Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Bisa Nggak Sih Stop Ngasih Komentar Menjatuhkan yang Merusak Kesenangan Orang?

Daniel Prasatyo oleh Daniel Prasatyo
22 Oktober 2019
A A
mahasiswa tingkat akhir Kiat Sukses untuk Bikin Hidup Susah Ketika Menjadi Mahasiswa Akhir terminal mojok.co

Kiat Sukses untuk Bikin Hidup Susah Ketika Menjadi Mahasiswa Akhir terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Dulu, awal-awal ada penerbangan murah, aku sering sekali ditanyai penumpang di sampingku, “Mas dapet harga berapa tiketnya?”
Waktu itu, penerbangan Jogja-Jakarta. Aku dapat harga 467 ribu. Aku jawab ke si Bapak, “Lima ratusan, Pak.” Dia langsung bilang, “Wah, mahal itu Mas!” “Bapak dapet harga berapa?” aku jadi balik nanya. Yang sebenernya sih males banget. Dengan semangat, Bapak itu bilang, “Saya dapet cuma empat ratus, Mas.”

Belum cukup, dia tunjukin bukti pembayaran tiketnya. Iya, empat ratus ribu. Tepatnya, empat ratus enam puluh tujuh ribu. “Wah, murah, Pak,” kataku bingung. Si Bapak tersenyum bahagia.

Suatu waktu, aku beli hape. Waktu aku beli, harganya 850.000. Lupa, seri apa, tapi zaman hape masih monophonic dan belum pakai OS. Besoknya, temanku beli hape yang sama di konter yang sama, harganya 845.000.

“Rugi kamu, belinya kecepetan. Coba nunggu sehari, kan dapet lebih murah!” kata temanku tadi. Aku bingung harus jawab apa.

Suatu hari, aku lagi nongkrong bengong di Dunkin Donuts di Denpasar. Datanglah seorang perempuan, yang langsung menghampiri temannya, perempuan juga, di sofa di sampingku. Si teman menyapa, “Ciyee abis beli hape neh? Beli apa?”, “Ini,” si perempuan nyodorin kotak hapenya.
“Kok kamu beli yang iPhone 4 sih? Ini kan produk gagal. Mending kamu beli yang 4s.”

O ya, dulu juga pernah, pergi ke Education Fair universitas-universitas Australia, waktu masih di Jogja, waktu masih SMA. Temanku bilang, “Ngapain kuliah di Australia? Mending langsung ke Inggris atau Amerika.”

Waktu aku menceritakan tentang pacarku ke temanku, waktu SMA, sambil nunjukkin fotonya, temanku komentar, “Kok item gendut gini sih?” Waktu cerita tentang pacar yang sesudah itu, dia komentar, “Ganteng sih, tapi kok mukanya kayak kegatelan gitu?”

Itu sekadar ilustrasi berdasarkan pengalamanku. Semuanya aku alami sendiri. Pertanyaan yang muncul di kepalaku, adalah, 1) Apakah kita secara otomatis berusaha menjatuhkan orang lain? 2) Apakah aku salah pilih teman?

Baca Juga:

Pengalaman Mengakses Layanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas: Murah, tapi Dapat Ceramah yang Bikin Down Dulu

Kursi Besi Indomaret Tempat Terbaik untuk Merenungi Hidup

Ini pertanyaan yang sangat besar bagiku. Apa iya, kita nggak bisa ikutan senang melihat orang lain senang, dan langsung menjatuhkan begitu saja? Kalau iya, tujuannya apa? Supaya dia tidak lebih senang dari kita? Supaya kita senang di atas ketidaksenangannya—akibat kita jatuhkan?

Hipotesaku sih begitu. Kita nggak bisa aja lihat orang lain happy. Selalu aja bisa dan berusaha menemukan celah untuk mencela dan menjatuhkan mereka, untuk menunjukkan bahwa kita lebih. Paling seru kalau memperhatikan ibu-ibu yang saling membanggakan anaknya.

Lucunya, “lebih” di sini nggak cuma yang di atas, tapi juga yang di bawah. “Duh, kerjaan lagi bikin pusing neh.”, “Yaelah gitu doang ngeluh. Gua yang lembur tiap hari aja kagak ngeluh.”

Waktu itu, jujur aja, aku sempat merasa putus asa. Ya mau gimana, apa pun yang aku lakukan, yang aku beli, yang aku capai, selalu dijatuhkan/disepelekan oleh teman-temanku. Belum sempat cerita hal yang bikin senang hari itu, sudah dibilang kemahalan, lah, mereknya nggak bagus, lah, produk gagal, lah, adaaaaa aja.

Belum sempat cerita hal yang bikin sesek hari itu, udah dibilang manja, lah, ga tangguh, lah, cemen, lah, bahkan diduluin cerita yang menurutnya lebih parah lagi. And so I did what I think the right thing to do. Teman-teman yang seperti itu, bukan teman yang aku perlu.

Ketika aku beli hape baru, misalnya. Yang komentar “Kok ASUS sih, belinya?” langsung aku kasih nilai minus. Yang komentar, “Ciye, hape barunya dielus-elus terus ciye…” langsung dapet nilai plus.

Ketika papa nggak ada, yang nanya, “Kok mendadak, meninggalnya?” atau, “Kok nggak kamu paksa aja papamu kemoterapi?” langsung aku nilai minus. Yang dapet nilai plus, yang datang dan langsung meluk, atau yang nanya, “How are you holding up? How is your mother holding up? Are you okay? If you need to talk, I’m here.”

Entah bagaimana menurut kalian. Kalau menurutku, dari pada menjatuhkan akan jauh lebih baik kalau kita membiarkan mereka menikmati kesenangannya. Let them enjoy their moment. Let’s not ruin it.

Barang yang dibeli kemahalan, kan udah dibeli. Semua sudah terjadi, sudah telanjur. Nggak perlu menyiksa mereka dengan penyesalan. Uang mereka sendiri ini. Pacar temanmu jelek? Ya sudah. Yang nanti berciuman juga mereka, kan? Kita nggak harus ikutan, kan? Kategori ganteng dan jelek kan sangat subyektif.

Kita mungkin nggak ngerasa kata-kata kita melukai mereka. Mungkin kita sendiri udah kebal, karena kita sudah biasa menyakiti dan disakiti. Karena kita sudah masokis. Padahal, kalau kita mau, waktu teman kita bercerita, kita cukup komentar, “O ya?” “Terus gimana?” “Ih, seru banget, ya?” “Aduh, jadi pengen ke sana deh.” Kalau belum bisa memberi komentar positif, mbok ya o, ga usah kasih komentar negatif. Komentar yang netral aja, dengan tulus hati.

Ingat, kan, kejadian beberapa waktu lalu yang anak kecil ngebunuh adik bayinya? Penyebabnya sederhana: komentar orang yang nggak bisa ikutan seneng. Ini termasuk mengatai orang dengan sebutan-sebutan yang merendahkan: cebongers, sumbu pendek, kaum bumi datar, kafir, cina, gendut, bego, dan seterusnya.

Yuk, kita mulai coba dari diri kita sendiri. Berhenti mengatai diri sendiri, “Duh, bego banget sih aku, gini aja ga bisa.” Karena itu awal dari “Bego banget sih kamu, gini aja ga bisa!” Yang nanti terus berantai ke orang lain.

Karena setahuku, yang biasa memainkan kata-kata untuk menjatuhkan, untuk membuat orang merasa tak berdaya, untuk melukai orang, menghasut, adalah…

Iblis.

BACA JUGA Lomba-lombaan Jadi yang Paling Menderita Pas Lagi Curhat Itu Maksudnya Apa Ya? atau tulisan Daniel Prasatyo lainnya. Follow Twitter Daniel Prasatyo.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 22 Oktober 2019 oleh

Tags: komentar negatifmental healthnyinyir
Daniel Prasatyo

Daniel Prasatyo

ArtikelTerkait

Punya Tetangga Nyinyir Adalah Sebuah Keuntungan

Punya Tetangga Nyinyir Adalah Sebuah Keuntungan

16 Juni 2023
Langkah Cerdas Arie Kriting Lindungi Anak dari Komentar Negatif Warganet Terminal Mojok

Langkah Cerdas Arie Kriting Lindungi Anak dari Komentar Negatif Warganet

14 Januari 2023
Saudara Saya OKB yang Norak dan Saya Memakluminya

Saudara Saya OKB yang Norak dan Saya Memakluminya

28 Januari 2023
budaya beberes

Mari Memulai Budaya Beberes Setelah Makan!

15 Oktober 2019
Kursi Besi Indomaret Tempat Terbaik untuk Merenungi Hidup Mojok.co

Kursi Besi Indomaret Tempat Terbaik untuk Merenungi Hidup

10 Agustus 2024
cinderella complex mojok

Cinderella Complex: Sindrom yang Muncul dari Salah Pola Asuh

2 Juli 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.