Saya rasa tidak ada kepengurusan BEM paling problematik daripada BEM Unesa. Sebab, BEM ini dipenuhi mahasiswa-mahasiswa yang susah sekali untuk peka. Selama ini, mereka hanya mengurus hal-hal yang tidak penting. Sedangkan masalah yang penting, jangankan diurus, mereka peka saja saya tidak yakin.
Nah maka dari itu, banyak sekali mahasiswa yang merasa greget dengan BEM Unesa ini. Salah satunya saya sendiri. Sudah tahu kepengurusan sebelumnya disindir oleh Mas Adhitiya karena satu periode nggak ngapa-ngapain, eh kini mereka malah mengikuti jejak seniornya. Mau wujudkan BEM Unesa nggak ngapa-ngapain part 2?
Tapi, terlepas dari alasan di atas. Ada alasan lain yang semakin membuat saya eneg dengan BEM di kampus saya ini, yakni kebungkaman mereka di tengah hiruk-pikuk bangsa kita.
Daftar Isi
Kawal putusan MK hanya formalitas saja
Saya bersyukur ada istilah FOMO di kamus anak muda, sehingga saya tidak susah-susah mendeskripsikan sikap BEM Unesa pada permasalahan RUU Pilkada. FYI, FOMO artinya perasaan takut tertinggal dengan fenomena tertentu, artinya takut nggak seperti yang lain. Nah, itulah karakter BEM Unesa.
Saya ceritakan. Awal BEM Unesa menyikapi RUU Pilkada dimulai pada postingan Peringatan Darurat di laman instagram pada 21 Agustus. Ya, tak berbeda dengan BEM lainnya. Sikap mereka baru muncul kembali pada 25 Agustus dengan sok-sok share hasil kajian putusan MK. Padahal, pada tanggal 23 dan 24 sudah banyak aksi demonstrasi mahasiswa di seluruh Indonesia.
Sikap FOMO ini semakin terlihat pada postingan mereka pada 26 Januari dini hari. BEM Unesa mengajak aksi demonstrasi ke DPRD Jawa Timur untuk menolak RUU Pilkada. Jelas kelihatan FOMO lah, sebab di tanggal tersebut RUU Pilkada wes fix ditolak. Harusnya aksi yang benar “Kawal Putusan MK”. Haduh, piye toh?
Okelah, penting ada niat. Tapi, waktu isu hangat-hangatnya, mereka pada ke mana?
Rakyat sibuk bersuara, BEM Unesa sibuk bikin acara
Ini yang semakin bikin saya sakit hati pada BEM Unesa. Di tengah-tengah bangsa kita yang lagi darurat, mereka malah bodo amat. The real kumpulan mahasiswa apatis!
Kalian tidak percaya dengan argumen saya ini? Coba ikuti kesibukan BEM Unesa di akun Instagramnya. Saat demokrasi bangsa kita hampir rusak, mereka malah sibuk ikut/bikin program nggak jelas. Buktinya, ketika hari di mana mereka mengajak aksi demonstrasi, story instagramnya malah hanya dipenuhi dokumentasi agenda Career Fair Unesa. Agak sulit ini bolo, sulit.
Lalu hari berikutnya, mereka malah sibuk mempromosikan agenda sholawat yang dilaksanakan di Unesa. Nah sekarang, saya yakin mereka sedang sibuk menyiapkan konser. Sebab, konser ini satu acara dengan Career Fair Unesa dan agenda sholawat kemarin malam. Saya heran, lupakah kalian pada Kawal Putusan MK?
Kalian itu dipilih mahasiswa atau bukan sih?
Ini bukan spekulasi dari saya ya, melainkan memang sudah banyak beredar di lingkungan mahasiswa Unesa. Beberapa mahasiswa meragukan bahwa kepengurusan BEM Unesa benar-benar dipilih oleh mahasiswa.
Asal kalian tahu, pemilu mahasiswa di Unesa dilaksanakan secara online. Sehingga, kita tak bisa menjamin keamanan data kita saat pemilu. Saya sudah mengalami sendiri. Empat tahun kuliah di kampus ini, saya baru 2 kali berhasil ikut mencoblos pemilihan mahasiswa. Sebab dua yang lainnya secara tiba-tiba saja sudah dicoblos.
Pertanyaannya, siapa yang mencoblos dengan akun saya, mahasiswa lain atau websitenya mencoblos sendiri? Entahlah. Makanya, sistem pemilu ini banyak dikritik oleh mahasiswa Unesa, sebab sulit sekali menjamin transparansinya.
Kecurigaan ini semakin menjadi ketika melihat kinerja BEM Unesa. Apa iya mereka sebenarnya dipilih birokrasi kampus? Sebab, aksi mereka tak ada yang mensejahterakan mahasiswa. Sebaliknya, cuma jadi EO kampus saja.
Ya ini hanya kritikan saja untuk BEM Unesa yang menurut saya amburadul. Misal kurang berkenan, ya anggap saja ini hanya sebuah usaha untuk meluruskan apa-apa yang tidak pada koridornya.
Penulis: Abdur Rohman
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA 4 Hal Jadi Mahasiswa Unesa Itu Nggak Enak