Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Banjir di Semarang: Begitu Sendu, Begitu Pilu

Anisa Cahyani oleh Anisa Cahyani
8 Januari 2023
A A
Banjir di Semarang: Begitu Sendu, Begitu Pilu

Banjir di Semarang: Begitu Sendu, Begitu Pilu (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Banjir yang melanda Semarang beberapa waktu ini tak pelak menyita perhatian yang lumayan besar. Pun bisa dibilang, banjir kali ini lebih “ganas” dari yang sebelum-sebelumnya. Lirik “Semarang kaline banjir…” tak bisa lagi didendangkan dengan nada yang datar. Sebab, banjir di Semarang begitu sendu.

Kalau Bandung dikenal sebagai Paris van Java, Semarang dijuluki dengan Venetie van Java alias Venesia-nya Jawa. Kedua sebutan ini meski jelas tak mirip, tapi berasal dari satu pihak yang sama: Belanda. Ketika mereka masih menjajah Indonesia, selain menguras sumber daya, mereka hobi betul menamai daerah yang mereka pikir mirip dengan daerah di Eropa.

Nah, nama Venetie van Java tercetus saat orang-orang londo berpikir bahwa Semarang, yang dilewati oleh banyak aliran sungai, mengingatkan mereka dengan Kota Venesia yang berjarak sekitar 11 ribu kilometer. Dan benar memang, Semarang dan Venesia itu mirip, sebab punya masalah yang sama: banjir.

Menengok proyek rekayasa pengendali banjir ala Belanda

Pada saat masa kolonialisme, di Semarang khususnya, pemerintah pada saat itu membangun infrastruktur pengendali banjir paling maju di zamannya. Teknologi ini dapat kita temui sampai sekarang, yaitu kanal banjir di sebelah timur dan barat kota Semarang. Asal-muasal penyebutan Venesia dari timur pun tercetus saat sistem pembangunan kanal dibentuk. Sistem ini memang dibutuhkan sebab daerah Semarang merupakan muara dari berbagai aliran sungai, contohnya Kali Kreo, Kali Gribik, dan Kali Garang. Masih ingat? Daerah kota lama merupakan tempat yang dijuluki sebagai Little Netherland. Hal ini bukan tanpa alasan sebab kapal-kapal dapat memasuki daerah ini dengan leluasa karena pembangunan kanal-kanal tersebut.

Pemerintah Belanda memperhitungkan kerugian yang akan mereka terima jika kawasan potensial seperti Semarang terus-menerus diterpa banjir. Bahkan setelah banjir surut pun masih ada bayang-bayang penyakit menular yang dapat menjangkit. Pada masa tersebut sistem pelayanan kesehatan masih minim dan sulit dijangkau semua kalangan.

Banjir kanal barat pertama kali dibangun untuk menahan sehingga debit air yang datang dapat dikendalikan dan diatur dengan baik oleh Bendungan Simongan (1875-1879). Akan tetapi, seiring dengan semakin besarnya proses sedimentasi yang berujung pada pendangkalan maka kegunaan dari Banjir kanal timur tidak lagi efektif. Atas dasar permasalahan tersebut, pemerintah membangun Banjir kanal timur yang membentang dari daerah Gergaji sampai dengan daerah Sompok agar air yang dikirim dari gunung api Ungaran tidak menggenangi pusat kota.

Sangat disayangkan, kedua kanal tersebut tidak lagi efektif menahan debit air terutama saat musim hujan datang. Selain banjir karena faktor aliran sungai, Semarang juga harus menahan pedihnya banjir rob karena letaknya yang berada di pesisir utara Pulau Jawa. Sudah jatuh, tertimpa air pula.

Kesenduan yang datang

Entah kenapa, masa liburan hampir selalu bertepatan dengan musim hujan. Dan itu jadi masalah yang nggak sepele untuk Semarang. Sebab, seperti yang saya ceritakan tadi, Semarang begitu mudah untuk kena banjir. Selain itu, Semarang adalah salah satu destinasi wisata favorit di Jateng.

Baca Juga:

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

Harusnya, Semarang menuai panen di masa liburan. Tapi yang terjadi adalah justru mereka kebanjiran. Orang-orang yang ingin berlibur ke Semarang terpaksa putar balik. Yang menderita tak hanya wisatawan, perantau yang mendiami kota ini pun kena imbasnya. Para perantau yang ingin berlibur di kampung halaman pun tak bisa berbuat banyak. Tiket hangus, dan mereka terpaksa terjebak banjir.

“Wah, Semarang Ghibli banget.” Ucap Saya ketika melintasi jalur rel kereta api yang terendam banjir saat menuju Surabaya. Bukannya apa, saat melewati rute Tawang-Alastua yang terlihat hanya air dan air saja, di mana kah relnya?

Selain itu, ketika perayaan tahun baru yang lalu pun hujan tidak mereda. Kawasan-kawasan sentral seperti Simpang Lima, Kota Lama, Jalan Ahmad Yani, dan beberapa tempat lain tergenang banjir yang cukup parah. Memang isu mengenai banjir sudah menjadi makanan akhir tahun. Akan tetapi, bukankah lebih baik kejadian ini bisa dicegah?

Semarang kaline banjir, adalah salah satu frasa yang terdapat dalam lagu Jangkrik Genggong yang dipopulerkan oleh Waljinah. Bisa jadi itu satir, tetapi yang jelas, itu fakta.

Kota Semarang mengalami penurunan permukaan tanah sebesar 10 cm per tahun, mirip dengan Jakarta. Pengambilan air tanah yang serampangan jadi penyebab. Hal ini diperparah pula dengan letaknya di pesisir sehingga rentan terdampak pasang surut air laut.

Pembahasan sepanjang ini akan bermuara pada satu pertanyaan: apa solusinya? Kalau mau bicara yang agak ndakik, solusinya adalah bikin perencanaan yang begitu matang, tersinergi, dan benar-benar dijalankan sebagaimana mestinya.

Tapi itu pun tak menjamin Semarang terbebas dari banjir, selama manusianya masih dengan enteng menumpuk sampah di sungai. Jika banjir yang datang rutin tak bisa menyadarkan mereka, saya tak tahu lagi apa yang bisa.

Banjir di Semarang begitu sendu. Ia digambarkan seindah Venesia. Menyusuri sungainya, sama saja menuliskan kisah cinta. Tapi ketika sungai-sungainya meluap, keindahan tersebut berubah menjadi tangisan pilu. Adakah yang lebih ironis ketimbang dilukai oleh keindahan itu sendiri?

Penulis: Anisa Cahyani
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Jangkrik Genggong dan Betapa Lekatnya Semarang dengan Banjir

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 Januari 2023 oleh

Tags: banjirbelandarobSemarangvenesia
Anisa Cahyani

Anisa Cahyani

Mahasiswi ilmu hukum Universitas Negeri Semarang.

ArtikelTerkait

7 Kecamatan yang Lebih Populer Ketimbang Kabupatennya di Karesidenan Semarang (Unsplash.com)

7 Kecamatan yang Lebih Populer Ketimbang Kabupatennya di Karesidenan Semarang

7 Oktober 2022
Kuliner Semarang Timur yang Wajib Dikunjungi agar Makin Mengenal Semarang secara Lengkap|

Kuliner Semarang Timur yang Wajib Dikunjungi agar Makin Mengenal Semarang secara Lengkap

29 September 2025
jogja pabrik gula belanda mojok

Manisnya Jogja sebagai Kota Gula di Awal Abad ke-20

10 Oktober 2020
Ilustrasi Semarang Banjir Besar (Unsplash)

Semarang Banjir Besar, Mematahkan Konsep Lagu “Semarang Kaline Banjir” karena Sekarang Semua Daerah Banjir!

14 Maret 2024
Menghitung Lampu Merah Semarang-Solo: Sebuah Penelitian Abal-abal yang Muncul dari Pikiran Super Random

Menghitung Lampu Merah Semarang-Solo: Sebuah Penelitian Abal-abal yang Muncul dari Pikiran Super Random

7 Agustus 2023
Semarang Mungkin Kota yang Menyebalkan, tapi Meninggalkannya Tidak Pernah Mudah Mojok.co sambiroto

Semarang Mungkin Kota yang Menyebalkan, tapi Meninggalkannya Tidak Pernah Mudah 

24 November 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Madiun, Kota Kecil yang Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya Mojok.co

Madiun, Kota Kecil yang Sudah Banyak Berbenah kecuali Transportasi Publiknya

2 Desember 2025
Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi Mojok.co

Saya Pengguna Setia Transjakarta dan Setuju kalau Tarifnya Naik asal 4 Hal Ini Terpenuhi

29 November 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.