Salah satu tulisan Terminal Mojok berjudul Jogja Memang Istimewa, tapi Mohon Maaf Bandung Lebih Nyaman untuk Ditinggali menggelitik saya untuk menulis artikel ini. Saya jadi penasaran, seberapa buruk kondisi Jogja saat ini hingga kalah dibandingkan dengan Bandung yang menurut saya biasa saja. Iya, kalian tidak salah dengar, Ibu Kota Jawa Barat ini yang kerap dipuja-puja itu nyatanya tidak seindah gambaran banyak orang.
Saya orang asli Depok Jawa Barat yang sudah beberapa waktu menetap di Bandung untuk menimba ilmu. Jujur saja, saya memilih Kota Kembang ini karena citra positif Bandung di mata banyak orang. Katanya, Bandung itu indah, bersih, dan nyaman. Ditambah lagi, orang-orang Bandung itu geulis dan kasep. Bonusnya, warga lokal (warlok) yang terdengar halus dan bernada ketika berbicara. Pikir saya, betapa menyenangkan bisa tinggal di daerah seperti itu.
Akan tetapi, kalau boleh menilai atau mengukur dengan angka, kesesuaian Bandung dengan citra yang selama ini beredar di masyarakat hanya 45 persen saja. Tidak setiap sudut Kota Kembang itu indah, bersih, dan nyaman. Tidak semua warganya geulis dan kasep, bukan hanya perkara wajah, tapi juga hati dan karakternya. Saya punya pengalaman buruk tentang itu.
Pertama kali tiba langsung kena tipu orang
Sejujurnya, pandangan negatif saya soal Bandung terbentuk karena pengalaman buruk yang ketika pertama kali sampai di Kota Kembang ini. Saya masih ingat betul, saat itu, saya bersama keluarga baru tiba di Bandung dari Depok Jawa Barat. Saat itu kami kena tipu seorang sopir angkot. Dia mengenakan tarif yang cukup mahal karena tahu kami dari luar kota. Perbedaan tarifnya begitu besar, beda dengan penumpang lain yang merupakan warga lokal.
Lebih menyakitkannya lagi, dia menipu kami dengan tersenyum simpul. Masih terekam jelas di ingatan saya, ekspresi itu seolah-olah mengatakan, “Rasakan!” Memang kata-kata itu tidak terucap secara langsung dan mungkin saja saya salah menafsirkan ekspresinya. Yang jelas, kami, saya khususnya, jengkel bukan main dengan perilaku diskriminatif semacam ini.
Bandung malam hari itu nggak romantis, tapi berbahaya
Mereka yang bilang Bandung Romantis mungkin terlalu banyak terpapar konten-konten Kota Kembang selepas hujan. Padahal, konten tersebut hanyalah secuil kawasan yang memang sudah tertata apik. Mereka mungkin belum pernah berkeliling Bandung di malam hari yang nggak ada sisi romantis sama sekali. Hanya ada dingin, potensi tindakan kecelakaan dan kriminal.
Hal-hal buruk sangat mungkin terjadi di malam hari di Bandung. Lampu penerangan di sana banyak yang tidak berfungsi dan tidak semua jalannya mulus. Itu mengapa, sebaiknya orang tidak berkendara atau keluar hingga larut malam supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah beberapa saat tinggal di Bandung, saya jadi merasa Kota Kembang ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan daerah asal saya Depok, Jawa Barat yang terkenal aneh itu. Apalagi dua daerah ini sama-sama punya tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Bandung dan Depok sama-sama ramai dan kadang ruwet. Potensi kejahatan di jalanan juga ada (dan terbuka lebar) baik di Bandung maupun Depok. Ada untungnya sih, saya jadi nggak perlu banyak penyesuaian ketika pindah dari Depok ke ibu kota Jawa Barat ini. Tapi, jadi kurang terasa suasana merantaunya.
Penulis: Nadila Fajar Oktaviani
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Event Lari di Bandung Sering Bikin Sewot Warga Setempat
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















