Pernah naik kereta ekonomi yang kursinya ndegeg itu? Gimana rasanya? Pegel? Nah, coba pakai bantal leher di kereta ekonomi. Gimana rasanya?
Saya nggak mengerti kenapa kursi kereta kelas ekonomi didesain ndegeg alias tegak banget dan dibuat berhadap-hadapan. Yang saya tahu, kursi itu cukup menyiksa punggung dan batin penumpang, apalagi kalau durasi perjalanannya lama sampai belasan jam.
Lantaran bujet yang pas-pasan, mau nggak mau saya harus bepergian naik kereta kelas ekonomi yang kursinya cukup menyiksa itu. Selama beberapa kali menggunakan kereta ekonomi, saya mendapat banyak pengalaman berharga, utamanya soal bantal leher yang biasa dipakai orang untuk menemani perjalanan jauh naik transportasi publik.
Perdana saya naik kereta Kahuripan dari Bandung menuju Lempuyangan pada tahun 2018. Itu pertama kalinya saya naik kereta kelas ekonomi, sendirian pula. Karena masih newbie, saya masih nggak mengerti kalau bakal duduk di kursi “penyiksaan” selama kurang lebih 8 jam.
Jujur saja waktu itu saya agak syok ketika tahu kursi di kereta tegak banget. Kalau tegak saja sih mungkin masih oke. Lha ini sudah tegak, berhadapan pula dengan penumpang lainnya. Selama 8 jam di kereta saya harus memandangi wajah penumpang di depan saya.
Saking lamanya kami duduk tegak dan berhadap-hadapan, saya sampai kayak merasa I see the pain in their eyes, Bro, the pain in their eyes… Beban hidup dan wajah banyak pikiran penumpang di depan saya terasa mengena di hati. Saya turut prihatin sebenarnya, tapi dengkul saya nyeri banget nggak bisa gerak sama sekali. Hih.
Sejak saat itulah saya kapok. Bukan berarti saya kapok naik kereta ekonomi, Gaes, melainkan saya kapok karena nggak bawa bantal leher waktu itu. Kalau saya dapat kursi di dekat jendela sih masih mending bisa sandaran ke jendela. Tapi kalau dapat kursi di pinggir lorong, mau bersandar ke siapa coba? Raqib-Atid sibuk catetin amal, mana sempat~
Singkat cerita akhirnya di perjalanan naik kereta selanjutnya saya membawa bantal leher. Tentu saja dengan harapan saya bisa menikmati perjalanan, meski saya yakin nggak bakal nikmat-nikmat amat. Saya membawa bantal leher berwarna cokelat yang saya beli di Shopee dengan harga terjangkau. Untungnya bantal itu berisi dakron, bukan kain perca.
Saya pun memakai bantal di leher dengan posisi ujung kanan dan kiri bantal di bawah dagu. Waktu saya mundurin badan dengan tujuan mau mengistirahatkan punggung ke belakang, kok ada yang aneh. Aneh dirasa, aneh juga dilihat.
Jadi gini, Gaes, kursi kereta ekonomi itu kan tegaknya nauzubillah, ya. Nah, posisi bagian belakang leher saya ada bantalan itu tadi. Lalu, waktu saya menyandarkan punggung ke kursi, karena di leher ada bantal leher tadi, kepala saya jadi agak maju ke depan.
Coba bayangin. Kamu duduk bersandar di kursi, tapi kepalamu posisinya condong ke depan. Selain punggung dan utamanya leher jadi pegel nggak karuan, kamu juga bakal terlihat kayak Gru di Despicable Me nggak, sih? Nyaman nggak, tambah pegel iya.
Awalnya saya kira bantal leher ini bakal meringankan penderitaan, tapi ternyata memakai bantal leher di kereta ekonomi cukup challenging juga, ygy. Kayaknya bantal leher memang nggak diciptakan untuk bisa dipakai di kereta ekonomi. Bingung, bingung kumemikirkan~
Meski agak gedeg setelah tahu bantal leher yang saya bawa ternyata nggak berguna, akhirnya saya mencoba cari posisi lain. Gimana caranya supaya bantal yang bentuknya kayak donat kegigit ini bisa bermanfaat.
Saya putar balik ujung kanan dan kiri bantal jadi ke belakang leher, ternyata sama, rasanya tetap nggak nyaman. Saya coba taruh di bahu kanan, agak mending sih, tapi tetap nggak enak karena bagian bantal yang di posisi nempel kursi berasa jadi ganjalan dan bikin kepala masih condong ke depan. Kan nggak lucu kalau nyusruk ke paha penumpang depan. Nanti kalau falling in love di kereta ekonomi gimana? Bahagia dong saya. Sungguh menyalahi kodrat kereta ekonomi…
Seolah dapat wangsit mbuh dari mana, saya tiba-tiba kepikiran menaruh bantal leher di belakang pinggang saya. Posisinya seluruh bagian bantal ditaruh di belakang, bukan dipakai melingkar di pinggang. Dan jujur saja posisi seperti itu jauh lebih nyaman ketimbang memfungsikan bantal leher jadi sandaran kepala. Ternyata saya lebih membutuhkan kenyamanan punggung di kursi ekonomi yang tegaknya nggak manusiawi itu.
Dengan menaruh bantal di belakang pinggang, otomatis saya jadi punya ruang baru, mulai dari pinggang ke atas sampai kepala. Ruang ini jadi bikin saya bisa bersandar di kursi yang tegak itu dan ini cukup mengurangi ketegangan otot punggung dan otot-otot lainnya akibat duduk tegak melulu. Eh, tapi namanya harusnya bukan bantal leher lagi ya, melainkan bantal pinggang.
Coba deh kalau pas kebetulan kamu naik kereta ekonomi dan bawa bantal leher, cobain posisi yang saya kasih tahu di atas. Lebih nyaman daripada menaruh bantal donat separuh itu di leher, Gaes. Thank me later…
Penulis: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Percayalah, Kereta Api Ekonomi Itu Pantas Difavoritkan!