Dalam berbagai kesempatan, sering saya merasa perlu atau harus untuk bersikap bodo amat ketika harus berhadapan dengan orang-orang yang suka sekali mengeluarkan dua kalimat candaan yang menurut saya sebenarnya malah malesin alias bikin males untuk ditanggapi.
Dua kalimat itu adalah, pertama: mau tahu aja apa mau tahu banget? Kedua: kasih tahu nggak, yah? Sekilas, dua kalimat ini memang bernada kocak, lucu, sekadar bercanda, tapi jika dikeluarkan pada saat atau situasi yang tidak tepat, jatuhnya malah…ya itu tadi, malesin. Rasanya tuh kayak, ihh…apaan sih?
Seperti misalnya yang terjadi baru-baru ini, ada seorang teman yang mengirimi saya pesan whatsapp. Ada informasi penting katanya. Jadi, teman saya itu menginformasikan bahwa dalam waktu dekat, dia dan beberapa teman kami yang lain akan mengadakan baksos seperti tahun-tahun sebelumnya. Bedanya, tahun ini penyerahan bantuan yang terkumpul hanya akan diwakili dua sampai tiga orang saja, nggak bisa rame-rame kayak dulu.
Mendengar kabar tersebut, jelas saya sangat antusias. Meskipun sebenarnya saya sendiri pun sedang butuh bantuan sih, wqwqwq. Selanjutnya, informasi atau kabar yang disampaikan oleh teman saya tersebut, kemudian saya tanggapi dengan, “mantap, sobat! Kapan terakhir ngumpulin?”
Tapi, tahu nggak kalian, sama teman saya itu, pertanyaan saya bukannya dijawab tapi malah nanya balik. Mana pertanyaannya juga ngeselin banget lagi. “Mmm…kamu mau tahu aja apa mau tahu banget, nih?”
Hadeeehh, basi banget nggak sih 2020 masih pakai pertanyaan seperti itu? Lagian kok yah bisa-bisanya sesuatu yang di awal dia bilang informasi penting, tapi malah dia sendiri yang bercandain? Kalau situasinya seperti yang saya tuliskan di atas, pertanyan nggak penting itu juga sepertinya nggak perlu dijawab. Ya, ogeb aja kalau nunggu saya bakalan jawab.
Kalau bukan mau tahu aja apa mau tahu banget, kadang ada juga yang ngomong: mau tahu aja apa mau tahu goreng? Atau nggak, mau tahu aja apa tahu bulat? Pokoknya kata banget-nya diganti dengan kata lain yang masih ada hubungannya dengan tahu (sebagai jenis makanan). Meskipun sudah berusaha kreatif, menurut saya tetap sok asyik sih. Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, basi, gaes.
Ayolah, ini kan kita bahas hal yang serius yah. Saya tahu sih hidup itu memang butuh bercanda juga. Kaku amat kalau serius terus. Tapi tolong diingat juga, bercanda itu ada waktu dan tempatnya. Ya kali orang lagi serius malah dibercandain.
Karena sudah telanjur males sama teman saya yang satu itu, ya sudah saya nggak balas lagi chatnya. Saya memilih untuk bertanya sama teman lain yang menurut saya pasti punya informasi yang lengkap dan akurat. Biar teman saya yang di awal tadi itu bisa tahu kalau di dunia ini bukan cuma dia yang bisa ditanya. Dari teman kedua, saya langsung dapat informasi yang lengkap tanpa harus melewati drama tahu-tahuan. Gini kan enak yah.
Kali lain, ada juga yang nggak kalah ngeselin. Pelakunya teman saya juga. Dia yang tiba-tiba curhat, eh…dia juga yang membuat situasi seolah-olah saya yang kepo. Jadi ceritanya tuh, dia curhat kalau dia lagi merasa nggak nyaman, soalnya waktu itu dia baru saja habis kena damprat dari istri seorang penulis. Istrinya penulis itu merasa kalau tingkah laku teman saya (sebagai fans) sudah terlalu berlebihan kepada si penulis. Terutama di media sosial.
“Saya tuh bingung yah. Emang salah yah berinteraksi di media sosial dengan penulis idola?” Dari sini sudah mulai aneh sih. Kan katanya dia dianggap berlebihan, berarti istri si penulis merasa ada interaksi yang sudah melewati batas seharusnya. Perkara apakah yang dirasakan oleh istri penulis itu memang benar atau nggak, ya itu beda lagi urusannya. Makanya, pertanyaan teman saya itu kemudian saya jawab sekaligus nanya juga, “Ya tergantung. Emang Kamu kayak gimana ke penulis idolamu itu?” Lalu, sama seperti teman saya yang di atas, teman saya yang ini juga bukannya jawab pertanyaan, tapi malah nanya balik. “Mmm…kasih tahu nggak, yah?”
Hadeeehhh, ampun deh! Yang butuh siapa, yang sok penting siapa. Ini kan tadi dia yang nanya yah? Dia yang butuh jawaban. Lah kok malah nanya “kasih tahu nggak yah?” Ya, kalau nggak mau dikasih tahu nggak apa-apa keleeuss. Saya nanya bukan karena saya kepo, tapi untuk merespon pertanyaan. Kan katanya bingung. Nah, ini mau coba dibantuin. Kok malah seolah-olah saya yang pengen tahu banget. Mungkin di pikirannya karena ini menyangkut nama seorang penulis, jadi dia mau sok-sok misterius yang seakan-akan dia beruntung banget bisa tahu itu, terus saya jadi rugi banget kalau sampai nggak tahu. Padahal yah biasa aja. Nggak ada untungnya juga kalau saya tahu. Emang dikira saya ini agen akun gosip gitu yah? Hmm…
Dasar teman saya memang unik, setelah saya sampaikan bahwa saya nggak peduli, nggak mau tahu, eh…dia malah langsung kasih tahu gimana kronologinya. Sekalian dia kirimin tangkapan layar bagaimana dia berinteraksi di media sosial dengan penulis idolanya. Ya, monmaap nih, saya sudah nggak minat untuk menanggapi lagi. Silakan dipikir sendiri, kamu salah apa nggak? Berlebihan apa nggak? Saya nggak ada urusan lagi sama curhatan kamu. Mau dibilang tega atau jahat juga bodo amat. Sekali-sekali bodo amat sama teman sendiri sepertinya tidak masalah.
Kalau ditanya kenapa tiba-tiba cuek nggak merespon atau menanggapi curhatan mereka, gampang, tinggal sindir aja “mau tahu aja apa mau tahu banget?” “kasih tahu nggak, yah?”
Mamam tuh…
BACA JUGA Pertanyaan yang Nggak Penting-penting Amat Buat Dijawab Saat Barang Hilang: Emang Ilangnya Di Mana? dan tulisan Utamy Ningsih lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.