Baliho Caleg Sudah Bertebaran: Udah Nyolong Start, Isinya pun Nggak Kreatif

Baliho Caleg Sudah Bertebaran: Udah Nyolong Start, Isinya pun Nggak Kreatif bacaleg KKN

Baliho pokoknya, Bos (pixabay.com)

Sejak sebelum lebaran, sudah banyak baliho-baliho ucapan selamat Idulfitri bertebaran di persimpangan, pinggir jalan, atau bahkan reklame di sekitar ring road Jogja. Kadang, kita nggak terlalu kenal dengan siapa yang ada di baliho, tapi mereka tetap “memaksa” mengenalkan diri dengan ucapan dan foto dengan ukuran yang lumayan tidak proporsional dengan senyum khas tanda keramahan kepada rakyat. Tapi, masih efektifkah kampanye dengan baliho?

Selain merusak keindahan pandangan, kadang-kadang pemasangan baliho itu sembarangan. Tidak sesuai tempatnya. Bahkan kadang berjejer-jejer sehingga membuat kesan kumuh. Harusnya ada penertiban tentang hal spanduk, baliho, banner, yang merusak pemandangan.

Merujuk pada Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 yang dimaksud Kampanye Pemilu adalah kegiatan peserta pemilu atau pihak lain yang ditunjuk oleh peserta pemilu untuk meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi, misi, program, dan/atau citra diri peserta pemilu. Ya, rata-rata spanduk/baliho beliau-beliau ini memang bukan tentang visi misi mereka, paling ucapan “Selamat Idulfitri” diimbangi foto diri yang besar. Tapi, intinya kan mereka mengenalkan diri, dan terkadang ada yang jujur dengan memberi keterangan kecil di bawah nama mereka sebagai “bacaleg”. Beneran mereka cuman mengucapkan selamat tanpa ada tujuan lain?

Dilihat dari laman bawaslu.go.id, website resmi Bawaslu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan masa kampanye Pemilu pada 28 November 2023-10 Februari 2024. Artinya, kalau sekarang sudah ada yang curi-curi waktu untuk kampanye ya harus diingatkan.

Nggak usah buru-buru pasang baliho

Begini ya, sebenarnya masyarakat sendiri sabar kok untuk menunggu bakal calon wakilnya kampanye dan mengenalkan diri, termasuk saya. Jadi jangan khawatir tidak dikenal. Yang buru-buru nggak sabar kan yang mau nyaleg. Persiapkan saja visi dan misi dulu, jangan buru-buru memasang baliho atau spanduk. Selain mendahului start dari KPU, khawatirnya nanti ketika masa kampanye baru dimulai masyarakat malah sudah lupa dengan wajah bakal calonnya, karena kontrak reklamenya keburu habis.

Seandainya saya lewat ring road Jalan Magelang, atau area Condongcatur paling hanya sekilas lihat baliho. Bukan terus terngiang-ngiang dengan sosok yang saya lihat di baliho. Soalnya banyak baliho dengan pose atau gaya yang mirip, atau dengan template desain yang sama. Kalau bukan tangan mengepal ke depan, ya biasanya posisi salam namaste. Jadi mudah lupa.

Cobalah bagi calon legislatif atau eksekutif yang mau bertarung di 2024 buat desain yang agak unik. Backgroundnya bisa bunga-bunga, atau pemandangan gunung dan matahari. Bisa juga mungkin dengan pose foto yang lebih atraktif dan menarik. Misal foto diatas kap Rubicon, atau ketika naik motor Harley Davidson 1.868 cc.

Saya tahu, modal yang dikeluarkan untuk kampanye juga tidak murah. Jadi berhematlah bagi bakal calon peserta pemilu ketika menggunakan peraga kampanye. Mungkin sekilas, sejak kemarin spanduk/baliho yang ada secara tersurat bukanlah kampanye, tapi secara tersirat ya demikian.

Kampanye jangan template

Saran saya, dan ini mungkin keresahan banyak orang, tolong, kurang-kurangi kata-kata yang terkesan terlalu template seperti “Mengabdi demi bangsa dan negara”, “Siap menjadi penyambung lidah rakyat!”, atau “Mengemban amanah rakyat dengan sepenuh hati”. Coba lebih jujur seperti “Pilih saya!”, atau “Coblos gambar saya!”.

Kertas suara seperti tahun kemarin sudah cukup besar, dengan pilihan calon dewan yang variatif. Banyak sekali. Dari beberapa kolega yang saya tanya, mereka bukannya bingung mau pilih siapa, tapi mereka itu siapa.

Intinya bagi balon (bakal calon), baik eksekutif atau legislatif, baik daerah atau pusat, jangan memasang banner, spanduk, baliho dengan tidak bijak. Apalagi hingga menutup rambu lantas, memaku pohon, atau menutupi penerangan jalan raya. Seperti yang saya katakan di awal, coba kampanye dengan baliho itu yang kreatif, jangan template. Masyarakat gampang lupa.

Terakhir, bangun visi misi dulu, persiapkan diri dan hati, jangan buru-buru masang foto di reklame, takutnya kontrak reklame keburu habis sebelum masuk masa kampanye dan nggak ada biaya buat perpanjang.

Penulis: Nur Muhammad Ikhsanun
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Baliho Kampanye itu Metode Usang yang Cuma Jadi Sampah Visual, Kenapa Masih Dipakai?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version