Memasuki musim toga alias wisuda, tak lengkap rasanya tanpa mempersiapkan buket wisuda yang bakal diberikan kepada saudara, sahabat, atau kerabat yang mau wisuda nanti. Momen wisuda sudah identik dengan buket bunga, keduanya tak bisa dipisahkan. No buket, no wisuda!
Sebagaimana zaman, buket wisuda pun berkembang. Kini, tak hanya buket bunga yang bertebaran. Sekarang, mulai muncul buket snack, rokok, bahkan uang telah menjadi pengganti bunga.
Pergeseran bentuk buket, dari yang asalnya berbahan dasar bunga diganti dengan bahan dasar lain, juga diiringi dengan perubahan maknanya. Buket yang pada asal-muasalnya dimaknai sebagai simbol keberuntungan, kesuburan, dan penyambutan, kini telah menjadi ajang perlombaan dan pamer-pameran.
Wisuda cuma acara syukuran akademik, bukan hajatan
Banyak orang mengatakan bahwa wisuda adalah momen penting selama kuliah. Sebab, inti dari yang selama kuliah itu, ya, hanya untuk momen ini. Persepsi itu tertanam juga dalam masyarakat, bahwa tak afdal jika pas wisuda anaknya tidak dirayakan dengan mewah.
Miris memang melihat wisuda itu sendiri yang sebenarnya tidak wajib. Hanya semacam syukuran akademik bukan hajatan pernikahan, bagi orang-orang malah diartikan sebaliknya. Apalagi di kampung halaman saya di Madura, semua sanak kerabat datang hanya untuk menyaksikan satu anak yang wisuda. Padahal pihak kampus hanya memberi undangan kepada kedua orang tua mahasiswa yang bisa masuk gedung. Tapi kok ya sekampung yang ikut datang.
Sebab itulah, penertiban acara wisuda kampus saya sendiri hampir tidak pernah berhasil. Jika perkiraan tamu yang hadir berjumlah 100, yang datang malah 1000. Antusiasme ini pada akhirnya juga menjadi masalah kalau tujuannya hanya untuk berlomba-berlomba dalam membanggakan diri: betapa anaknya begitu dibanggakan, betapa keluarganya sangat antusias, dan betapa-betapa yang lain…
Baca halaman selanjutnya: Buket uang untuk ajang pamer…