Band Era 2000an yang Katanya Kampungan tapi Diam-diam Dirindukan

band tahun 2000an

band tahun 2000an

Menengok kembali masa lalu seringkali menghasilkan dua hal, senang dan sedih. Senang bahwa ternyata masa lalu telah memberikan banyak pelajaran untuk membentuk diri kita seperti saat ini. Sedih ketika masa lalu telah memberikan banyak kenangan yang sulit untuk ditemui saat ini. Sensasi tersebut termasuk juga menyoal selera musik jadul yang seringkali dijadikan ajang nostalgia mengenang masa lalu.

Bagi mereka yang seringkali bernostalgia dengan lagu-lagu jadul era 90-an sampai 2000an, sudah barang tentu tercurah rasa kangen yang cukup menusuk-nusuk di hati. Apalagi ketika hari ini, saya melihat di YouTube bagaimana para band-band era 2000an yang dahulu menemani masa SD saya kembali hadir di acara musik Synchronize fest. Dua video yang saya tonton tersebut adalah video penampilan Radja dengan personil lengkap dan Andhika dan Dody, dua pentolan band Kangen Band. Dari video tersebut saya melihat bahwa millenial yang hidupnya selalu dicekoki dengan berbagai genre musik modern mulai dari hip-hop, electronic music hingga virus musik-musik indie yang menjamur ternyata tidak akan pernah bisa move on dari kenangan masa lalu mereka terkait musik era 2000an dan band-band yang menyertainya.

Bagaimana tidak, mereka yang berada di lokasi seolah sangat rindu lagu-lagu Jujur dan Cinderella dari Radja. Semua bernyanyi dan semua hapal di luar kepala liriknya. Ketika saya menyaksikan video yang lain, hal serupa saya temukan. Kangen band yang seringkali dianggap band norak, kampungan hingga alay, nyatanya lagu-lagu mereka tetap dikenal dan liriknya masih sangat melekat di otak para penonton Synchronize fest yang notabene adalah millenial yang sudah barang tentu selera musiknya lebih modern. Ketika melihat hal tersebut, saya menyimpulkan bahwa band-band seperti Radja, Kangen band, Peterpan, Wali, Ungu , ST12 hingga band-band lainnya di era 2000an adalah mereka yang sangat dirindukan kehadirannya saat ini.

Walau banyak yang menghardik bahwa band-band era 2000an itu tidak menjual dari segi tampang dan tampilan. Tapi faktanya band sekelas Peterpan, Radja, Wali, Kangen band, ST12 hingga Ungu adalah band yang akan kita berikan tempat di relung memori khusus. Bagaimana band-band tersebut sempat  menemani kita semua mulai dari bangun tidur hingga ingin tidur lagi.

Memang munafik jika kita merasa tidak tahu tentang bagaimana Ian kasela dengan kacamata hitamnya, Andhika dengan poninya, Charli dengan cengkok melayunya, Pasha Ungu dengan celana melorotnya hingga Ariel dengan kegantengannya. Berbagai variasi dan ciri khas masing-masing band yang tidak barpatokan pada ketampanan wajah saja, tentu menjadi kualitas yang akan selalu dikenang para anak-anak yang lahir tahun 96 ke atas.

Tidak menjual tampang tetapi menonjolkan kualitas nyatanya adalah pembeda era musik jadul Indonesia tahun 2000an dibanding dengan era musik Indonesia saat ini. Dari kolom komentar video yang saya saksikan, banyak orang yang merindukan band-band Indonesia era 2000an kembali tampil di panggung-panggung dan acara-acara musik. Banyak yang mengatakan bahwa mereka rindu musisi  dan band-band yang berorientasi pada musik dan kualitas lirik. Tidak dengan musisi dan band yang modal tampang cantik dan ganteng saja.

Bicara band-band era 2000an. Saya akan berbagi daftar band favorit saya dari dahulu hingga sekarang yang mungkin juga kalian sukai. Tidak hanya lagunya yang enak, lirik-liriknya pun juga punya kualitas yang mematikan bagi yang sedang patah hati atau yang sedang jatuh cinta.

1. Peterpan

Sudah barang tentu Ariel yang menjadi simbol dari band ini sangat dipuja hampir semua wanita di Indonesia. Puncak karier Peterpan hadir di tahun 2005. Hampir semua toko kaset bajakan mendendangkan lagu Bintang di Surga, Mungkin Bila Nanti, Mimpi yang Sempurna, Tak Bisakah hingga lagu yang paling bikin saya melt, Semua Tentang Kita.

2. Radja

Manusia Biasa, Jujur, Cinderella, Benci Bilang Cinta hingga Wahai Kau Cinta. Ayolah saya yakin kalian semua pasti hapal paling tidak lirik awalnya.

3. ST12

Formasi tiga personil ala Greenday yang dianut ST 12 nyatanya tidak mirip-mirip amat dengan Greenday. Rock melayu yang jadi format musik ST 12 membuat lagu-lagunya selalu menghipnotis saya di awal kemunculannya. Tentu kalian tahu lagu Saat Terakhir, Jangan Pernah Berubah hingga Rasa yang Tertinggal. Kalau lupa coba cek Youtube dan klik lagu-lagunya, Setidaknya memorimu akan terputar kembali untuk mengingat-ngingat liriknya.

4. Kangen Band

Norak, alay dan kampungan adalah hardikan yang sering dilontarkan banyak orang terhadap Kangen Band. Padahal lagu mereka sebenarnya enak. Banyak para munafik yang menutup mata soal Kangen Band hanya karena melihat tampang para personilnya. Mereka menutup mata tentang betapa sederhananya musik-musik Kangen Band tapi dibalut dengan lirik yang ngena dan easy listening. DOY, Tentang Aku Kau dan Dia, Pujaan Hati sampai Yolanda. Mana yang menemanimu waktu sedang main PS atau mau latihan band ketika SD dulu?

5. Ungu

Walaupun Pasha sudah menjadi politikus saat ini. Tentu masa lalunya sempat menghibur kita semua lewat tarikan suaranya di Band Ungu. Tercipta Untukku, Kekasih Gelapku dan Demi Waktu menjadi beberapa lagu yang sering hadir di daftar playlist acara musik TV swasta.

 6. Letto

Band asal Yogyakarta ini menjadi favorit saya sejak pertama kali mendengar lagu Ruang Rindu. Kalian bisa melihat betapa antusiasmenya para muda-mudi millennial menyanyikan lagu-lagu Letto saat mereka konser baru-baru ini. Bukti bahwa Letto memang dirindukan kehadirannya. Kalau gak percaya cek Youtube deh. Tulis aja Letto Live konser 2019.

7. Wali

Campuran dangdut dan rock. Eksperiman yang mantap dengan sentuhan ala dangdut pantura tapi dengan kemasan ala Wali. Kalian tahu band ini kan? Kalau belum tahu, tanya Parawali.

Seberapa pun kerasnya kita memodernisasi selera musik kita karena mengikuti zaman. Pada akhirnya musik-musik band di atas  dan band-band lainnya akan selalu terpatri di relung memori terdalam kita semua. Betapapun kita menganggap band tersebut adalah band kuno dan kampungan yang tampang personilnya gak menjual. Tetap saja ketika kita mendengar lagunya sontak kita bisa menyanyikannya dan hapal liriknya. Mungkin kita semua harus jujur bahwa saat ini kita sedang sangat merindukan band-band era 2000an hadir lagi. Jujur saja, jangan ditutup-tutupi.

BACA JUGA Menjadi Bucin dan Penikmat Lagu Galau adalah Passion Kita (Hah, Kita?) atau tulisan M. Farid Hermawan lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version