Blora, kabupaten kecil yang berbatasan dengan Bojonegoro, memang banyak kekurangannya. Tulisan Mas Ahmad Nur Luqman di Terminal Mojok dengan judul Keluh Kesah Hidup di Blora: Jalan yang Tak (Pernah) Mulus dan Pariwisata yang Itu-itu Saja sudah menjelaskan beberapa persoalannya. Tulisan itu mengomentari jalanan Blora yang kerap rusak hingga klub bola yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Sebagai sesama warga Blora, saya mengapresiasi kritik dan saran dalam tulisan tersebut. Saya pun relate dengan keluh kesahnya terkait pembangunan infrastruktur jalan. Namun, soal jalanan dan destinasi wisata, saya rasa kita perlu memberikan apresiasi juga selain kritikan pedas. Di bawah ini saya jelaskan beberapa alasannya.
Jalan di Blora memang buruk, tapi itu ada alasannya
Jalanan yang buruk ada banyak penyebabnya. Ada yang memang tidak terurus oleh pemerintah setempat, ada yang karena kendala lain. Untuk Blora, saya rasa pemerintah sudah ada upaya untuk memperbaikinya, hanya saja terkendala secara biaya sehingga mempunyai ketergantungan tinggi pada bantuan pemerintah pusat atau pihak lain. Upaya pemkab Blora memperbaiki jalan terlihat dari beberapa langkah yang pernah dilakukan.
Pertama, peningkatan status jalan Cepu-Blora menjadi jalan nasional. Sebagai seorang pendatang yang berasal dari Bojonegoro, saya pasti menggunakan ruas jalan Cepu-Blora untuk pulang kampung. Tiga belas tahun yang lalu ketika saya menginjakkan kaki pertama kali di Blora, ruas jalan Cepu-Blora rusak parah. Saya sampai malas untuk pulang ke Bojonegoro karena jalan berlubang di sana-sini.
Akan tetapi, setelah ruas jalan Cepu-Blora menjadi jalan nasional pada tahun 2016, perlahan tapi pasti jalan yang rusak tersebut diperbaiki. Hasilnya bisa dirasakan oleh masyarakat saat ini.
Kedua, kolaborasi Pemkab Blora dan Pemkab Bojonegoro dalam membangun jalan penghubung Jembatan Tembusan Bojonegoro-Blora (TBB) ke Bandara Ngloram, Cepu. Proyek senilai Rp 34 Miliar iru berasal dari Bantuan Keuangan Pemkab Bojonegoro kepada Pemkab Blora untuk membangun 4 ruas jalan yaitu Menden-Ketuan, Ketuan-Panolan, Panolan-Klagen, dan Sidorejo-Kenongogong.
Ketiga, dukungan pemerintah pusat melalui Kementerian PU & PR kepada Pemkab Blora. Seperti yang dilansir pada https://pu.go.id , dukungan pemerintah pusat kepada Kabupaten Blora diwujudkan melalui Inpres jalan daerah di tahun 2023 berupa rekonstruksi ruas jalan Wulung-Klatak sepanjang 10,88 km, ruas jalan Purwodadi-Wirosari-Blora sepanjang 3,40 km dan ruas jalan Purwodadi-Wirosari-Blora 1 sepanjang 3,15 km.
Baca halaman selanjutnya: Desa wisata yang kian …
Desa wisata yang kian berkembang
Selain pembangunan jalan, wisata Kota Mustika juga semakin berkembang. Pemerintah setempat tampak serius menggarap desa-desa wisata yang ada seperti Kampung Samin di Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong dan Noyo Gimbal View di Desa Bangsri, Kecamatan Jepon. Mengapa saya bangga dengan dua desa itu?
Pertama, Kampung Samin di Desa Wisata Sambongrejo menyabet juara harapan IV kategori Desa Wisata Berkembang pada ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia 2023 (ADWI). Ajang bergengsi itu digelar oleh Kemenparekraf. Di desa ini kalian bisa belajar tentang kearifan lokal Sedulur Sikep (suku Samin), peternakan, membatik dan lain-lain. Kalo ingin bermalam di sana gimana dong? Kalian nggak usah khawatir di sana sudah disiapkan homestay di rumah-rumah warga.
Kedua, Noyo Gimbal View di Desa Bangsri. Seperti halnya Desa Wisata Sambongrejo, Noyo Gimbal View di Desa Wisata Bangsri juga menunjukkan prestasi. Ia masuk dalam 15 besar Lomba Desa Wisata Nusantara (LDWN) 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Desa PDTT.
Apa sih yang menarik di sana? Banyak orang bilang objek wisata yang satu ini adalah obyek wisata yang “mewah” alias mepet sawah. Sebagian lahan persawahan di sana diubah menjadi destinasi wisata. Kalian bisa menikmati suasana alam yang menyenangkan dengan duduk-duduk di gazebo sambil memberi makan ikan. Selain itu, di Noyo Gimbal View kalian bisa berwisata kuliner yang dijamin maknyus rasanya.
Di atas adalah beberapa perbaikan yang saya rasakan di Blora. Memang sih kabuoaten ini masih banyak kekurangan di sana-sini, tapi ingat, pembangunan suatu daerah tidak bisa diselesaikan dalam satu malam, pemerintah bukan Roro Jongrang. Selain itu, pemerintah juga perlu keterlibatan masyarakat untuk mewujudkan pembangunan daerah setempat.
Penulis: Rudy Tri Hermawan
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Jalan Raya Purwodadi-Blora Bikin Resah Pejalan Kaki dan Pengendara
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.