Betapa Menyedihkan Nasib Lulusan Sejarah dalam Mencari Pekerjaan

Betapa Menyedihkan Nasib Lulusan Sejarah dalam Mencari Pekerjaan terminal mojok.co

Betapa Menyedihkan Nasib Lulusan Sejarah dalam Mencari Pekerjaan terminal mojok.co

Setelah melewati berbagai percobaan melamar kerja dengan membagikan curriculum vitae ke berbagai perusahaan selama dua tahun belakangan ini, kini akhirnya saya menyimpulkan bahwa tidak ada pekerjaan bagi mahasiswa lulusan Sejarah selain jadi seorang guru (Sejarah).

Dulu sekali, tiba-tiba saja seorang dosen memberikan motivasi kepada kami, mahasiswa jurusan Sejarah, soal bagaimana nasib kami di depan setelah lulus dari kampus. Katanya, jika kami ditanya akan menjadi apa nanti setelah lulus, kami tidak perlu bingung dan khawatir. Kami hanya perlu menjawab bisa menjadi apa saja, bahkan menjadi presiden sekalipun.

Sayang sekali, saya tidak peduli itu. Saya tidak memikirkan masa depan akan seperti apa. Atau bahkan saya tidak pernah peduli dengan cara bagaimana dunia kerja akan menerima mahasiswa lulusan Sejarah seperti saya. Sebab bagi saya waktu itu, bukankah mencari pekerjaan memang sulit bagi siapa pun?

Namun, kenyataannya ternyata berbeda dan cukup menyakitkan. Lulusan Sejarah bagai dunia yang tidak pernah dibutuhkan untuk bekerja. Tak ada pekerjaan yang secara spesifik ditulis dalam kualifikasi bahwa mereka sedang membutuhkan orang-orang dari lulusan Sejarah.

Kenyataan itu bahkan lebih menyakitkan dari survei yang dilakukan oleh Petrik Matanasi yang menghasilkan anggapan bahwa sejarah adalah pelajaran yang paling tidak disukai. Namun, tentu kedua kenyataan itu membuat saya merasa tidak pernah hadir dalam kebutuhan manusia. Terutama dalam pekerjaan.

Di luar dari lulusan Sejarah, barangkali mereka bisa saja berucap bahwa tidak bisa mengirim curriculum vitae atau lamaran pekerjaan ke sembarang perusahaan. Lantaran masih ada kualifikasi yang membutuhkan mereka secara spesifik. Namun, lulusan Sejarah tidak bisa bilang begitu karena memang tidak ada. Sama sekali tidak ada!

Selama saya bergerilya melakukannya, mencari info lowongan pekerjaan di berbagai platform, nyatanya memang tidak pernah ditemukan pekerjaan bagi lulusan Sejarah. Ya, lulusan Sejarah hanya bisa mengirim lamaran pekerjaan ke perusahaan yang memiliki kualifikasi untuk semua jurusan.

Jika di antara teman-teman ada yang sering bilang bahwa dunia kerja itu keras, ya memang. Terutama bagi lulusan Sejarah.

Hal itu cukup menjadi pelajaran bagi saya di masa-masa yang jauh, masa yang hingga kini belum pernah saya sentuh. Bahwa kelak, jika saya berumur panjang dan kemudian menikah dan dianugerahi seorang anak, saya tak akan pernah membuatnya jatuh di pendidikan yang pernah saya tempuh.

Mungkin nasib bisa jadi akan berbeda. Tapi rasanya itu hanya akan terjadi jika tidak berada di jurusan Sejarah.

Saya jadi terkenang masa-masa terakhir kuliah. Saya dan teman-teman memiliki lelucon yang menyenangkan dan membuat kami tertawa terbahak-bahak meski setelah itu selalu berhasil membuat kami sedikit berpikir. Lelucon itu lahir dari kegiatan dan tugas-tugas kami selama kuliah.

Ada banyak sekali tugas penelitian. Tapi sedikit hal yang bisa kami teliti. Di antaranya adalah keraton, struktur bangunan masjid, museum, terakhir adalah pemakaman atau tempat keramat. Empat tempat itu yang sering kami pelajari dan teliti. Hingga pada akhirnya lelucon itu kemudian lahir.

Menurut teman saya, tempat tersebut seolah jadi gambaran jelas masa depan kami. Bahwa keraton, masjid, museum, dan makam adalah tempat yang akan menerima lulusan Sejarah untuk bekerja. Profesi kami, katanya, kalau tidak menjadi penjaga keraton atau museum, ya berarti jadi marbot atau kuncen.

Kini saya khawatir jangan-jangan ternyata lelucon itu adalah satu-satunya kenyataan yang harus kami terima di masa depan. Meski hingga kini, jalan untuk sampai ke sana pun masih belum terluhat pernah terlihat. Duh….

BACA JUGA Betapa Sialnya Jadi Mahasiswa Jurusan Sejarah dan tulisan Muhammad Syamsul lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version