Biaya Hidup di Solo Memang Rendah, tapi Syarat dan Ketentuan Berlaku

Biaya Hidup di Solo Memang Rendah, kok, tapi Syarat dan Ketentuan Berlaku

Biaya Hidup di Solo Memang Rendah, kok, tapi Syarat dan Ketentuan Berlaku (Unsplash.com)

Ah, siapa bilang biaya hidup di Solo tinggi? Kamu aja kali yang terlalu boros~

Menanggapi tulian Mbak Nurul Fauziah soal ironi Kota Solo, saya ingin memberi sedikit tanggapan. Tentunya dari sudut pandang saya yang memang sudah tinggal di Solo Raya sejak tahun 2013, atau sekitar 10 tahun lalu.

Menurut saya, biaya hidup rendah atau tinggi sebenarnya tergantung bagaimana kita menyiasatinya. Jika kita terbiasa makan siang di warung atau rumah makan, tentu pengeluaran kita menjadi besar. Sehingga kembali kepada bagaimana kita mengatur keuangan selama satu bulan.

UMK Solo

Dalam beberapa pemberitaan, UMK Kota Solo pada tahun 2023—sebelum ada berita kenaikan terbaru—adalah sebesar Rp 2.174.1969. Untuk ukuran Jawa Tengah, UMK sebesar itu sudah cuku tinggi dibandingkan beberapa daerah lainnya. Meskipun jumlah segitu masih kalah jika kita bandingkan dengan UMK di wilayah pantura seperti Semarang, Demak, atau Kendal yang merupakan pemilik UMK tertinggi di Jawa Tengah.

Apalagi kalau kita bandingkan dengan UMK di wilayah Jabodetabek yang hampir 2 kali lipatnya. Jelas beda jauh. Tapi, kita harus mengingat bahwa biaya hidup di wilayah tersebut juga tinggi, dan bahkan lebih tinggi dibandingkan Solo.

Menyiasati biaya hidup di Solo dengan memilih tinggal di kota satelit

Harus kita akui bahwa harga rumah di Kota Solo memang cukup mahal. Akan tetapi saat ini ada rusunawa atau rumah susun sederhana sewa yang bisa disewa dengan harga kisaran Rp70 ribu sampai Rp100 ribu per bulan tergantung lantai yang disewa. Harga sewa rusunawa di lantai 1 adalah yang paling mahal, yakni Rp100 ribu per bulan. Harga sewa ini akan semakin murah jika lantai yang kita pilih semakin ke atas.

Kalau memang ingin membeli rumah tapak, kita bisa memilih untuk membeli rumah di kota satelit Solo, yaitu di daerah Sukoharjo, Karanganyar, atau Boyolali. Di sekitaran daerah Makam Haji atau Kecamatan Grogol yang masuk Kabupaten Sukoharjo misalnya, masih banyak rumah dijual dengan harga murah. Atau di wilayah Colomadu yang masuk Kabupaten Karanganyar bagian barat juga masih ada rumah yang dihargai lebih murah daripada harga rumah di Kota Solo. Kalau hanya untuk ngekos atau kontrakan juga tentunya masih terjangkau.

Menyiasati biaya hidup di Solo dengan naik angkutan umum atau bus jemputan

Sekarang ini nggak perlu gengsi naik angkutan umum. Kota Solo cukup memanjakan warganya dengan kehadiran beragam transportasi publik, kok. Salah satunya dengan kehadiran bus Batik Solo Trans (BST) yang melayani trayek hampir semua wilayah Solo bahkan sampai ke wilayah kabupaten lain di sekitar Kota Solo.

Ada bus yang berangkat dari Terminal Kartasura yang secara administratif masuk Kabupaten Sukoharjo. Ada juga bus yang berangkat dari Terminal Palur yang masuk wilayah Kabupaten Karanganyar. Bahkan bus BST ini juga melayani trayek ke Wonogiri.

Selain memanfaatkan bus, warga juga bisa memanfaatkan KRL untuk bepergian. Ada 3 stasiun utama di Kota Solo yang menjadi stasiun perhentian KRL, yakni Stasiun Solo Jebres, Stasiun Solo Balapan, dan Stasiun Purwosari.

Sekarang juga sudah banyak pabrik atau perusahaan di Kota Solo yang menyediakan bus jemputan dan sudah memiliki titik penjemputan masing-masing. Jadi, warga nggak usah khawatir dengan biaya hidup di Solo yang disebut-sebut tinggi, sebab kita bisa memanfaatkan angkutan umum atau bus-bus jemputan yang pastinya bisa menekan ongkos transportasi bulanan dan meringankan pekerja.

Nggak usah malu bawa bekal makan siang

Sudah bukan zamannya lagi gengsi bawa bekal makan siang. Jujur aja, sekali makan di warung makan, setidaknya kita bisa menghabiskan uang Rp20 ribu. Silakan hitung sendiri uang yang harus kita keluarkan apabila setiap hari makan siang di warung.

Salah satu strategi jitu sekaligus cara bijak menekan biaya hidup di Solo adalah membawa bekal makan siang dari rumah. Saya sering mendapati karyawan yang membawa bekal makan siang ini. Nggak usah malu walau hanya bekal sederhana, yang penting bisa kenyang dan tentu saja hemat. Apalagi makanan rumahan biasanya lebih terjamin kebersihannya.

Kalau misalnya nggak sempet masak dari rumah untuk bekal, kita bisa mengakalinya dengan blusukan ke pasar. Misalnya pergi ke Pasar Gedhe yang lokasinya nggak jauh dari Balaikota Solo. Di sana, kita masih bisa menemukan makan siang yang harganya dibanderol Rp5 ribu per porsi. Nggak cuma di Pasar Gedhe, di pasar-pasar tradisional lainnya di Solo juga masih banyak kok yang menjual seporsi makan siang nggak sampai Rp10 ribu.

Intinya, banyak-banyak bersyukurlah atas apa yang kita miliki saat ini dengan cara bijak mengatur pengeluaran bulanan. Dan yang paling penting, jangan terlalu sering melakukan kegiatan yang sifatnya hura-hura atau belanja hal-hal yang nggak diperlukan. Pada akhirnya biaya hidup di Kota Solo memang rendah, tapi ada syarat dan ketentuannya. Apa syarat dan ketentuannya? Ya itu tadi, bijak mengelola pengeluaran.

Penulis: Santhos Wachjoe P
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Kota Solo, Sebaik-baiknya Kota untuk Menetap.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version