3 Hal Ini Seharusnya Ada di Bukittinggi, Hidup Pasti Akan Lebih Nyaman

3 Hal Ini Seharusnya Ada di Bukittinggi, Hidup Pasti Akan Lebih Nyaman Mojok.co

3 Hal Ini Seharusnya Ada di Bukittinggi, Hidup Pasti Akan Lebih Nyaman (bukittinggikota.sikn.go.id)

Saya orang Jakarta yang sudah 10 tahun terakhir tinggal di Bukittinggi, Sumatera Barat. Kalau ditanya lebih enak hidup di Jakarta atau Bukittinggi, saya akan menjawab masing-masing kota punya kelebihan dan kekurangan. Bukan sekadar jawaban diplomatis ya, saya benar-benar merasakan demikian. 

Di balik nyamannya hidup di Jakarta karena serba ada, kota metropolitan ini punya momok yang selalu menghantui yaitu kemacetan. Padatnya masyarakat yang tinggal di sana menimbulkan permasalahan khas perkotaan seperti pengangguran dan kriminalitas. Belum lama ini, Jakarta menjadi sorotan karena punya pekerjaan rumah baru, polusi udara. 

Permasalahan-permasalahan itu tidak dijumpai di Bukittinggi. Sekali-kali jalanan di Bukittinggi macet, tapi saat musim liburan saja. Polusi udaranya dan kepadatan penduduknya tidak seburuk Jakarta. Pemandangan dan suasananya masih asri. Paling utama, nasi padangnya otentik. 

Keunggulan-keunggulan itu bukan berarti Bukittinggi sama sekali tidak punya kekurangan. Sebagai seseorang yang lahir dan besar di Jakarta, saya tidak bisa move on dari beberapa hal. Saya rasa, hidup di Bukittinggi akan semakin lengkap kalau ada tiga fasilitas ini.

#1 Bioskop modern di Bukittinggi

Ketika pertama kali pindah, saya benar-benar frustasi karena tidak ada bioskop modern di Bukittinggi. Sebenarnya, Bukittinggi pernah punya bioskop, bahkan jumlahnya sampai 3. Sayang, 2 diantaranya sudah beralih fungsi menjadi tempat parkir. Sementara satu bioskop yang masih beroperasi sudah terlalu kuno. Film-film yang diputar tidak menarik minat saya. 

Sebenarnya pemutaran film layar lebar sempat dilakukan beberapa kali saat musim liburan. Karena tidak ada bioskop modern, pemutaran film layar lebar digelar di gedung pemerintahan seperti aula atau gedung luas lain. Memang lumayan bisa mengobati rasa kangen nonton film, tapi pulang-pulang sakit pinggang karena kursi tidak nyaman. Pengalaman pegal-pegal itu perlu merogoh kocek yang lumayan antara Rp25.000-50.000. Sangat nggak worth it.

Baca halaman selanjutnya: Toko buku seperti Gramedia…

#2 Toko buku seperti Gramedia

Awalnya saya berharap Bukittinggi punya Taman Literasi seperti di Blok M, Jakarta Selatan. Saya juga berharap kota kecil ini ada bazar buku rutin yang bisa dikunjungi setiap bulan. Sesampainya di tempat  ini, saya membuang jauh harapan-harapan itu. 

Saya tidak bisa menemukan toko buku yang sesuai harapan saya di sini. Toko buku sesuai harapan ya seperti Gramedia gitulah. Sebenarnya ada satu toko buku yang menjual banyak buku. Koleksi judul bukunya sangat banyak, sayangnya kebanyakan koleksi itu berasal dari penerbit lokal. 

Bukannya mengecilkan penerbit lokal ya. Sebenarnya asyik mengulik koleksi buku dari penerbit-penerbit lokal. Hanya saja, buku-bukunya terkadang sudah usang, berdebu, dan kertasnya rapuh dimakan usia. Saya terkadang rindu buku-buku Gramedia, termasuk hal-hal teknis seperti cara penataan dan pelayanannya. 

#3 Kolam renang air hangat

Bukittinggi itu daerah yang dingin karena terletak di pegunungan. Selama tinggal di sini, saya pernah lho merasakan suhu hingga 16 derajat celcius. Suhu yang tidak mudah untuk saya yang sudah memasuki usia kepala empat. 

Suhu dingin membuat saya kesulitan melakukan salah satu hobi saya yaitu berenang. Fasilitas kolam renang di Bukittinggi memang banyak. Sayangnya tidak ada satupun kolam renang dengan air hangat. Membayangkan berenang di suhu yang dingin saja sudah membuat saya menggigil, apalagi benar-benar melakoninya. Itu mengapa saya lebih sering berenang di siang hari ketika matahari sedang terik-teriknya. 

Saya terheran-heran, kok tidak ada satupun kolam renang dengan air hangat di Bukittinggi ya. Padahal kalau ada, pasti banyak pelanggannya, saya dan orang-orang yang tidak tahan dingin misalnya. 

Di atas 3 hal yang menurut saya perlu ada di Bukittinggi. Kalau ketiganya tersedia, hidup akan semakin nyaman, setidaknya untuk saya hehehe. Terlepas dari itu, Bukittinggi sangat menyenangkan kok, apalagi destinasi wisatanya banyak yang indah dan masih asri. 

Penulis: Dessy Liestiyani
Editor: Kenia Intan 

BACA JUGA Kelok 44, Manifestasi Keindahan Sekaligus Ketakutan yang Menghubungkan Kabupaten Agam dan Bukittinggi


Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version