Bisnis es batu rumahan adalah salah satu usaha modal kecil dengan untung besar. Namun, kamu harus punya kesabaran tanpa batas kalau usaha model begini.
Pernahkah Anda berkunjung ke rumah kerabat atau teman, kemudian di tengah obrolan yang asik, ada anak kecil berteriak, “Beliii! Beli es batu!”?
Saya menjamin, hampir seluruh teman dan keluarga, yang pernah berkunjung ke rumah saya setidaknya pernah sekali mengalami hal ini. Sudah sejak lama keluarga saya bisnis es batu rumahan. Dan dari dulu sampai sekarang, harganya nggak pernah naik. Cuma seribu rupiah saja. Namanya saja usaha modal kecil.
Nah, di kampung, yang paling konsisten bisnis es batu rumahan adalah keluarga saya. Makanya, kalau warga mau beli es batu, pasti larinya ke rumah.
Bisnis es batu rumahan ini memang terlihat remeh dan nggak seberapa. Namun, percaya, deh, hampir semua perkampungan butuh usaha modal kecil kayak begini. Sebabnya karena masih banyak warga nggak punya kulkas dengan freezer. Kalau punya, mereka cenderung malas untuk bikin es batu.
Nah, meski bisa menghasilkan keuntungan yang lumayan, bisnis es batu rumahan tetap butuh kesabaran. Bahkan kudu punya dobel kesabaran untuk menjalankan usaha modal kecil ini.
Bisnis es batu rumahan juga bisa bikin emosi
Setelah cukup lama menjalankan bisnis es batu rumahan ini, saya menemukan beberapa pembeli yang sering bikin emosi. Pertama, dari segi suara. Ada pembeli yang suaranya menggelegar dengan suara yang bikin sakit telinga. Kalau sudah teriak, “Beliii!!!”, seisi rumah pasti emosi. Saya tahu niatnya biar kedengeran, tapi nggak perlu teriak-teriak juga.
Ada juga pembeli yang suaranya pelan sekali. Kadang saya sampai mengecilkan volume TV untuk memastikan beneran ada yang beli atau nggak. Memang, ini usaha modal kecil, tapi kesabaran kudu gede.
Lalu, ada jenis pembeli yang nggak sabaran. Semua orang pasti punya urusan, tapi mbok ya, sabar dulu. Lagian ngewadahin es batu cuma sebentar, kok.
Level kronis dari jenis pembeli ini adalah kebiasaan ngintip jendela rumah saking nggak sabarannya. Tipikal pembeli seperti ini sudah saya tandai. Jadi, kalau dia mau beli, di situ pula saya berpacu dengan waktu sebelum beliau mulai mengintip jendela.
Baca halaman selanjutnya: Bisnis kecil, potensi cuan besar. Coba, deh.