Setelah sempat dibuat bingung dengan kabar naiknya Premi BPJS, akhirnya kabar itu jadi kenyataan. Saya, sih, tidak kaget membaca pesan seperti ini sebenarnya. Sebelumnya sudah sering ada berita tentang wacana bakal naik. Tapi dalam hati juga sedih membaca ini.
Tidak tahu kenapa, selama saya mengamati pemberitaan mengenai BPJS, apalagi tentang kenaikan premi, terealisasinya cepat banget. Berbanding terbalik jika yang muncul pemberitaan mengenai wacana akan turun premi.
Sesuai Perpres no. 64 tahun 2020, semua tingkatan kelas di BPJS dari kelas satu sampai tiga mengalami kenaikan. Saya termasuk salah satu pengguna kelas tiga, a.k.a kelas paling murah, yang kadang mendapat pelayanan kurang memadai dibanding kelas atas dan non-BPJS. Wajar sih, saya tidak mau menuntut lebih juga. Sadar diri saja hehe, karena itu penting.
Mengenai rincian kenaikan tarif premi, kelas satu naik menjadi Rp150.000, kelas dua menjadi Rp100.000, dan kelas tiga menjadi Rp42.000. Nilai kenaikan itu menanjak lumayan tinggi dari tagihan sebelumnya. Dulu, kelas satu Rp80.000, kelas dua Rp51.000, sementara kelas tigaRp 25.500.
Sebelum berita kenaikan ini disahkan, kebijakan ini pernah dibatalkan oleh pihak Mahkamah Agung (MA), yang membatalkan Perpres no 75 tahun 2019. Akan tetapi pemerintah tetap saja menaikkannya, yang kemudian muncul Perpres no. 64 tahun 2020. Katanya sih, tujuan dari kebijakan ini untuk menyeimbangkan antara pendapatan dengan biaya pelayanan kesehatan yang dikeluarkan untuk program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional).
Bagi masyarakat seperti saya ini, yang memiliki ekonomi menengah ke bawah. Waktu seperti sekarang menurut saya kurang tepat untuk pemerintah membuat kebijakan menaikkan premi BPJS. Seakan-akan pemerintah terburu-buru untuk menetapkan ini, belum lagi jika ada kebutuhan mendesak untuk pergi keluar kota di saat new normal seperti sekarang. Yang mengharuskan masyarakat melakukan rapid tes atau swab tes sebagai syarat untuk bepergian keluar wilayah. Bayar sendiri pula.
Saya paham jika pandemi membuat perekonomian nasional terpuruk sampai sekarang. Namun, pemerintah juga perlu memerhatikan masyarakat yang sekarang kesulitan memperoleh cuan setelah lockdown, yang memprihatinkan lagi sampai ada yang tidak punya penghasilan sama sekali selama pandemi.
Untung saja sampai sekarang, berita ini tidak sampai trending di jagat Twitter. Biasanya jika ada isu-isu panas, apalagi berkaitan dengan pemerintahan, pasti gercep tuh tangan dingin netizen Indonesia untuk mengomentari seluk beluk kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
Selain itu, dari yang saya amati sekarang ini. Sepertinya pemerintah mencoba untuk menguji kesabaran kita, ya. Kita ini sudah dihadapkan dengan berbagai permasalahan pelik yang muncul di tengah pandemi, ditambah lagi sekarang ada kabar seperti itu. Kesabaran kita sebagai bangsa Indonesia yang kuat benar-benar teruji, apakah kuat menghadapi? Ataukah malah jadi ambyar?
Saya jadi ingat, Allah SWT pernah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Kesabaran kita ini yang akan membuahkan hasil yang baik nantinya, kita juga sama-sama tidak tahu kan, apakah tepat atau tidak pemerintah membuat keputusan seperti itu. Bisa saja kita melihat dari perspektif kontra sekarang, siapa tahu keputusan itu tepat untuk mulai memperbaiki perekonomian kita.
Mungkin pemerintah kita lagi “baik”. Pengin menempa atau memberikan kita pelajaran kesabaran. Yahh, walaupun dengan cara yang menurut saya kurang pas waktunya bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah.
Terkahir, segala keputusan seperti ini sebenarnya juga untuk kebaikan dan kemaslahatan masyarakat Indonesia sendiri pastinya. Harusnya, sih, begitu. Tidak masalah jika dalam suatu kebijakan ada yang pro dan kontra, keduanya tidak bisa dipisahkan. Semoga saja, semuanya bisa berjalan dengan baik. Termasuk kesabaran kita terkait kenaikan premi BPJS.
Yuk, nangis, bareng-bareng.
BACA JUGA Solusi Defisit BPJS itu Bukan Cuma Naikin Iurannya! dan tulisan-tulisan lainnya di Terminal Mojok.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.