Berkali-Kali Ditikung Chelsea, Liverpool Tetap Juara

liverpool timo werner mojok.co

liverpool timo werner mojok.co

Beberapa waktu lalu, Timo Werner dikabarkan menyepakati transfer ke Chelsea dengan biaya setara hampir 1 triliun rupiah. Padahal sejak musim lalu Werner selalu dikait-kaitkan dengan Liverpool. Dalam wawancara dengan Sky Sport Jerman, Werner pernah menyebut sangat senang jika bisa berkerja sama dengan Klopp. “Liverpool memiliki pelatih terbaik di dunia dalam diri Jurgen Klopp. Ada banyak hal yang menunjukkan bahwa gaya permainan saya akan cocok di Liverpool,” ujar Werner.

Ibarat sinetron percintaan, transfer Timo Werner ke Chelsea ini drama jenis “tikungan di menit-menit akhir”. Chelsea mungkin layak disebut pejuang cinta yang tak kenal putus asa sebelum janur kuning berkibar. Tepatnya, pantang pulang sebelum dapat tanda tangan.

Entah Chelsea dapat dukun dari mana sehingga Werner tiba-tiba begitu saja melupakan Liverpool. Sejauh ini satu-satunya penjelasan gagalnya transfer ke Liverpool adalah masalah uang. Kabarnya Liverpool tak memiliki cukup dana untuk membayar klausul pelepasan Werner yang mencapai 53 juta poundsterling. Setidaknya itu yang diakui oleh Jurgen Klopp. Ia menyatakan tidak bisa mengeluarkan dana besar sementara di sisi lain para pemainnya mengalami pemotongan gaji.

“Semua klub kehilangan uang. Bagaimana saya bisa berbicara dengan pemain soal pemotongan gaji sementara di sisi lain membeli pemain dengan harga 50 hingga 60 juta poundsterling,” ujar Klopp kepada Sky Sports.

Jika Liverpool tak punya uang, beda cerita dengan Chelsea. Klub yang dimiliki taipan asal Rusia Roman Abramovic ini ternyata masih memiliki cukup banyak fulus untuk memboyong pemain mahal. Tampaknya pandemi virus corona tak membuat pengusaha tambang dan raja minyak itu kehabisan duit. Sepertinya uang Abramovic terus mengalir seperti rasa cintaku kepadamu. Iya kamu!

Apakah Timo Werner jenis pemain matre yang lebih memilih uang daripada cinta? Urusan bola tentu tidak sesederhana itu, Ferguso. Cinta memang tak melihat materi tapi wajar kalau calon mertua tanya gaji, well, you know. Setelah pedekate selama lebih dari setahun, Liverpool harus menghadapi kenyataan bahwa orang yang diincar ternyata lebih memilih pesaingnya yang cuma butuh waktu pedekatan selama beberapa hari saja. Mungkin ungkapan yang paling tepat adalah “ambyar”, seperti kata The Godfather of Broken Heart, almarhum Didi Kempot.

Klopo sing tak tandur

Limang taun sing kepungkur

Uwis thukul godonge wis dadi janur

Janur sing semampir ono ing ngarep omahmu

Nanging sing nyanding kowe dudu awakku, dudu aku…

Duh, saya kok jadi nangis beneran ya.

Apakah Werner begitu penting bagi Liverpool sehingga transfernya ke Chelsea harus ditangisi? Sejatinya saat ini Liverpool sudah memiliki Firmino di lini depan. Namun, seperti kata legenda klub, Phil Thompson, Liverpool sebenarnya membutuhkan sosok Werner karena ia dianggap lebih siap ketimbang Divock Origi untuk menjadi pelapis Firmino. Bahkan Werner dianggap memiliki kualitas untuk bersaing di tempat utama di lini depan The Reds.

Tapi jika melihat kondisi finansial yang dialami oleh klub, Liverpool tampaknya tidak akan membeli pemain baru pada bursa transfer mendatang. Kecuali, mereka menjual terlebih dulu pemainnya untuk mendapatkan dana segar. Apalagi jika The Reds ingin merekrut nama-nama besar seperti Kylian Mbappe, Jadon Sancho, atau Kai Havertz.

Apesnya, Liverpool bukan hanya sekali ini saja ditikung oleh Chelsea dalam perburuan pemain incaran. Sebelumnya, kasus yang sama juga menerpa Liverpool saat mengincar Christian Pulisic dari Dortmund. Saat itu, Liverpool menjadi klub terfavorit karena keberadaan Klopp sebagai pelatih. Klopp-lah yang mempromosikan Pulisic ke tim utama Dortmund pada saat ia masih melatih tim itu.

Saat menangani The Reds, Klopp berusaha mengajak Pulisic ke Liverpool. “Saya tidak tahu apakah kami bisa mendapatkannya. Tapi Pulisic punya kemampuan bersinar di Inggris,” kata Klopp dilansir dari Liverpool Echo. Namun, Liverpool harus kalah dari Chelsea. The Blues resmi mendatangkan Pulisic pada Januari 2019 lalu seharga 58 juta poundsterling.

Sebelum itu, Liverpool juga sudah ditikung oleh Chelsea saat hendak merekrut Diego Costa pada bursa transfer musim panas 2013. Waktu itu pemain asal Spanyol tersebut mampu tampil bagus bersama Atletico Madrid dan membantu klub maju sampai partai final Liga Champions serta menjadi juara La Liga.

Performanya tersebut mampu membuat Liverpool kepincut. Namun, Costa memilih untuk tetap bertahan bersama Los Rojiblancos, dan kemudian bergabung ke Chelsea di musim berikutnya. Usut punya usut, ternyata Jose Mourinho yang saat itu menjadi pelatih Chelsea, menjadi dalangnya. Hal itu baru diketahui dalam buku terbaru karangan Fran Guillen berjudul “Diego Costa – Art of War”.

“Jika Costa tidak direkrut sekarang, harus ada strategi khusus untuk memastikan ia akan datang di musim berikutnya, dan tidak beralih ke klub lain.” Saat itu Mourinho menegaskan keinginannya untuk mendapatkan Costa dan mengatakan pada Atletico, “Tolak Liverpool sekarang dan kami akan merekrut Anda dengan nilai lebih besar dalam 12 bulan mendatang.”

Kebiasaan Chelsea dalam menikung Liverpool tampaknya sudah menjadi “strategi” permainan di luar lapangan. Kedatangan Mohamed Salah ke Chelsea pada tahun 2014 adalah salah satu buktinya. Salah yang tampil gemilang bersama FC Basel, klub asal Swiss, membuat Liverpool jatuh hati. Proses negosiasi pun sempat berjalan selama beberapa bulan. Namun, pada akhirnya pemain asal Mesir itu lebih memilih bergabung bersama Chelsea ketimbang tim asal Kota Merseyside tersebut.

Salah yang saat itu masih “bocah baru” belum mampu menembus skuad utama Chelsea sehingga membuat ia harus rela dipinjamkan ke Italia bersama Fiorentina dan AS Roma. Setelah dipermanenkan oleh AS Roma, penampilan Salah semakin meningkat. Hal tersebut membuat Liverpool kembali berusaha memboyongnya ke Inggris. Pada bursa transfer musim panas 2017, Salah berhasil didatangkan ke Anfield dengan biaya sebesar 37 juta poundsterling.

Di Liverpool, Salah seperti menemukan permainan terbaiknya. Ia menjadi pencetak top skor Premier League selama dua musim berturut-turut. Tampaknya kemampuan Chelsea dalam mengembangkan potensi Salah tidak sebagus kemampuannya dalam menelikung Liverpool. Ya, kemampuan menelikung memang tidak paralel dengan kemampuan membahagiakan kamu… Iya, kamu!

Liverpool memang tak punya banyak uang. Ia juga berkali-kali ditikung Chelsea. Tapi The Reds bisa melakukan “balas dendam terbaik” di lapangan. Mereka memang tidak mendapatkan Werner sekarang tapi sebentar lagi mereka akan menggenggam trofi Premier League. Jika disuruh memilih trofi Premier League atau Werner, fans Liverpool sudah pasti lebih memilih trofi. Werner tak ada apa-apanya dibandingkan penantian tiga puluh tahun. Sekali lagi, tiga puluh tahun. Kalau Pak Sapardi Djoko Damono bilang “Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni”, jangan pernah percaya. Fans Liverpool jauh lebih tabah.

Sumber gambar: Twitter Timo Werner.

BACA JUGA Wali-wali Sepak Bola Eropa yang Melawan Islamofobia atau Auliyau Rohman tulisan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Exit mobile version