Melihat kinerja BEM Unesa saat ini mengingatkan saya pada tulisan Mas Adhitiya awal tahun kemarin. Pada tulisannya, Mas Adhitiya mengatakan bahwa BEM Unesa 2023 adalah gambaran nyata pengurus BEM setahun nggak ngapa-ngapain. Nah, saya rasa setahun nggak ngapa-ngapain ini akan terulang kembali di kepengurusan BEM Unesa 2024.
Saya tak asal bicara, gejala ini sudah dirasakan sendiri oleh mahasiswa Unesa. Sejak terbentuknya pengurus baru pada Februari lalu, tak ada gebrakan yang waw dari mereka. Padahal, ini sudah berjalan 6 bulan. Entah apa yang mereka lakukan selama 6 bulan.
MU saja juara satu trofi lho dalam 6 bulan terakhir, masak ini 6 bulan nggak ngapa-ngapain. Kalah sama MU, bah.
Dengan total pengurus yang sampai ratusan, masa nggak ada satu saja yang mau bikin perubahan lebih baik untuk BEM Unesa?
BEM Unesa, BEM kelas bawah yang nggak ada sangar-sangarnya
Ini salah satu yang saya sayangkan kuliah di kampus ini. BEM-nya dipenuhi manusia-manusia ayem melempem. Coba kalian bandingkan saja dengan BEM universitas lain, pastilah saya iri sebagai mahasiswa Unesa. BEM di universitas lain sangar-sangar. Dalam artian, sangar untuk kebaikan ya gaes. Mereka tak pandang bulu untuk menjadi oposisi. Semua yang tak becus mereka pasti kritisi.
Lah, BEM Unesa? Nggak ada sangar-sangarnya. Misalnya, aksi demo yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia sekarang, mereka hanya bengong. Mereka hanya posting “Peringatan Darurat” di instagram sebagai formalitas. Hadeh! Sedangkan di universitas lain, BEM nya malah yang mengkoordinasi mahasiswa untuk melakukan aksi.
Tapi jangan jauh-jauh jadi oposisi pemerintah, jadi oposisi kebijakan kampus saja BEM Unesa penakut. Maka dari itu, jangan salahkan kalau saya sebut BEM kelas bawah yang nggak ada sangar-sangarnya.
Kalian itu badan eksekutif, bukan brand ambassador
Ini yang lucu dari BEM Unesa. Apa mereka nggak paham posisi mereka sebagai BEM. Jelas-jelas kepanjangan BEM adalah Badan Eksekutif Mahasiswa, badan yang seharusnya menciptakan kesejahteraan bagi mahasiswa Unesa. Tapi, mereka malah hanya berperan semacam brand ambassador Unesa. Kenapa saya bilang seperti itu? Sebab program kerjanya biasa-biasa saja, tak ada yang benar-benar untuk mensejahterakan mahasiswa. Ya, tidak jauh dengan apa yang dijelaskan oleh Mas Adhitiya.
Kalian tidak percaya? Coba cek sendiri akun instagram @bem_unesa. Jika diperhatikan, program kerjanya semacam hanya menjadi brand ambassador kampus. Ya, cuma bentuk formalitas kalau kampus ini punya BEM. Sedangkan untuk isu-isu yang tidak menyejahterakan mahasiswa, mereka diam. Misalnya, masalah ketidakseimbangan jumlah mahasiswa dan sarana pembelajaran di kampus. Lalu ditambah lagi, masalah pembukaan prodi baru tanpa ada penambahan gedung baru. Ke mana mereka? Makan siang di rektorat?
Saya nggak habis pikir, masa sekian ratus pengurus BEM tidak ada satupun yang punya pikiran terkait fenomena ini. Mending mundur saja deh kalian.
Baca halaman selanjutnya