Lampu merahnya nggak ngotak
Kalau dihitung-hitung, mulai dari perempatan pertama Krapyak hingga Terminal Penggaron, setidaknya ada kurang lebih 20 lampu merah! Ini merupakan jumlah yang sangat banyak, mengingat jarak antara Ngaliyan dan Mranggen sebenarnya juga nggak terlalu jauh. Tapi gimana lagi, kehadiran lampu lalu lintas ini kan tentu ditujukan agar lalu lintas teratur. Sebagai pengendara yang taat, saya cuma bisa pasrah dan patuh.
Pasrah pun sebenarnya campur dengan nggrundel, sih. Sebab selain jumlahnya yang banyak, lampu merah di beberapa titik jalan dari Ngaliyan ke Mranggen memiliki durasi yang nggak ngotak. Misalnya lampu merah di simpang Kalibanteng. Tak tanggung-tanggung, di sana pengendara harus menunggu lampu merah hingga 150 detik alias 2 menit 30 detik. Ada juga lampu merah di area Tugu Muda yang durasinya lama banget.
Saking lamanya lampu merah di Kalibanteng, malahan dulu pernah ada meme yang menyindir lampu merah tersebut; “Bangjo kono kuwi wingi ono bapak-bapak ngeterke anak SD keno abang, pas murup ijo, anakke wes SMP” (Kemarin ada bapak-bapak mengantar anak SD kena lampu merah, saat menyala hijau anaknya sudah masuk SMP). Jadi, pengendara motor yang terkena lampu merah di sana saat siang hari gambarannya seperti orang yang lagi di jemur, panas campur nggrundel, harus ekstra sabar.
Ada tiga jalan alternatif dari Ngaliyan ke Mranggen
Berbicara mengenai jalur Ngaliyan ke Mranggen, setidaknya ada tiga jalan alternatif yang bisa kita lalui. Tapi perlu diingat bahwa ketiga jalur tersebut memiliki konsekuensinya masing-masing.
Pertama, kalau kita dari Ngaliyan ke Mranggen lewat kota Semarang. Sebenarnya jalur ini merupakan jalur yang paling efisien. Sebab, kita hanya perlu lurus pol mentok dan akan sampai ke pasar Mranggen. Sayangnya, di sepanjang jalan ini terdapat puluhan lampu merah yang berderet. Kalau kita berkendara di siang hari dan terjebak lampu merah, lumayan bikin manyun, kan.
Kedua, kalau kita lewat jalur Pantura, nantinya kita akan melewati Genuk dan Sayung. Bagi orang-orang yang tinggal di Demak atau Semarang pasti sudah tahu bagaimana kondisi jalan di daerah tersebut. Sudah cuacanya panas, jalanannya rusak, bahkan kalau musim hujan atau rob, air akan menggenang setinggi-tingginya. Pokoknya jalur satu ini kurang direkomendasikan, deh. Apalagi Pantura sering dilewati truk-truk besar, risikonya cukup tinggi
Ketiga, kalau kita lewat Klenteng Sam Poo Kong dengan tembusan ke Peterongan, mungkin kita nggak akan menemukan lampu merah yang berderet seperti lewat kota Semarang. Namun, jarak yang kita tempuh akan semakin jauh, sebab kita seperti memutar jalan. Kalau seperti itu kan jadi percuma.
Dengan segala konsekuensi tersebut, kita seakan dituntut untuk tetap lewat jalanan Kota Semarang saja dari Ngaliyan ke Mranggen. Sebab, itulah jalan yang paling cepat meski kita harus merasakan panas yang ekstra dan dihadang lampu merah yang berderet. Kalau seperti itu terus kan lama-lama bisa bikin kepala menguap. Iya, kan?
Penulis: Ahmad Nadlif
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Jangan Melintasi Jalan Mranggen-Ungaran pada Malam Hari, Mending Muter Jauh ketimbang Celaka!