Setelah 10 bulan lamanya koridor 5 dan 6 Biskita Bogor ditutup karena alasan dana, sekarang koridor tersebut kembali dibuka. Sebagai orang yang sering menggunakan transportasi umum, saya sangat senang sekali mendengar berita ini. Saya reflek mengatakan “alhamdulillah” saat mendengar kabar baik tersebut.
Tapi di balik rasa senang ini, saya masih agak deg-degan dan khawatir. Saya takut koridor ini kembali ditutup, lagi-lagi, dengan alasan dana. Padahal, transportasi umum seharusnya terus dipertahankan oleh pemerintah kota, apalagi dampaknya sangat membantu sekali buat warga Bogor yang menggunakannya.
Koridor yang sangat menolong banyak orang, terutama anak sekolah
Jujur saja, saat awal koridor Biskita ini ditutup, saya sangat merasa sedih sekali. Meski saya tidak sering menggunakan koridor ini, tapi saya langsung membayangkan penggunanya. Benar saja, saat melihat berita ini di Instagram, banyak sekali orang yang protes dan memohon agar tidak ditutup.
Kebanyakan dari mereka adalah anak sekolah yang sudah merasakan manfaatnya. Dengan tarif khusus yang lebih murah, mereka bisa menghemat uang jajan. Selain itu, mereka juga merasakan keamanan dibandingkan dengan transportasi umum lainnya.
Di koridor ini memang banyak melewati sekolah, khususnya rute Ciparigi-Stasiun Bogor. Wilayah yang berada di ujung utara Kota Bogor ini sangat jauh dari mana-mana. Dikelilingi banyak pabrik, banyak truk yang lewat, serta opsi transportasi umum yang sedikit. Hadirnya Biskita sangat menolong orang di rute ini.
Ketika koridor ini sempat nonaktif, anak-anak, ibu-ibu, sampai lansia harus merogoh kocek lebih dalam karena telah kehilangan transportasi umum yang aman, nyaman dan terjangkau.
Jangan lagi Biskita ditutup karena alasan dana
Kalau ditanya, apa harapan saya untuk Biskita yang membuka kembali koridor 5 dan 6, saya cuma bisa bilang, jangan sampai ditutup lagi karena alasan dana. Meski saya tahu, dana operasional memang diperlukan untuk jalannya Biskita, tapi Pemerintah Kota Bogor juga semestinya tahu bahwa transportasi umum adalah layanan publik yang tidak bisa dijadikan target profit.
Transportasi umum bukanlah barang dagangan yang hanya bisa dilihat dari kacamata untung-rugi. Kalau alasannya dana melulu, seharusnya Pemerintah Kota harus bisa mencari solusi lain. Mulai dari kerjasama dengan pusat atau daerah lain seperti DKI Jakarta, subsidi silang, sampai memotong sedikit anggaran yang tidak urgen.
Semisal MBG jadi dipangkas anggarannya, semoga bisa disalurkan ke transportasi umum seperti Biskita di Bogor. Hadirnya Biskita itu sama dengan fasilitas publik lain seperti jalan raya, lampu jalan, trotoar, dan lain-lain. Semuanya ada karena dibutuhkan dan merupakan hak warga yang harus dipenuhi.
Transportasi umum adalah hak warga
Saya percaya, kota yang baik bukanlah kota yang banyak wisatawan atau penuh dengan tempat yang Instagrammable. Semua hal itu tidak ada gunanya, kalau warganya sendiri tidak dipenuhi kebutuhannya. Jangan sampai Bogor seperti Yogyakarta yang hanya penuh dengan wisatawan, tapi transportasi umumnya nggak menjangkau warganya.
Buat apa ramai dengan pengunjung, tapi penghuni aslinya malah kesusahan? Lebih baik mengurusi warga sendiri supaya bisa bepergian ke mana saja dengan nyaman, aman dan tentunya dengan harga yang terjangkau.
Langkah pembukaan Biskita ini akan saya dukung selama terus melayani warga Bogor, apalagi akan ada rencana pembukaan koridor baru. Tapi, sebelum ke sana, saya harap Biskita tetap selalu ada dan nggak pergi saat pergantian pucuk pimpinan. Jangan sampai transportasi umum hanya menjadi tamu musiman saja.
Penulis: Nasrulloh Alif Suherman
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 3 Alasan Naik Biskita Lebih Baik dari Angkot di Kota Bogor
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
