Bukan ASN Atau TNI/POLRI, Bang Jarwo Adalah Representasi ‘Idamanmu’ yang Sesungguhnya

Bukan ASN Atau TNI_POLRI, Bang Jarwo Adalah Representasi 'Idamanmu' yang Sesungguhnya terminal mojok

Serial animasi Adit Sopo Jarwo akhirnya kembali tayang setelah sebelumnya vakum (((di channel-channel TV saya))). Ehehehe. Kali ini serial tersebut tayang di RTV setelah sebelumnya ditayangkan oleh MNCTV. Menceritakan Adit yang selalu ngebut bersepeda dan Bang Jarwo yang selalu ditegur Pak Haji Udin di akhir babak, serial ini nampaknya berhasil menarik cukup banyak minat penonton. Hal tersebut tentunya juga didukung oleh kualitas animasi yang memanjakan mata. Ditambah lagi dengan angle cerita yang dekat realitas sosial masyarakat, menjadikan serial ini kian nyaman untuk dinikmati sambil menyesap kopi merenungi nasib hidup yang tetap kayak gini.

Meskipun Adit adalah tokoh utama dalam serial ini, nampaknya Bang Jarwo punya fanbase yang lebih besar dari Adit. Jujur, saya sendiri pun lebih suka dengan Bang Jarwo ketimbang Adit. Nggak, bukan karena Bang Jarwo dijadikan tokoh yang selalu sial dan menderita, lho, ya! Saya suka tokoh bang Jarwo karena faktor lain, salah satunya karena Bang Jarwo sangat merepresentasikan makna “idamanmu”. Lho, kok bisa gitu? Oke, oke, tenang dulu! Saya sadar, kok, kalau Bang Jarwo itu nggak good looking sekaligus nggak good rekening. Namun, mari sekarang kita lihat dari perspektif lain.

Sebelum ke sana, mari kita bahas soal “idamanmu” terlebih dahulu!. Kata “idamanmu” sering kali diterjemahkan dengan laki-laki berpangkat/berseragam, misalnya PNS atau ASN, juga TNI/Polri. Ini memang nyata, sih. Kemarin kampus sebelah habis mengadakan briefing KKN. Nah, salah satu narasumbernya ada seorang polisi yang cukup good looking. Para mahasiswi kampus tersebut pun langsung beramai-ramai bikin status WA soal polisi itu dengan caption yang hampir sama, “Uh! Ada yang seger-seger”, dan semacamnya.

Norak banget ya kalau dipikir-pikir! Kayak nggak pernah lihat orang ganteng saja. Tak berhenti di situ, saat doi saya sodori cuplikan video Mojok Mentok yang berjudul Sensasi Makan Pecel Lele Diawasi Idamanmu, eh, dia jawabnya malah gini, “Langsung merasa paling cantik.” Hoalah, embuh! Kukira hubungan kami istimewa. Ternyata aku cuma pelarian dari kekasih khayal semata~

Selain lelaki berpangkat atau berseragam, laki-laki yang jadi idaman biasanya adalah―kalian tahu sendiri lah, yaaa―oppa Korea. Hadeeeh! Ini, sih, yang paling sering bikin halusinasi perempuan jadi nggak masuk akal banget. Iya! Saya paham, kok, itu “idealisme pasangan” kalian. Tapi, cobalah sekarang lupakan sejenak dunia khayalan itu. Kembalilah ke dunia nyata, dunia yang benar-benar kalian alami. Dalam dunia nyata, Bang Jarwo sangat merepresentasikan kata “idamanmu”. Bang Jarwo mungkin tokoh fiksi, tapi nggak dengan beberapa hal ini.

Pertama, humoris. Meski sering terlihat garang terhadap Adit dan Dennis, Bang Jarwo sebenarnya adalah sosok yang menyenangkan dan humoris. Bang jarwo sebenarnya jadi garang hanya ketika Adit dan Dennis bikin ulah ke blio. Kalau ndak ada yang bikin ulah, ya Bang Jarwo tetep seperti biasa, ceria (humoris) yang bercampur banyak sambat.

Ngomong-ngomong soal humoris, dalam artikel yang saya baca di laman idntimes.com, setidaknya ada 5 alasan kenapa lelaki humoris itu banyak disukai orang. Misalnya, selalu membawa senyum pada orang di sekitarnya dan pribadi yang nggak membosankan. Lelaki humoris seperti ini tentunya jadi salah satu kriteria yang patut diperhitungkan untuk membangun rumah tangga.

Kedua, setia. Bang Jarwo memang bukan lelaki kaya, tapi ia tak pernah nampak memiliki kepribadian buaya. Setiap hari Bang Jarwo selalu fokus pada Dik Li Mei, berharap ia bisa menjadi pendamping hidupnya. Yah, walau yang terjadi dalam kisah cintanya itu bagai pungguk merindukan bulan, tapi Bang Jarwo nggak pernah menyerah untuk mendapatkan Dik Li Mei. Bang Jarwo bahkan rela melakukan apa saja demi membuat Dik Li Mei tersenyum dan tertawa.

Kurang apa coba Bang Jarwo? Masa, sih, Dik Li Mei masih nolak? Eh, kesetiaan Bang Jarwo ini tentu jadi idaman bagi setiap perempuan. Ya, kan? Nggak masuk akal bila ada perempuan yang berharap bisa dapat lelaki garangan.

Ketiga, pekerja keras dan multitalent. Nah, ini yang paling penting. Selaras dengan pesan calon mertua saya, eh, “Kalian nggak mungkin, kan, tiap hari cuma makan cinta?!” Yup. Dalam sebuah rumah tangga, finansial adalah salah satu fondasi ketutuhan keluarga. Oleh sebab itu, laki-laki sebagai tulang punggung harus mampu mencukupi hal tersebut. Ini bukan saya menafikan peran perempuan dalam dunia kerja, lho, ya. Tolong jangan disalahpahami. Selain “dituntut” mampu menafkahi, lelaki juga harus serba bisa. Bisa benerin genteng yang bocor, bisa benerin arah antena TV, bisa nyuapin anak, bisa mengayomi keluarga, bisa menahan cemburu kalau istrinya ngehalu dengan lelaki lain yang lebih ganteng.

“Owalah! Abot tenan ternyata dadi wong lanang!” Ehehehe. Bila kita lihat, Bang Jarwo memiliki itu semua. Nyatanya blio selalu mengiakan ketika ditawari pekerjaan apa pun. Yah, meskipun kadang hal tersebut justru menimbulkan perkara, setidaknya Bang Jarwo sudah berusaha bekerja keras.

Ketiga hal di atas sebenarnya masih ditambah beberapa hal lain. Misalnya, pandai main musik dan berkenan menghibur anak kecil―dalam hal ini tokoh Ucup―saat ia sedih. Wah, kurang komplit gimana coba Bang Jarwo ini? Semua karakter-karakter tersebutlah yang sebenarnya sangat dibutuhkan dalam bahtera rumah tangga. Makanya, ayolah sekarang agak realistis sedikit dalam hal pasangan. Coba kurangi halusinasi uwu-uwuan, karena menjalani rumah tangga nggak terus-terusan indah kayak yang di-upload orang-orang di Instagram.

Bila masih ngeyel Bang Jarwo nggak merepresentasikan “idamanmu”, ingat, setidaknya Bang Jawo nggak pernah melawan saat ditegur Pak Haji Udin dan nggak pernah menginjak kepalanya Adit atau Dennis.

Sumber Gambar: YouTube MD Animation

BACA JUGA Melihat Realitas Kesenjangan Sosial dari Sosok Sopo dan Jarwo dan tulisan Mohammad Azharudin lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version