Berseteru Hanya karena Kehilangan Korek Api Itu Nggak Lucu

Berseteru Hanya karena Kehilangan Korek Api Itu Nggak Lucu terminal mojok.co

Berseteru Hanya karena Kehilangan Korek Api Itu Nggak Lucu terminal mojok.co

“Kehilangan lebih terasa saat sudah merasa memiliki.” saya sering mendengar kalimat tersebut. Kehilangan sesuatu memang merupakan hal yang menyakitkan. Baik itu kehilangan uang, barang penting, pacar, hingga benda sekecil korek api. Kehilangan korek api mengajarkan kita artinya kebersamaan dan berharganya hal-hal yang telah kita miliki.

Sejak penemuan korek api pada 577 M di dataran China, dunia telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. Korek api berfungsi menyalakan api secara terkendali, setelah sebelumnya umat manusia harus menggesek-gesek kayu sampai lelah. Korek api terus berevolusi hingga menjadi bentuk yang mudah dibawa dan dinamakan pemantik. 

Apa artinya rokok tanpa korek api? Bagi sebagian orang, hal tersebut bagaikan kiamat. Korek api berperan cukup. Dalam tongkrongan perokok, korek api dapat dijumpai secara mudah. Kehadirannya merupakan teman sekaligus pacar bagi para perokok berat. Namun, tanpa disadari, korek api dapat memunculkan pertikaian dan perpecahan.

Korek api menjadi salah satu benda yang dapat berbaur di dalam semua kelas. Baik itu kelas bangsawan, akademisi, pejabat, hingga kuli proyek. Dengan merogoh kocek minimal Rp2.500, tiap orang dapat memiliki korek api. Namun, selayaknya benda mati, korek api dapat hilang begitu saja. Pelan, sunyi tanpa disadari.

Kehilangan korek api dalam circle tongkrongan dapat didasari oleh beberapa hal. Di antaranya yang paling masyhur adalah akibat kelakuan teman nongkrong yang tidak tahu diri. Menurut pengalaman saya, terkadang ada teman yang hadir di tongkrongan tanpa membawa korek api. Teman tersebut lantas secara tidak sengaja memasukkan korek api milik orang lain ke dalam kantongnya ketika harus pulang duluan. Bahkan ada saja yang sengaja mengambil dengan wajah tanpa dosa. Sudah nggak membawa rokok, mintain punya teman, eh tidak membawa korek, dan pulang-pulang malah surplus korek api.

Meskipun korek api bisa didapat dengan harga murah, kehilangannya yang secara mendadak dan tidak terduga dapat membuat perokok sengsara. Apalagi jika pulang larut malam dari tongkrongan serta masih ada tugas yang harus diselesaikan di rumah. Mau mencari korek api ke mana? Warung-warung kecil sudah tutup. Kalaupun ada minimarket 24 jam di sekitar rumah, rasanya tengsin jika singgah hanya untuk membeli korek api. Sebab bagi kami, para perokok, nestapa jika mengerjakan tugas tanpa ditemani rokok.

Kehilangan korek api itu tidak jarang menimbulkan rasa waswas di dalam diri. Ia pun menjadi cemas jika korek api miliknya lenyap dari pandangannya meskipun hanya sebentar. Terutama pada orang bernasib sial yang korek apinya selalu hilang lagi dan lagi dengan jeda 1-2 hari saja.

Selain sebagai pemantik api, korek api juga dapat menjadi pemantik pertikaian dan perpecahan. Bukan hanya buruk, korek api juga dapat menimbulkan kasus yang lebih besar, bahkan mengarah pada kriminalitas. Hanya karena sebuah korek api, orang dapat berkelahi, membacok, bahkan membunuh.

Salah satu contoh kasus kriminalitas akibat korek api adalah pembunuhan yang terjadi di Jakarta Pusat pada pertengahan 2019 silam. Pemuda berinisial A yang bekerja sebagai kuli bangunan tewas dilempar botol minuman keras oleh rekannya sendiri. Penyebab peristiwa tersebut sebenarnya cukup sepele. Korban lupa mengembalikan korek api yang dipinjam dari tersangka. Hal receh yang kemudian jadi besar.

Kasus lain akibat korek api adalah perkelahian antarmahasiswa di kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar pada awal Desember 2019. Peristiwa tersebut terjadi karena perkara meminjam korek api. Korek api juga menimbulkan korban lain yakni pedagang nasi goreng yang disayat oleh orang tidak dikenal karena tidak memiliki korek api. Kejadian tersebut terjadi pada akhir tahun 2017 di Tangerang Selatan.

Dari beberapa contoh kasus yang telah disebutkan, aksi kriminalitas dapat terjadi akibat hal sepele, termasuk korek api. Lantas, apa pentingnya berseteru hanya karena kehilangan korek api?

Meski korek api cukup berharga bagi perokok, ya seharusnya tidak sampai segitunya kali. Ada hal-hal yang lebih penting dibanding bersitegang, yakni membeli korek api sebanyak mungkin sebagai langkah antisipasi dari tangan orang-orang jahil yang menghilangkan.

Kehilangan korek api ketika pulang dari tongkrongan larut malam juga semestinya dimaknai sebagai tanda Tuhan sayang kepada kita. Hal itu sebagai isyarat agar kita berhenti sejenak merokok, setidaknya sampai keesokan paginya. Hilangnya korek api juga bisa menjadi sarana kita lebih berlapang dada, serta tetap menganggap teman yang mengambil korek sebagai kawan meskipun menyebalkan. Sesuai dengan quotes yang juga sering saya dengar “ajari aku cara merelakan tanpa harus membenci”.

Jika Anda adalah orang jahil dan tipe pengambil korek api di tongkrongan tolong introspeksi, sadari bahwa yang Anda lakukan itu bikin emosi. Jangan asal sikat korek api punya teman. Pinjam ya pinjam aja, setelah pakai langsung kembalikan. Nggak usah tuman.

BACA JUGA Tidak Merokok dan Tidak Minum Kopi Bukanlah Aib

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.
Exit mobile version