Sebagai umat muslim yang selalu diperintahkan berbuat baik serta menjadikan Islam sebagai rahmat di sekeliling kita, amal baik menjadi salah satu media dan penyalur kebaikan yang paling baik untuk lingkungan sekeliling kita. Islam mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang baik karena pada hakikatnya Islam adalah keselamatan.
Secara etimologis, saleh bermakna terhindar dari kerusakan atau keburukan yang asal katanya dari bahasa Arab shāliḥ. Jika ditarik secara general, artinya adalah perbuatan atau amal yang tidak buruk dan menimbulkan kerusakan. Perbuatan yang tidak merusak dan selalu berbuat baik di sini jika diartikan adalah berbuat baik kepada orang-orang di sekitar kita, dan tidak berbuat keji dan merugikan.
Selain hubungan kepada Allah (hablum minallah), hubungan kepada manusia (hablum minannas) juga menjadi faktor penting dalam sifat kesalehan manusia.
Mengapa demikian? Karena tanpa adanya hubungan yang baik serta pengertian kepada manusia sebagai makhluk Tuhan, bagaimana kita bisa mengenal Tuhan yang di sini adalah Gusti Allah dengan baik? Kesalehan sosial adalah keutamaan yang penting karena dia mencakup hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat, dan inilah nilai-nilai Islam yang sebenarnya.
Belajar menjadi lebih baik memang bisa di mana saja, termasuk belajar menjadi insan yang lebih saleh. Bagi saya, belajar tentang kesalehan juga bisa dari anime Naruto. Hah, kok bisa dari Naruto? Iya, bukankah kita sama-sama tahu kalau mengambil hikmah itu bisa dari manapun termasuk dari anime.
Jangan salah kawan-kawan, anime yang satu ini selain sudah legenda (motor kalee) dalam dunia anime, apalagi sekarang sudah lanjut punya anak, juga dikenal banyak sebagai inspirasi kebaikan. Tidak percaya? Coba tanya teman-teman wibu anda sekalian yang nolep itu, wqwqwq. Sebagai penikmat anime Naruto sejak lama, banyak sifat-sifat kebaikan yang bisa kita (((teladani))) dari pribadi Naruto sendiri.
Sejak kecil Naruto yang dikenal sebagai seorang jinchuriki dari makhluk bernama Kyubi selalu mendapat perlakuan diskriminatif dari warga Desa Konoha. Kyubi yang bersemayam di tubuh Naruto adalah makhluk yang membuat Konoha porak-poranda, imbasnya Naruto selalu dihina dan dihindari sebagai ‘anak iblis’.
Tapi apakah Naruto menjadi benci kepada penduduk desa? Apakah Naruto dendam kepada mereka? Tidak, Naruto yang jelas-jelas bisa saja memilih menjadi pendendam justru malah bercinta-cita menjadi hokage. Jabatan tertinggi di struktur desa Konohagakure. Naruto tetap mau menjadi ninja, mengabdi kepada masyarakat umum meski dia sering dicerca.
Naruto juga memiliki seorang teman yang dia anggap saudaranya sendiri, namanya Sasuke Uchiha. Seorang ninja yang tersisa sendirian di klannya. Betapa Sasuke yang penuh dendam, kabur dari desa untuk belajar kepada seorang dukun sesat bernama Orochimaru tetap saja Naruto mengejarnya dan ingin mengembalikannya ke jalan yang benar.
Dalam masalah asmara demikian, Naruto yang terus menerus ditolak Sakura seorang ninja nggak berguna satu grup dengannya yang tetap kukuh mencintai Sasuke, padahal Sasuke jelas-jelas tidak peduli dan ingin membunuh sakura. Naruto sabar sekali, siapa sih di dunia ini yang masih mau menuruti permintaan orang yang sudah menolak cintanya eh minta tolong supaya si doi ketemu sama orang yang dia cintai. Naruto ambyar.
Rintangan demi rintangan, Naruto tetap sabar dan ikhlas menerima dan menghadapi berbagai cobaan. Namun apa yang dituai pasti akan ditanam juga, setelah menyelamatkan Konoha dari gempuran Pain dan dunia ninja menghadapi Kaguya akhirnya ia dikenal sebagai pahlawan dan menjadi hokage yang ketujuh setelah Hatake Kakashi.
Tak hanya Naruto saja, kesalehan sosial juga dapat kita temui dalam tokoh-tokoh lainnya. Seperti hokage pertama yang bernama Hashirama Senju, ia mau menginisiasi perdamaian lalu mengumpulkan beberapa klan untuk bersatu membangun desa sebagai tempat berteduh dan sebagai rumah untuk kembali. Contoh luar biasa dari kesalehan sosial.
Pertanyaannya adalah kepada diri kita masing-masing. Apakah kita sudah mampu berbuat banyak seperti demikian? Apakah kita bisa, setidaknya untuk diri sendiri menjadi rahmat dan pemimpin bagi diri sendiri dan khususnya kepada hawa nafsu. Naruto yang kita ketahui bersama, betapa mental seorang yatim-piatu yang selalu dicemooh dan mendapat perlakuan diskriminatif bisa tetap bangun dan berbuat baik. Apakah kita mampu menjadi orang di tahap kesalehan seperti demikian?
Mungkin kita mesti tetap banyak berdoa, dan banyak sabar serta memohon ampun karena merasa diri selalu baik padahal masih ada kekurangannya.
BACA JUGA Kesamaan Monkey D. Luffy dan Ali Shari’ati atau tulisan Nasrulloh Alif Suherman lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.