Pemandangan indah nggak berpengaruh banyak terhadap kenyamanan berak di gunung
Meskipun di awal tulisan saya mengatakan kalau berak di gunung itu seru karena mendapat bonus pemandangan, tapi saya harus jujur kalau berak di gunung itu nggak nyaman. Hal-hal klise seperti ketenangan dan mendapat sumber inspirasi saat berak nggak akan kamu rasakan di sini.
Sebaliknya, kamu harus merelakan pantatmu bersentuhan langsung dengan rerumputan sehingga menimbulkan sensasi aneh yang sulit dijelaskan, antara geli dan gatal. Selain itu, kamu juga akan dibuat waswas setiap mendengar langkah kaki yang mendekat. Ketika ini terjadi, yang bisa dilakukan hanyalah menunduk sambil menutupi diri dengan sarung, memikirkan wajah dan titit agar nggak terekspos oleh pendaki lain. Pokoknya nggak tenang banget, deh.
Ketakutan paling traumatis saat berak di gunung
Jujur saja, selama ini saya memiliki ketakutan di mana ketika ini terjadi, pasti saya akan mengalami trauma luar biasa. Saya selalu membayangkan ketika sedang berak, tiba-tiba ada pendaki lain yang nggak sengaja menemukan saya di antara semak-semak, kemudian kami saling tatap mata. Bayangkan, kecanggungan luar biasa pasti terjadi di momen mengerikan ini.
Makanya untuk meminimalisir hal serupa terjadi, saya selalu mengajak seorang teman untuk berjaga. Mengingatkan jika ada pendaki lain yang mengarah ke tempat saya sedang menjalani ritual. Yah, walaupun ketakutan ini nggak hilang, tapi bisa lebih tenang dikit, Gaes.
Meskipun beberapa hal tadi terkesan merepotkan, justru saya merasa di sini letak serunya. Sebab, dari awal mendaki gunung memang kegiatan untuk merepotkan diri sendiri. Tapi, kalau kamu tetap ingin merasakan indahnya naik gunung lengkap dengan pengalaman berak yang nyaman, kamu bisa membeli tenda toilet portable, kok. Minusnya barang bawaanmu jadi lebih berat aja.
Penulis: Dito Yudhistira Iksandy
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 5 Rekomendasi Gunung di Jawa Barat untuk Pendaki Pemula