Branding Madiun Kampung Pesilat Indonesia yang Berlebihan

Branding Madiun Kampung Pesilat Indonesia yang Berlebihan

Branding Madiun Kampung Pesilat Indonesia yang Berlebihan (Shutterstock.com)

Madiun memang punya banyak padepokan silat, tapi, branding kampung pesilat sepertinya perlu direvisi lagi

Menurut Google, branding adalah merek yang digunakan sebagai tanda pengenal. Biar kelihatan ngakademis, kalau kita merujuk pada penelitian Muktiali, (2008) mengungkapkan kalau brand dalam suatu wilayah/kota merupakan hal unik dan sangat kompleks. Di dalamnya tidak hanya membicarakan mengenai bangunan/gedung, logo, dan slogan, tetapi juga masyarakat beserta kebiasaaanya.

Siluet pendekar (Shutterstock.com)

Nah, branding yang akan kita kulik kali ini adalah branding Madiun. Madiun punya branding tersendiri, yaitu kampung pesilat Indonesia. Bagi kalian yang tahu tentang silat, pasti setuju atau merasa wajar jika kota tersebut mem-branding dirinya sebagai kota pesilat. Tapi, menurut saya, jujur branding ini berlebihan.

Sebelum kalian protes, biarkan saya menjelaskan pendapat saya. Semoga kita bisa saling menerima ya.

Kenapa saya pikir branding ini berlebihan, pertama, karena branding ini hanya wah dan sangar saat launching saja. Sejauh yang saya lihat, komitmen dan efektivitas branding ini belum terlihat dan perlu dipertanyakan.

Kalau dilihat dari peluncuran lagu “Kampung Pesilat Nguatne Ati” dan pembangunan Padepokan Madiun Kampung Pesilat, ya keliatan serius. Tapi, setelah itu, gimana? Kalau hanya kulit, ya percuma.

Pesilat sabung (Ahmad Saifulloh via Shutterstock.com)

Kedua, konflik antar-perguruan silat yang masih terjadi. Di Madiun, banyak perguruan silat. Tapi, alih-alih kuat citranya sebagai penghasil pendekar dengan jiwa yang kuat, yang sering terdengar adalah konflik antar-perguruan. Ya memang itu hanya oknum, tapi masalahnya kok ya dari dulu selalu ada gitu lho.

Memang, tak adil jika kita bicara hal yang negatif terus. Tapi, tak bisa menyalahkan juga jika orang mengecap negatif, sebab, dari dulu masalahnya nggak selesai-selesai.

Saya mau cerita sedikit, biar kalian paham kenapa konflik perguruan ini penting untuk evaluasi branding. Tiap Suro, saya menyaksikan bentrokan tersebut. Ya gimana, wong terjadinya di desa saya. Desa saya selalu dibangun pos polisi tiap Suro, untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

Tapi, meski sudah banyak aparat yang menjaga agar konflik tetap tak terjadi, gesekan dan bentrokan tetap saja terjadi. Sekarang memang intensitasnya menurun, tapi tetap saja ada satu-dua kejadian bentrokan.

Nah, branding kampung pesilat tersebut malah jadi terasa aneh kalau dilihat. Sebab, yang dijadiin branding justru bersikap seperti itu. Ya saya tahu itu oknum, tapi, masak kejadian terus?

Ketiga, meski daerah ini menggaungkan dirinya sebagai Kampung Pesilat Indonesia, namun atlet yang membawa pulang medali emas pada perhelatan pencak silat Asian Games 2018, tak ada yang berasal dari Madiun. Yaaa sejauh saya mencari informasi sih nggak ada. Tentu hal ini menunjukkan harus adanya pembenahan dalam standar kompetensi atau kepelatihan pencak silat di Madiun. Tapi saya yakin, pasti ada satu dua atau lebih pesilat dari kampung pesilat yang berprestasi dan tentunya saya sangat senang serta turut mengapresiasi.

Jurus (Muhammad Solikin via Shutterstock.com)

Agar branding ini tak terlihat berlebihan, tentu harus ada pembenahan dari banyak lini, penguatan regulasi, dan fasilitas yang harus benar benar dipikirkan oleh pemerintah. Branding sebaiknya tak berakhir jadi kulit, namun harus meresap.

Ajaran dari pencak silat adalah menjadi manusia yang tahu benar dan salah, membela kebenaran, dan setia pada moral. Jika konflik yang terus muncul, rasanya miris. Padahal Madiun bisa jadi contoh untuk daerah lain, bahwa dari silat, mereka bisa menciptakan SDM yang unggul dan punya moral compass yang kuat.

Semoga keluh kesah saya dapat diterima. Salam damai Madiunku.

Penulis: Geza Xiau
Editor: Rizky Prasetya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.
Exit mobile version