variasi.”
Pada akhirnya Semesta Murakami tetap mengajarkan kiat-kiat menjadi penulis. Tapi, soal eksekusinya tergantung tekad kita. Membaca adalah sebuah proses memperkaya diri, menulis adalah perkara sedekah. Buku in mengantarkan kita untuk lebih memahami seluk-beluk dunia kepenulisan sekaligus memotivasi kita untuk meniru kesuksesan sang Penulis.
BACA JUGA 3 Hal yang Sebaiknya Anda Lakuin Saat Diomelin Bos dan tulisan Munawir Mandjo lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.