Kepadatan arus lalu lintas di Jalan Jogja-Wonosari, tepatnya di Bukit Patuk Gunungkidul, sudah menjadi pemandangan sehari-hari warga yang tinggal di sisi selatan Kota Istimewa. Terlebih saat hari libur, beragam kendaraan berdesak-desakan melintas di jalur paling ikonik di Bumi Handayani yang penuh tikungan aesthetic ini.
Nggak hanya dilewati warga Gunungkidul yang bekerja di Kota Jogja, jalan ini juga menjadi jalur utama para pelancong yang hendak berkunjung ke objek wisata. Dari atas bukit, para pejalan bisa menikmati panorama alam Kabupaten Bantul, Kota Jogja, dan sekitarnya yang sudah pasti memanjakan jiwa raga.
Selain kanan-kiri jalan ditumbuhi beragam jenis pepohonan, ada banyak tempat ikonik yang bisa dilihat para pengendara saat melintas di jalur Bukit Patuk Gunungkidul. Namun, di balik keindahan alam yang ditawarkan bukit ini, para pengendara acap dihadapi rasa was-was ketika melintasinya.
Selain banyak kelokan curam, tebing-tebing pinggir jalan di sepanjang Bukit Patuk juga rawan longsor. Jadi, pastikan untuk memacu kendaraan sesuai porsinya ketika mengaspal di jalur ini.
Nah, buat kalian yang (mungkin) belum pernah melewati jalan Jogja-Wonosari (kok iso?), saya ajak kalian untuk jalan-jalan dari arah Kota Jogja menuju Bukit Patuk Gunungkidul sembari melihat tempat-tempat ikonik di sepanjang kawasan ini.
Daftar Isi
Tikungan Bokong Semar
Setelah melewati Pasar Piyungan, Bantul, saatnya tancap gas naik ke arah Bukit Hargodumilah atau yang kini lebih dikenal dengan nama Bukit Bintang. Tapi sebelum sampai di bukit ini, terlebih dahulu pengendara akan melewati tikungan bernama Bokong Semar. Sesuai namanya, kalau dilihat dari atas menggunakan drone atau Google Maps, kelokan ini memang mirip bokong Semar, salah satu tokoh pewayangan Punakawan.
Tikungan legendaris ini sebenarnya masih berada di wilayah Kabupaten Bantul, tepatnya di Dusun Plesedan, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan. Namun karena lokasinya berdekatan dengan wilayah perbatasan Kabupaten Bantul dan Gunungkidul, tidak sedikit orang yang mengira kalau tikungan Bokong Semar ini masuk di Kecamatan Patuk. Keliru, teman-teman.
Konon di era 1930-an, lintasan Bokong Semar ini dipakai sebagai pangkalan Gerobak Sapi bernama Grobakan. Ya, para bajingan (penarik gerobak) bakal chill sebentar di Grobakan, lalu melanjutkan perjalanan sembari mengangkut hasil pertanian.
Saat melewati tikungan ini, para pengendara roda empat sebaiknya hati-hati. Tidak sedikit kendaraan pengangkut barang, seperti truk terguling di tikungan Bokong Semar karena kelebihan muatan. Sebab, selain berkelok, kalau melintas dari arah Kota Jogja, jalan ini juga menukik tajam. Jadi, buat para pengendara truk muatan, pastikan untuk membawa barang sesuai kapasitas.
Baca halaman selanjutnya: Tempat terbaik menertawakan Kota Jogja…
Bukit Bintang, tempat terbaik mentertawakan Kota Jogja
Setelah sukses melewati tikungan Bokong Semar, para pejalan akan disambut tongkrongan kesayangan Karangtaruna Yogyakarta, apalagi kalau bukan Bukit Bintang. Banyak orang mengira kalau Bukit Bintang yang ada di Patuk ini sepenuhnya berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Padahal, sebagian bukit ini, masih berada di wilyah Piyungan, Bantul, lho. Tapi sudahlah, yang jelas sampai sekarang Bukit Bintang masih jadi tempat favorit kawula muda buat pacaran sembari menikmati jagung bakar..
Mendengar nama Bukit Bintang tentu yang terlintas di kepala adalah panorama Kota Jogja dan jagung bakar. Saya cukup yakin, setiap kali melintas di kawasan yang dianggap sebagai balkonnya Kota Jogja ini, leher para pengendara akan menoleh arah jam tiga ke sisi barat, lalu melihat rumah-rumah yang tampak kecil itu.
Tentu saja, pagi dan malam hari menjadi waktu terbaik untuk melihat pemandangan Kota Jogja dan sekitarnya dari Bukit Bintang. Saat pagi hari, kalau beruntung kalian bisa melihat keindahan Gunung Merapi. Dulu, ketika terjadi erupsi, banyak warga yang melihat kondisi Gunung Merapi dari tempat ini.
Sementara ketika malam hari, lampu-lampu milik warga “bawah” itu tampak seperti kerlip bintang yang bersinar terang. Kendaraan yang melintas di sepanjang jalan Piyungan juga terlihat kecil, sekecil upah para penghuninya.
Jadi, buat kalian yang melintas di jalur ini pada waktu malam hari, saya sarankan untuk memarkirkan kendaraannya sejenak, lalu duduk menghadap di “balkon Kota Jogja” itu. Konon, tempat ini mampu membangkitkan semua kenangan selama hidup di Kota Pelajar. Nggak percaya? Ya, karepmu..
Bukit Patuk yang memesona sekaligus sumber derita para pengendara
Di dekat Bukit Bintang juga ada kelokan bernama tikungan Slumprit. Kalau dari arah bawah, tikungan ini peris berada sebelum pintu masuk gapura Selamat Datang Gunungkidul. Sama seperti Bokong Semar, tikungan ini juga dicap sebagai jalur tengkorak karena sering terjadi kecelakaan.
Kalau sudah sampai di kawasan ini, para pejalan sebaiknya lebih fokus dan meningkatkan kewaspadaannya. Selain karena menukik tajam, di area ini juga banyak orang sliweran swafoto di tulisan GUNUNGKIDUL berwarna kuning segede gaban itu. Terlebih kalau mengaspal dari arah atas, di sini menjadi pintu utama untuk melihat panorama pemandangan Kota Jogja dan sekitarnya dengan leluasa. Jadi kalau mata lebih dominan ke arah lanskap Kota Pelajar, tentu meningkatkan risiko terseruduk pengendara lainnya.
Ya, begitulah Bukit Patuk Gunungkidul. Di balik keindahan alamnya yang memanjakan mata, juga banyak ditemukan jalur tengkorak yang perlu diwaspadai pengendara. Saat musim hujan seperti sekarang, para pengendara yang sering melintas seperti saya, juga harus lebih ekstra hati-hati. Selain karena jalanan lebih licin, potensi pohon tumbang tersapu angin dan tanah longsor juga semakin besar. Jadi, ya, nggak ada pilihan selain waspada, berdoa, dan pamit ke orang tua sebelum bepergian.
Selamat mengaspal di jalur Bukit Patuk Gunungkidul, semoga selamat sampai tujuan.
Penulis: Jevi Adhi Nugraha
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Jangan Jadi Pengendara Ndlogok di Jalan Patuk, Gunungkidul