Bisnis laundry rumahan merugi karena tetangga nggak tahu diri
Setiap bisnis memang ada momen pasang atau surut, termasuk usaha laundry rumahan. Namun, sejauh pengalaman, usaha laundry yang ibu saya jalankan ternyata lebih banyak momen surutnya. Saya merasa lebih banyak nggak enaknya daripada enaknya.
Biarkan saya jelaskan sedikit. Pelanggan usaha laundry rumahan ibu saya kebanyakan adalah tetangga sekitar atau orang yang dikenal. Kami sebagai penyedia jasa sebisa mungkin menawarkan jasa secara profesional. Kami menjaga kualitas baju, kerapihan ketika menyetrika, hingga menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu. Bahkan, kalau ada permintaan untuk menyelesaikan cucian secara lebih cepat, kami sebisa mungkin menyanggupi.
Sayangnya para pelanggan kami alias para tetangga kami tidak mengerti apa itu hubungan profesional. Kami jengkel karena kebanyakan dari mereka sering tidak langsung membayar alias ngutang dahulu. Memang nominalnya tidak banyak, tapi kalau terus berulang, lama-lama usaha kecil-kecilan kami bisa gulung tikar juga.
Bayangkan, kalau para tetangga ini tidak segera membayar, bagaimana kami bisa menjalankan operasional jasa laundry. Detergen, pewangi, listrik, dan air semuanya perlu uang, tidak datang cuma-cuma. Seharusnya para pelanggan menyadari hal itu. Kami bukanlah bisnis dengan cash flow atau arus kas yang longgar. Dengan kata lain, kami kerap memutar otak demi operasional kami terus berjalan.
Pelanggan yang minta jadi prioritas adalah yang paling menyebalkan
Sebenarnya tantangan bisnis laundry rumahan tidak hanya persoalan utang, pelanggan yang mengantar baju di waktu-waktu mepet adalah hal menyebalkan lainnya. Misalkan, ada tetangga yang mengantarkan baju kotor pada hari Minggu, sementara pada Senin pagi pakaian-pakaian itu akan digunakan. Dia minta diprioritaskan, padahal estimasi jasa laundry rumahan pada umumnya hanya 2-3 hari. Belum kalau cuaca mendung, prosesnya bisa lebih lama lagi.
Walau menyebalkan, kami sulit menolak permintaan-permintaan itu. Selain karena tetangga sendiri, kami merasa kalau menolaknya akan menghilangkan pelanggan kami. Ingat penjelasan saya di awal kan, persaingan jasa laundry rumahan di sekitar kami nggak main-main.
Meski diminta cepat, ibu tak pernah membeda-bedakan tarif laundrynya. Saya sering komplain ke ibu untuk mengenakan tarif yang berbeda untuk pelanggan yang meminta jasa laundry ekspress. Namun, ibu saya selalu berprinsip, apa yang dia lakukan adalah bagian dari menolong seseorang. Saya bisa apa.
Saat ini saya hanya bisa berharap para pelanggan jasa laundry rumahan ibu saya, yang kebanyakan adalah para tetangga, jadi makhluk yang lebih tahu diri. Jangan sering ngutang, kami juga perlu biaya untuk operasional. Jangan juga memaksa kami untuk menyelesaikan cucian dengan cara kilat yang nggak masuk akal.
Penulis: Pratma Yandrefo
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Aturan Tidak Tertulis Tempat Gym, Saya Terpaksa Tulis karena Banyak Member Gym yang Nggak Peka
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.