Bogor Barat dan Bekasi, “Saudara Kembar” Beda Nasib, tapi Mendingan Bogor Barat lah, Jelas

Bogor Barat, "Saudara Kembar" Bekasi, tapi Beda Nasib. Mendingan Bogor Barat lah, Jelas

Bogor Barat, "Saudara Kembar" Bekasi, tapi Beda Nasib. Mendingan Bogor Barat lah, Jelas (Pixabay.com)

Bogor Barat bisa dibilang “saudara kembar” Bekasi. Tapi, nasibnya beda. Mendingan Bogor Barat sih keknya.

Sampai dengan saat ini, Bekasi menjadi area yang selalu jadi bahan olok oleh banyak orang karena wilayahnya yang dianggap jauh dari peradaban, panas, macet, dan akses yang nggak bagus-bagus amat. Bahkan, sampai ada yang menganggap bahwa Bekasi itu sudah bukan bagian dari bumi lagi, melainkan planet yang berdiri sendiri.

Lain Bekasi, lain juga Bogor yang punya pesona tersendiri. Bagi orang yang berdomisili dan sudah lama menetap di Bogor, wilayah Bogor Barat punya gambaran serupa dengan Bekasi: jauh dari kota sekaligus dianggap pedalaman, akses yang bikin Anda bergumam “Aduh, bener-bener ini, sih” selama di perjalanan berkunjung ke sana, dan macet yang tidak mengenal waktu. Jika Anda punya kerabat yang bertempat tinggal di Bogor Barat, silakan divalidasi hal tersebut.

Masalahnya adalah, hal ini sudah berlarut-larut. Saya, kerabat, saudara, beserta keluarga yang berdomisili maupun tinggal beririsan dengan area Bogor Barat, meski sudah terbiasa akan hal tersebut, rasanya masih sulit menerima kenyataan bahwa area ini punya tingkat kemacetan yang bikin mumet.

Akses Bogor Barat yang minim

Selain itu, sangat minim jalan alternatif untuk menuju ke beberapa kecamatan seperti Dramaga, Ciampea, Cibungbulang, Leuwiliang, Nanggung, sampai dengan Jasinga. Sehingga, mau nggak mau siapa pun yang ingin menyambangi area tersebut, mesti melewati satu jalan yang sama. Ya, sebetulnya masih bisa melewati beberapa titik, sih. Melalui jalur dalam di sekitar kampus IPB Dramaga, misalnya. Namun, muaranya masih sama.

Mau tidak mau, suka atau tidak, ini menjadi salah satu penyebab macet yang nggak ada ujungnya. Karena pada akhirnya, terpaksa melalui jalur atau bertemu di titik yang sama setelah melalui jalan alternatif. Alasan lain, tebak-tebakan saya, semakin banyaknya orang yang memilih untuk tinggal di kawasan Bogor Barat karena banyak bermunculan rumah bersubsidi pada masanya. Sehingga menimbulkan efek domino; makin padat, makin macet.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa, Bogor Barat, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, menjadi bahan olok oleh warga Bogor sendiri. Bukan untuk menjelek-jelekan apalagi merendahkan, hanya sebagai bahan bercandaan saja—sama halnya seperti Bekasi.

Hidden gem durian

Percaya sama saya, semisal ada di antara rekan kalian yang domisilinya di area Bogor Barat seperti Ciampea, Leuwiliang, atau Jasinga, kemudian ditanya tinggal di mana, nggak perlu heran jika mereka sendiri akan menjawab sambil cengengesan, “Pokoknya jauh dari Bogor kota. Pelosok. Pasti nggak bakal tahu, deh.”

Sebagai gambaran, jarak dari Leuwiliang ke Stasiun Bogor, jika dicek melalui Google Maps adalah sekitar 22 km. Sedangkan dari Jasinga ke stasiun Bogor, 48 km. Dengan waktu tempuh antara 1-2 jam. Belum termasuk macet. Belum lagi akses berkelok-kelok dan jalan berlubang yang nggak membikin perjalananmu mulus-mulus amat.

Namun, perlu diketahui juga. Selain punya image yang serupa tapi tak sama dengan Bekasi, Bogor Barat menjadi salah satu hidden gim bagi kalian pencari area rekreasi yang asri dan penikmat durian.

Di sekitar Jasinga, misalnya. Ada Seureuh Hejo, Wisata Panorama Wangun Jaya, dan Curug Bandung. Sedangkan di Leuwiliang sendiri ada Wisata Alam Panorama Pabangbon. Keempat tempat tersebut terbilang masih asri, sejuk, dan nyaman dikunjungi. Boleh jadi karena lokasi yang terbilang jauh, sehingga belum banyak orang yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan emosinya dalam menembus perjalan yang membikin mengelus dada setibanya di tempat tujuan.

Tempat sepi yang cocok untuk “melarikan diri”

Kawasan Bogor Barat juga bisa dijadikan alternatif destinasi bagi kalian penikmat durian—dan sudah menjadi pilihan utama bagi saya ketika pengin makan durian. Di sepanjang jalan Dramaga, Leuwiliang, sampai dengan Jasinga, pedagang durian cukup melimpah dengan berbagai harga dan varian yang ditawarkan. Nggak perlu khawatir, cukup merogoh kocek sekira 70-150 ribu (bisa dan boleh ditawar), kalian bisa menikmati durian yang manis dan legit.

Meski punya image demikian, Bogor Barat menjadi salah satu kawasan yang cocok untuk lari dari hiruk-pikuknya area perkotaan. Masih banyaknya pepohonan, area yang asri, dan alternatif tempat rekreasi, menjadi kekuatan tersendiri untuk area yang berlokasi di pinggiran kota Bogor. Meski untuk tiba di tempat tujuan, harus melalui jalan berlubang dan bergelombang, sih. Hehehe.

Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Fakta Kabupaten Bogor: Jauh dari Pusat Kota dan Membuat Beberapa Orang Kudus Kenalan Saya Jadi Salah Paham

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version