Pekan lalu pemerintah Indonesia mengampanyekan sebuah gerakan nasional dengan tagar #BanggaBuatanIndonesia. Tagar #BanggaBuatanIndonesia berhasil memancing respons positif dari banyak kalangan hingga menjadikannya masuk trending topic di Twitter selama beberapa jam. Inti dari kampanye pemerintah melalui tagar tersebut ditunjukkan agar masyarakat mencintai produk-produk lokal dibanding produk impor karena kualitas produk lokal tidak kalah dengan produk impor. Mau nggak mau saya jadi ingat brand sepatu lokal.
Salah satu produk lokal yang menggeliat akhir-akhir ini adalah produk sepatu dalam negeri. Geliat industri sepatu lokal terlihat dari data bahwa industri sepatu Indonesia menjadi industri sepatu terbesar ke-4 di dunia yang memiliki nilai pasar hingga 37 triliun rupiah. Bahkan saat pandemi Covid-19, beberapa sepatu brand lokal merilis beberapa sepatu kolaborasi dan berhasil mencapai penjualan yang fantastis seperti Nah Project x Kevinswork ludes terjual dalam waktu 7 menit serta FYC x Wormholestore juga ludes dalam hitungan menit.
Ada satu brand sepatu lokal yang menarik perhatian banyak orang hingga saat ini bernama Compass. Brand sepatu Compass yang harga resell-nya mencapai dua kali lipat bahkan lebih (599-899 ribu untuk sepatu biasa dan jutaan rupiah untuk sepatu kolaborasi) dibanding harga retail (280-330 ribu untuk sepatu biasa dan 500-600 ribu untuk kolaborasi).
Hingga saat pandemi Covid-19 harga resell Compass relatif stabil dan penjualan hanya sedikit mengalami penurunan. Artinya, ada yang salah dengan logika para pembeli Compass di pasar resell. Alasannya karena banyak review dari para pencinta sepatu atau sneakerhead mengatakan bahwa kualitas produk Compass belum layak untuk dijual segitu.
Memang kualitas produk Compass tergolong baik, namun belum mencapai tahap istimewa. Kualitas produk sepatu Compass bagi beberapa sneakerhead bahkan dibilang setara dengan Ventela yang beberapa hari lalu mengalami drop harga karena dianggap meniru Vans sehingga Vans membanned banyak akun resell Ventela.
Momen kampanye #BanggaBuatanIndonesia seharusnya disadari oleh para pecinta sneaker untuk tidak tergila-gila pada satu produk hanya karena sedang hype, namun harus memperhatikan kualitas sebuah produk. Inovasi dari sepatu Compass sendiri tidak terlalu istimewa karena sketsa mereka sepintas masih sama dengan Vans dan Converse, hanya berbeda di logo saja.
Jika pembeli tidak kritis terhadap kualitas serta inovasi produk maka yang terjadi brand lokal hanya akan meniru bentuk dari brand luar dan dijual dengan harga miring. Kompetisi pasar tanpa peningkatan kualitas dan inovasi pun menjadi tidak sehat karena hanya akan menjadikan brand sepatu lokal menjadi raja di rumah sendiri, tanpa pernah mau melakukan ekspansi secara global.
Berikut ada 3 rekomendasi sepatu lokal yang saya sarankan dibanding membeli Compass di pasar resell.
Rekomendasi brand sepatu lokal #1 Nah Project
Brand sepatu lokal Nah Project tergolong baru karena baru dirintis sejak tahun 2017. Nah Project berhasil naik daun setelah produknya dipakai oleh Presiden RI Jokowi sekitar dua tahun silam. Nah Project bisa dibilang memiliki kualitas produk dan inovasi yang tergolong istimewa bagi sebuah brand sepatu lokal. Keberanian inovasi Nah Project terlihat dari bahan upper sepatu mereka yang dinamai teknologi “monotranscluent” atau transparan dan logo mereka menggunakan teknologi laser. Sebuah hal baru untuk sebuah brand lokal dan mungkin menjadi satu-satunya sneaker yang uppernya transparan. Hal ini menampar kebanyakan brand sepatu lokal yang masih berpaku dengan bahan canvass dengan Vans dan Converse sebagai kiblat sketsa. Dibanding memiliki resell Compass lebih baik membeli Nah Project dengan banderol 400-500 ribu sudah mendapat kualitas produk istimewa.
Rekomendasi brand sepatu lokal #2 Brodo
Brodo adalah brand sepatu lokal yang sudah berdiri sejak 2010 dengan kisah unik di belakangnya. Kesulitan owner memperoleh sepatu ukuran 46 menjadi latar belakang utama berdirinya brand asal Bandung ini. Brodo sendiri mulanya fokus pada sepatu kulit hingga karena tuntutan pasar membuatnya ikut produksi sneaker. Naik daun brand ini dimulai sejak tahun 2018 ketika pemerintah Indonesia menjadikannya official merchandise Asian Games 2018.
Brand ini memiliki kualitas istimewa untuk produk sepatu kulitnya, namun cukup baik di sneakersnya. Istimewanya brand adalah lebih ke cara pemasaran dan keberanian produksi. Pemasaran brand Brodo menggunakan cerita di balik setiap produk mereka yang diwadahi melalui jurnal Brodo. Produksi dalam skala besar juga menjadikan Brodo relatif tidak susah dicari dan harganya tetap stabil. Dibanding Compass kelebihan Brodo adalah kemampuan mereka untuk tidak membuka ruang bagi pasar resell untuk menjual produk mereka dengan keuntungan yang hingga berkali-kali lipat. Harga produk Brodo pun masih relatif terjangkau sekitar 300-500 ribu.
Rekomendasi brand sepatu lokal #3 1-999 (One Triple Nine)
Brand 1-999 mungkin belum banyak didengar oleh para pencinta sneaker lokal karena memang baru muncul tahun 2020 ini. Brand 1-999 dimiliki Dochi Sadega yang namanya sudah cukup akrab di kalangan para pencinta sneaker. Meskipun brand baru, inovasi dan kualitas produk ini tidak perlu diragukan lagi. Alih-alih menggunakan sketsa Vans dan Converse dengan bahan canvas seperti kebanyakan sneaker lokal Indonesia, Dochi lebih memilih menggunakan bahan korduroi di upper sepatu.
Bahan korduroi sengaja dipilih karena bahan ini memiliki keunikan makin belel atau lama dipakai malah makin keren. Sketsa sepatu ini pun tergolong unik karena tidak meniru produk brand global sama sekali dan bisa dikatakan original. Dibanding memiliki resell Compass sepatu 1-999 lebih baik karena inovasi dan kualitas produk yang di atas sepatu brand lokal lain. Kualitas dan inovasi produk membuat harga 495 rivu untuk 1-999 tergolong layak.
Tiga brand di atas mencerminkan bahwa banyak brand sepatu lokal yang memiliki kualitas lebih baik dari Compass sehingga tidak perlu memaksa membeli Compass dengan harga resell di luar logika. Memang pemasaran Compass dengan menggandeng banyak influencer membuat brand ini bisa menjadi hype di kalangan anak muda, namun perlu diingat bahwa influencer hanyalah memengaruhi nama sebuah brand, bukan kualitas sebuah brand.
Sumber gambar: Instagram Brodo
BACA JUGA Sepatu Campess Akhirnya Gaib dan Mencoreng Demokrasi Persepatuan dan tulisan Rofi’i Zuhdi Kurniawan lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.